Taekookers : mereka bicara pada kami

281 20 4
                                    

"Taetae-ah?" Panggil kelinci kecil itu menghampiri Taehyungie hyungnya di tepi balkon, duduk bersandar tanpa melakukan apa-apa, tatapannya kosong seperti seseorang yang sedang memikirkan sesuatu.

Mendengar seseorang memanggilnya dengan lembut, Taehyungie berkedip beberapa kali, menoleh pada asal suara yang disusul langkah kaki mendekat padanya, Ia tersenyum tipis tanpa menjawab membiarkan kelinci itu bergabung dengannya

"Apa yang kau lakukan?" tanya Jungkookie lagi memperhatikan wajah tampan di depannya dengan mempesona namun setengah khawatir.

Taehyungie menghela nafas berat, "Agak aneh rasanya saat kita hanya mengambil gambar hanya berlima"

Jungkookie mengangguk, mendekati Taehyungie lebih dekat lagi, bersandar di balkon, disampingnya, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku dengan tetap melihat wajah tampan itu, "benar" jawabnya, "kita bisa datang kesana lagi nanti"

Taehyung hanya mengangguk pasrah tanpa menjawab, Ia kembali diam, surai dan poni rambutnya diterpa angin dingin dari atas balkon sementara matanya menatap jauh ke depan, pemandangan atas kota yang dingin dengan matahari bersinar redup.

"Apa ada hal lain yang kau pikirkan, Taetae? Berbagilah denganku"

Taehyungie tak langsung menjawab, Ia berkedip lembut sambil menoleh wajah kelinci yang berharap kepadanya, tatapannya tulus seperti biasanya, binar matanya cerah dengan pemandangan sisa cahaya matahari menimpa kulit pipinya, "Apa itu begitu terlihat?"

Jungkookie mengangguk, "ya" katanya singkat, "ada apa?"

Taehyungie menghela nafas, Ia merogoh saku celananya, mengambil sebatang rokok dari slop yang dibawanya, menjepitnya dengan mulut lalu menyalakan pemantik api untuk mulai merokok, "Kau mau?" tanyanya pada Jungkookie yang masih menunggu reaksinya

Jungkookie menggeleng, "nanti"

Taehyungie menyesap rokok itu dalam, matanya rumit, dari sekian banyak masalah yang dipikirkannya, namun yang paling jelas adalah, "Jimin" desahnya, "Aku memikirkan Jimin" jawabnya

Jungkookie berkerut, "Jimin hyung? Bukannya Nicole bilang dia tidak akan mengalami trauma serius?"

Taehyungie mengangguk, menepuk rokoknya dengan jari telunjuk, membuang sisa abu pembakaran, Ia mendengus, menarik udara dari sela giginya, "ya.. dia mengalami hal yang sangat buruk, aku tetap khawatir"

Jungkookie, "Kita akan menjaganya, kita tinggal setiap hari bersamanya Taetae-ah"

Taehyungie, "itulah yang membuatku menyesal" gumamnya penuh arti, "Kita tinggal dengannya setiap hari, bahkan sampai malam itu, tapi itu tetap saja terjadi"

Jungkookie, "..."

"Jungkook-ah" desah Taehyungie, "Jimin adalah yang paling dekat denganku, dia selalu  mendukungku dengan seluruh hati dan jiwanya,  apapun keadaanku, benar atau salah" katanya lirih, "Dialah yang memelukku saat.."

Jungkookie mulai berkerut, hatinya mengganjal, setengah gusar, "saat?" Ia mengulangi

Taehyungie, "Saat aku kesulitan"

Jungkookie menghela nafas, "Kelihatannya begitu, aku juga ingin seperti Jimin hyung yang selalu paling dekat dengamu"

Taehyungie terkekeh sampai Ia hampir terbatuk, senyumnya seketika merekah menoleh pada anak itu dengan geli, Ia tertawa, "Kau cemburu?"

Jungkookie, "apa aku terlihat cemburu?"

Taehyungie, "itu jelas" jawabnya masih sambil tertawa setengah mengejek, tawanya perlahan pudar lalu, "Jungkook-ah" panggilnya sekali lagi mencoba menggoda kelincinya, Ia mematikan sisa nyala rokok di antara dua jarinya, membuangnya di tepi sudut balkon di kotak tempat sampah lalu menyentuh dagu anak itu dengan jarinya seolah sedang menggoda seekor kucing

My YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang