65. Awal Pertemuan

131 27 4
                                    

"Jangan sok bisa, selagi ada orang yang memberi pertolongan. Meskipun kau menganggap gampang, ingat, kita tidak tahu skenario Tuhan selanjutnya."

Waktu berjalan dengan cepat, tetapi hati masih diam bertahan mengharap dia kembali datang. Sayang, temu takkan terjadi begitu saja. Jika, masih di tempat dengan tatapan kosong ke depan. Sekarang tepat dua minggu Acha masuk kampus. Menjadi mahasiswa di fakultas Sastra. Bangga? Tentu saja, dari ribuan pendaftar lain dirinya masuk dalam salah satu nilai tertinggi tes. Namun, sudahkah Acha mendapati Devid? Mendapati lelaki yang pasti tertawa ria, bahkan bernyanyi-nyanyi tidak menentu.

Belum. Perjuangan Acha seolah sia-sia saja. Ia belajar dengan giat, mencoba fokus ke pelajaran di samping itu sambil mencari nama Devid di daftar fakultas Jurnalistik. Mengapa Acha harus mencari di sana? Mengingat cita-cita Devid sebagai seorang reporter. Orang pertama yang mengabarkan, bahwa novelis bernama Acha berhasil menerbitkan karya. Sampai, ke tingkat bestseller lalu diangkat menjadi film. Acha mengerjapkan beberapa kali kelopak matanya, meremas tangannya, mengigit bibir bawah lalu menghempas tubuhnya ke belakang.

Masih di dalam kosan. Ruangan mini yang menjadi teman. Bukan lagi kemewahan, tetapi lebih menyenangkan. Dibandingkan penuh kekayaan, tanpa gelak tawa dan dianggap orang semua baik-baik saja. Sekarang, jadwal kuliah Acha siang. Bermalas-malasan adalah bonus bagi seorang mahasiswa, dia juga dikenal sedikit tertutup, bukan berarti pendiam. Hanya jarang berkumpul dengan teman-teman, cukup membeli makanan secukupnya lalu kembali ke kelas atau perpustakaan. Tidak lama, jam dinding menunjukkan kenyataan, membuat Acha bangkit lalu bersiap mandi.

Selesai membenahi diri, pintu kosan terdengar diketuk dari luar. Acha pun segera membukanya, seorang perempuan terbingkai jilbab yaitu Anisa. Semenjak tahu Acha anak UI juga mereka sering berangkat bersama. Namun, itu membuat Acha malas. Semenjak ditinggalkan dan terpisahkan, sendiri adalah tujuannya, sebelum mendapatkam Devid seutuhnya. Ada beberapa lelaki sempat dekat dengannya. Namun, tidak lama. Karena ia menolak dengan cepat, jangan sampai terjadi asmara atau hanya suka-suka.

"Mau berangkat bareng?" tanya Anisa.

Acha menggeleng lemah. "Duluan aja, Kak, aku masih ada urusan," tolaknya.

Anisa sudah tahu, Acha menghindarinya. Mengingat kata orang-orang memang Acha itu kurang bersosialisasi. Belum ditemukan juga siapa orang paling dekat dengannya. Yang biasa orang lihat, sendiri di perpustakaan, membaca novel lalu orang yang giat menanyakan hal membingungkan kepada dosen sampai larut malam. Sudah biasa Acha menghabiskan waktu bersama beberapa dosen, dengan alasan pura-pura tidak mengerti, padahal menunggu Devid, mungkin lelaki itu tidak sengaja masuk ke kelasnya? Tahulah, bagaimana kelakuan bobrok Devid, di balik semua tingkah lakunya ternyata memendam luka. Ah, mengapa Acha tidak mengetahuinya?

Pintu kosan kembali tertutup. Semoga, orang yang berharap menjadi teman Acha segera diberi hidayah. Bahwa tidak ada celah, hanya ada untuk satu saja, Devid Prabu Androno. Di mana lelaki itu? Acha menggeleng tegas, sekarang pencariannya akan semakin ketat. Sebelum tepat satu bulan menjadi anak UI ia harus menemukan Devid, bagaimanapun caranya. Harus dilakukan, Acha bergegas dengan cepat. Seperti biasa, celana levis hitam, baju rajut putih lalu mengikat rambutnya asal.

Jalanan Kota Jakarta seperti biasa, macet dan banyak debu beterbangan. Untung saja Acha tinggal jalan kaki menuju kampusnya. Tidak seperti teman yang lainnya, turun dari metromini, bus apek dan motor. Mereka terlihat kelelahan sampai di kampus. Kasihan, tetapi memang itulah bukti perjuangan. Menuju tempat belajar, jalan menggapai impian. Langkah Acha terhenti, melirik bangunan megah yang ada di depan. Di lantai dua itu, anak Jurnalistik selalu belajar di sana, sedangkan di bawahnya, sebuah tangga menjadi jalan. Tepat di depam, tempat duduk Acha menanti bubar.

CINTA SEGI EMPAT 3 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang