Luka-luka Jimin : 4 (Jimin)

126 12 2
                                    

Ketika pintu ruangan Jimin dibuka, di dalam sana hanya ada Jimin, berbaring dengan tubuh meringkuk memunggungi muka pintu, melihat ke jendela kaca rumahsakit yang menampilkan samar-samar cahaya kelap-kelip dari gedung-gedung sebelah. Ruangannya redup dengan hanya ada satu cahaya berpendar kuning di atas tempat tidur Jimin.

"Jimin-ah" panggil Seokjin pertama melangkah ke dalam kamar Jimin diikuti dengan adik-adiknya di belakang.

Jimin tak menjawab, tapi tubuhnya merespon ragu, Ia tahu seseorang telah masuk ke dalam ruangannya

Seokjin semakin mendekat, memanggil Jimin sekali lagi, "Jimin-ah, kami datang untukmu"

"Jimin-ah!" panggil Taehyungie menyela, langkahnya tak kalah cepat, hampir mendekat kepada Jimin namun pergelangan tangannya segera di tarik Seokjin disusul dengan tatapan mata yang mengisyaratkan untuk bersabar

Jimin merespon, dengan lemah Ia menoleh pada sahabt-sahabat yang berdiri di belakangnya, "Oh.." desahnya dengan sisa isakan, "hyung" lanjutnya

melihat reaksi Jimin, Hobi juga tak tahan untuk tidak menangis, wajah Jimin sangat sendu dengan air mata dan luka-luka di lehernya, Hobi memanggil lirih, "Jimin-ah"

Seokjin melepaskan tangan adiknya, maju selangkah lagi mendekati Jimin dan memeluknya tanpa berkata apapun, Taehyungie mengikutinya dari belakang, memeluk Jimin juga dengan sedih, matanya berkaca-kaca melihat sahabatnya penuh luka

Jimin menoleh, membuka tubuhnya saat Taehyungie dan Seokjin hyung memeluknya, "Oh.." desahnya lirih dengan nada amat sedih dan putus asa, "Taehyung-ah? Hyung?" rintihnya, 

Hobi juga tak kalah, dia langsung memeluk Jimin erat, matanya basah karena menangis, mengetahui luka-luka Jimin yang perih dan dalam, "Bagaimana kau bisa berakhir seperti ini, Jimin-ah?" katanya

Jungkookie menyusul

Setelah pelukan erat itu, semuanya melepaskan pelukan Jimin, ingin melihat wajah anak itu, mencoba melihat seberapa parah lukanya

Sementara itu Taehyungie masih menangis, dengan kedua tangannya, Ia memeriksa wajah Jimin, mengelus pipinya dengan sayang dengan air mata yang terus berlinang, hatinya amat sakit dan benci, "Jimin-ah.." desahnya, "kenapa kau harus mengalami ini?" tanyanya, jari-jari Taehyungie menyentuh leher Jimin yang lebam dan kemerahan menjalar ke dadanya, ada sebuah luka robek yang barusan dijahit, terbungkus dengan kasa steril tersegel perban.

Taehyungie menangis lagi, melihat luka-luka itu makin dalam, tangannya bergetar dan dia hampir putus asa, "Kau tidak seharusnya mengalami ini Jimin-ah" katanya, Ia langsung menarik Jimin ke pelukannya lagi dengan erat, mengelus tengkuk sahabatnya, menenggelamkannya dalam dada sampai Jimin menangis lagi

Jimin bergetar, dia terisak tanpa bisa berkata apapun lagi, dia hanya menangis di pelukan Taehyungie, membalas pelukan itu dengan kedua tangannya, "Apakah hidupku akan berakhir, Taehyung-ah?" tanyanya

Taehyung terkejut, "Tidak akan ada yang bisa membuat hidupmu berakhir, Jimin-ah.. aku mencintaimu apapun yang terjadi"

Jimin, "tapi aku.."

Taehyung melepas pelukannya, menatap wajah sahabatnya yang basah dengan mata berkaca-kaca, Ia menghapus sisa air mata Jimin, "Aku mencintaimu apapun yang telah terjadi padamu, aku akan membalaskan dendammu, aku akan menuntut keadilan untukmu!"

Jimin tak menjawab, Ia hanya mendesah, terus terisak.

Seokjin, "Jimin-ah, kami semua mencintaimu, tidak akan membiarkan ini begitu saja" katanya

Jimin, "hyung... ne" jawabnya tertatih.

Tak banyak yang mereka katakan pada Jimin, Jimin juga tak bicara apapun tentang semua yang sudah terjaid padanya, tentang penipu itu dan hanya menangis saja dipelukan sahabatnya. Ia tak sanggup mengatakan apapun.

My YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang