Christian dan perasaanya : 1

295 22 8
                                    

Malam setelah Ian bertemu Taehyungie

Ian memacu mobilnya lebih cepat daripada saat Ia berangkat, sejujurnya Ia agak kesal pada sikap Taehyungie dan apa yang barusan dikatakannya. 

Ia terkekeh marah sambil setengah mendesah, "hhh? Menjauhi Jungkookie?" gumamnya, "Siapa yang seharusnya menjauhi siapa?" lanjutnya.

Ian memukul-mukul stir mobilnya, "Lebih baik dariku?" gumamnya marah lagi mengingat kalimat Taehyungie padanya, "Apa dia benar-benar menghinaku karena aku sering memeluk dreamers?" 

Ian tak bisa bertahan lagi, Ia harus menepi untuk meluapkan amarahnya. Ia berhenti di pinggir jalan, di tepi laut, melepas dengan kasar sabuk pengamannya lalu keluar dengan cepat membanting pintu mobil. 

"Aku marah sekali!" katanya dengan nafas panas dan erangan marah. Ian menendang batuan kecil yang ada di depannya dengan kasar ke tepi laut menyisakan debu-debu yang bertebaran, kedua tangannya mengepal kuat

"Aku sudah menduga ini akan berakhir buruk, seharusnya aku tidak datang menemuinya, fuck!"

Ian benar-benar kesal, Ia meluapkan emosinya selama beberapa menit sebelum akhirnya kembali ke rumah. Kata-kata Taehyung benar-benar agak menyakitkan.. namun.. tidak membuat itu berbekas.

Ian kembali menenangkan diri duduk bersandar di mobilnya sambil merokok mencoba berfikir dengan tenang dan jernih.

Perlahan Ia berpikir, apakah sebegitunya Ia dan Taehyungie harus bertengkar hanya untuk seseorang yang bahkan belum punya hubungan cinta yang jelas dengannya.

"Fuck!" keluhnya dengan desahan tipis menepuk-nepukkan ujung rokoknya ke kerikil kecil di bawahnya. 

Ia tidak mengerti apakah kemarahannya ini wajar? Seperi yang dikatakan oleh Serena saat mereka pergi ke studio DPR siang tadi. Ian sudah lama tak punya pacar lagi setelah beberapa tahun belakangan, benarkah Ia bisa menyukai seseorang dengan gender yang sama? Ia bahkan belum pernah merasakannya, Ia tidak pernah melakukan itu sebelumnya.

Cepat-cepat Ian merogoh ponselnya lagi memeriksa nomor teman baiknya untuk menelpon. Di tekannya nomor Jawnsawan di ponselnya dan menunggu panggilan itu tersambung.

Sesaat kemudian panggilan telpon itu tersambung, "John?" panggil Ian

"Yeah man!" jawab suara itu pada Ian

Ian menjawab, "Where are you?" tanyanya langsung

"Oh... I still here, in our studio?" jawabnya

Ian, "They still there?"

"Who?"

Ian, "our guys"

"No, they've gone.. why man? wanna talk or else?"

Ian menghela nafas, "well.. yeah! I got a lil bit trouble.. I wanna see you"

"Why? whats happend? You switch to Mito?"

Ian menggeleng, "No.. It's Ian right now, just wanna talk about.. i have to see you bro"

"Well.. okay, just come here.. just me and Dabin here"

Ian "kay" jawab Ian langsung mematikan ponselnya. 

Ian bergegas masuk ke dalam mobilnya dan memutar arah untuk pergi kembali ke studio DPR bertemu John sahabatanya dan Dabin. Sesuatu yang membuatnya ragu-ragu harus dibaginya pada teman-teman yang paling dia percaya

Ian melintas menuju ke tengah kota di jalanan yang masih ramai meskipun sudah lewat tengah malam. Ia memacu mobilnya lebih cepat dan cepat hingga akhirnya tiba di studio DPR. 

My YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang