Luka-luka Jimin : 1

168 13 2
                                    

Malam Grammy telah berakhir tanpa satupun piala yang berhasil dibawa pulang. Tak ada  yang tidak kecewa, suara yang sudah mereka kumpulkan, suara-suara army bahkan Dynamite yang menempati nominasi pertama, sama sekali tak menghasilkan apapun. Tentu saja bukan hanya member dan PD-nim yang merasa sangat gatal di hati, army juga. Berita tentang kegagalan member membawa pulang piala Grammy membuat jejaring sosial dengan suara army menggema, keributan terjadi dimana-mana tanpa bisa diredam. Kemarahan army bagai bintang-bintang runtuh, tameng mereka mengembang membela semua member, seperti alien yang menjaga bumi, army sangat setia.

Tapi tak ada yang bisa dilakukan lagi selain hanya menerima apa yang sudah terjadi, senyum terakhir yang mereka perlihatkan adalah pada karpet merah terakhir sebelum masuk kedalam Limousine merah yang akan mengantar mereka pulang.

Suasana menjadi sangat sunyi, Namjoon bahkan juga tak bicara apapun, hatinya sangat gatal tanpa bisa mengatakan apa-apa, berkali-kali Ia memeras otaknya, mencari dimana kekurangan mereka sehingga tak satupun piala Grammy diperoleh malam ini. Semua perjuangan berdarah-darahnya, apakah sama sekali tidak menghasilkan apapun selain pasir? "Fuck" desahnya tipis, "bagaimana bisa?" lanjutnya.

Namjoon bagi member adalah akar dan batang, apapun yang terjadi padanya akan mempengaruhi semua member, jadi disaat sekarang dimana wajahnya telah lelah dengan mata putus asa dan agak marah, tak ada satupun yang berani mengatakan apapun.

Namjoon menutup wajahnya dengan kedua tangannya, memijat pelipis kanan dan kirinya dengan lembut seolah sedang menenangkan dirinya sendiri. Ia menghela nafas berkali-kali sambil terus mengutuk, "fuck"

Disampingnya Seokjinie selalu duduk, wajahnya tak teralihkan dari Namjoon yang putus asa, Ia memandang sang leader lekat-lekat, Seokjin sangat mengerti, Grammy bukan hanya berarti bagi member, tapi sangat amat berarti bagi Namjoon. Namjoon mempersiapkan banyak hal untuk Dynamite dan Grammy, itulah sebabnya Ia merasa sangat kecewa.

Seokjinie tak berkata apapun, Ia hanya mengelus punggung sang leader dengan lembut sambil berbisik, "gwenchana" beberapa kali.

---

Mobil Limousine telah tiba di hotel tempat mereka menginap, masih tanpa perkataan apapun, Namjoon turun paling awal, tapi wajahnya berubah, Ia tersenyum seolah tak terjadi apapun saat kamera menyala. Diikuti dengan beberapa member lain yang juga berjalan di belakangnya.

Sementara itu, Jimin adalah member terakhir. Tepat setelah Ia masuk ke dalam loby hotel, manager-nim memanggilnya, "Jimin-sshi" yang membuat Jimin langsung berhenti dan menoleh.

"Ne, Manager-nim?" jawabnya lembut

Manager-nim, "Mr. Louise Lars, janji temu malam ini"

Jimin berkedip mengerti, "Aku ingat" jawabnya singkat, "aku akan langsung menuju aula rias"

Manager-nim menggeleng, "tidak perlu" jawabnya, "kita harus langsung bergegas, oh Nicole akan pergi bersamamu"

Berganti mobil, Jimin masuk ke dalam sebuah mobil Van, mobil yang digunakan untuk menjemput member dari bandara kemarin dan hanya ditemani oleh Nicole.

Pertemuan ini sangat penting bagi Jimin, meskipun ini bukan iklan pertamanya, tapi membintangi pakaian merk Amerika akan membuatnya lebih populer. 

Setidaknya malam ini ada hal lain yang harus dia lakukan sehingga beban memikirkan kegagalan Grammy tidak membuat kepalanya semakin pusing.

Jimin menghela nafas, Ia agak lelah, matanya terpejam karena setengah mengantuk, suasana dingin bekas turun salju membuatnya juga bergidik, hampir tak tahan.

Perjalanan dari hotel menuju ke tempat dimana pertemuan itu dijanjikan memakan waktu setengah jam, tak ada rombongan yang mengikuti, hanya dirinya dan Nicole juga seorang supir. Hingga akhirnya mereka tiba di depan sebuah toko busana yang cukup besar, sebuah gedung bertingkat dengan etalase raksasa yang menampilkan profil toko dengan beberapa pakaian dan patung manekin yang bergaya. Mr. Louise Lars sepertinya Klien yang tidak berbohong. Toko itu sama sekali tidak nampak akan tutup, lampu kuning hangat dengan sentuhan mewah terus bersinar seolah tak akan pernah padam menghiasi kota New York.

Toko busana itu tampak kosong, tidak tahu apakah kosong karena tidak ada satupun pelanggan atau memang sengaja dikosongkan.

Jimin lalu turun bersamaan dengan Nicole, mereka berdiri bersebelahan menatap toko busana itu sekilas

"Benar ini kan tempatnya, Nicole?" tanya Jimin kepada Nicole. Biasanya Nicole akan menjadi penerjemah untuk grup dan member jika ada sesuatu mendesak yang mengharuskan berbicara bahasa asing, Nicole tak  berhenti dari sebelum acara Grammy dimulai, sementara Manager-nim tidak bisa ikut karena kemampuan berbahasa inggrisnya yang cukup rendah.

Nicole menjawab, "ya, aku yakin kita sudah tiba di tempat yang benar"

Dengan yakin dan langkah pasti, kedua orang itu berjalan masuk ke dalam toko. Suasana nampak sepi, tidak seperti toko busana merk populer lainnya, hampir tidak ada orang kecuali seorang pegawai wanita berpakaian rapi yang siap melayani. Ada sebuah pin nama di saku kirinya, Kathy.

"Hai" sapa pegawai wanita itu

Hai, "Hai, we need to meet your president, we have made a reservation before"

Pegawai wanita itu mengangguk, "and your name?"

Nicole, "Oh.. I'm Nicole Kim, and this is my artist Park Jimin"

Pegawai wanita itu tersenyum, "Mr. president has been waiting so long for Mr. Park Jimin, please come in" jawabnya lalu berbalik melangkah menuju ke ruangan lain di balik showroom busana.

Nicole, "Thanks"

Ruang showroom busana ternyata hanyalah wajah kecil dari gedung berlantai 5 itu, karena ketika sebuah pintu geser otomatis dengan hiasan ornamen eropa itu terbuka, sebuah ruangan yang lebih besar dan memukau nampak di depan.

"Please come in" kata pegawai wanita itu lalu mempersilahkan kedua orang itu duduk, "Could you please waiting for a minute, Mr. president is going to come here soon"

Nicole, "Of course" jawab.

Setelah perbincangan singkat itu berakhir, pegawai wanita bernama Kathy itu berlalu pergi dari ruangan menuju ke ruangan lain dengan lift yang tersedia di tepi dinding. Tak butuh waktu lama hingga akhirnya lift terbuka dan Kathy hilang dibalik pintu. Pintu geser otomatis itu juga tertutup dengan sendirinya menyisakan Nicole dan Jimin.

"Apa kau merasa gugup, Jimin-sshi" tanya Nicole kepada Jimin memastikan artisnya tetap dalam perasaan baik.

Jimin menghela nafas, menjawab, "ya, aku baik-baik saja" jawabnya. "Apa Manager-nim tidak ikut?" tanyanya

Nicole, "Manager-song tidak bisa berbahasa inggris, Jimin-sshi" jawabnya singkat

Jimin mendesah, "ahh.. kau benar Nunna"

Hampir 10 menit telah berlalu akhirnya pegawai bernama Kathy itu kembali bersama seorang lelaki kulit putih tinggi besar dengan rambut kecokelatan yang rapi, matanya besar seperti orang latin atau eropa dengan bibir agak tipis.

Lelaki itu tak memandang ke arah lain selain Jimin, bahkan mengabaikan Nicole yang berada disamping Jimin. Ia berjalan ke arah mereka, "Jimin?" panggilnya setengah berseru, meskipun wajahnya kaku, tapi binar matanya nampak jelas.

Jimin langsung berdiri menyambut lelaki yang mendekat ke arahnya, Ia sangat yakin bahwa dialah Mr. Louise Lars pemilik brand busana Amerika yang ingin menjadikannya bintang iklan.

Lelaki itu tanpa basa-basi langsung memeluk Jimin, menyentuh pinggang ramping Jimin sembarangan seakan Ia memeluk kekasihnya, sementara Jimin yang menyadari pinggangnya dipeluk merasa agak terkejut, tubuhnya sedikit kejang memberikan respon dorongan pada orang yang akan memeluknya, tapi tak berhasil, sementara orang itu berkata pada Jimin, "You must be Park Jimin" katanya, "I am Louise Lars, I feel so precious to meet you tonight" katanya

Jimin hanya tersenyum tanpa bisa menjawab, "o.. oh- Thankyu" gumamnya kaku jawabnya sederhana. 

Setelah beberapa saat kemudian Mr. Louise melepaskan pelukannya pada Jimin, namun tak melepaskan pinggang ramping Jimin dari kedua tangannya

Mr. Louise Lars tersenyum, "You look stunning Jimin, just please" katanya lalu mempersilahkannya duduk tapi tak melepaskan cengkraman tangannya dari lengan tangan Jimin menuntunnya untuk duduk disampingnya.

Melihat skinship yang begitu sembarangan dari calon kliennya, Nicole berkerut, Ia ragu-ragu, Ia mengerti Jimin merasa tidak nyaman dengan sambutan Mr. Louise, tapi tak ada yang bisa dilakukannya karena Mr. Louise adalah mitra yang akan mengontrak Jimin.

---


My YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang