194. Nonton Konser

21 2 0
                                    

"Udah nyusahin, pendek  buat masalah lagi."

"Lu sengaja, ya, mau malu-maluin gua? Hah?!"

Devid mengembuskan napas panjang, sabar ... jangan emosi! Dielusnya lembut puncak kepala istrinya itu lalu berkata, "Tadi ada Devita, kan? Tuh orang yang buat masalah, beruntung banget lo dateng tepat waktu, rada telat juga, sih!"

Acha mengerutkan keningnya. "Masalah apa? Kayaknya dia banyak diem, deh!" komentarnya.

"Diem waktu lo udah dateng! Beda lagi, waktu lo belum ada! Pokoknya, gua gak nyangka, deh, kok sikap dia aneh banget?"

"Mungkin, masih berharap sama lo?"

"Berharap menjalin hubungan pertemanan? Gua gak percaya lagi ama dia, Cha, udah, ya? Keluarga kita akan baik-baik aja, oke?"

Acha tersenyum kec. "Gua harap gitu."

Hari senin sebagai pengangkatan resmi Devid sebagai direktur utama, menjadi awal sebuah perjalanan selama hilang tenggelam, di luar sana. Siap menjalani kehidupan sesungguhnya, termasuk Acha yang berniat mengisi waktu luang berkunjung ke perpustakan yang baru berdiri tak jauh dari apartemennya setiap harinya.

Tanpa sepengetahuan suami dan anaknya, Acha mulai menulis merangkai aksara tentang kehidupan pahit berakhir manis. Nanti, tepat pada waktunya Acha akan memberikan novel pertamanya kepada seseorang yang ia harap, ia nantikan selama hidupnya. Siapa lagi jika bukan Devid?

Lelaki sempurna yang mewarnai masa kecil, mewarnai semua rintangan masa perkuliahan sampai memutuskan menikah muda dan ditinggal begitu saja. Namun, semua cerita sudah berlalu, Acha hanya tinggal menuangkannya dalam buku, untuk dikenang kelak oleh anak cucunya.

"Kita gak tau esok rencana Tuhan kayak apa, jadi bersiaplah apa pun yang terjadi itu adalah konsekuensinya!"

Hingga hari senin penuh pekerjaan dan jadwal belajar, akhirnya sampai di hari weekend. Di mana tiket konser yang Devid janjikan sudah ada digenggaman. Lagi, Devid hanya ingin menghabiskan waktu berdua, beruntungnya Devit ada jadwal siang untuk latihan renang. Jadi, Devid sama sekali tidak menelantarkan anaknya itu!

"Kalo mama sama papa belum pulang, kamu nginep di rumah oma aja, ya? Mama khawatir kalo kamu sendirian," pesan Acha membuat Devit terkikik.

"Ma ... Devit udah gede, ih! Dulu juga, kan sering ditinggal sendiiri waktu SD?"

Iya, kah? Saking sibuknya memikirkan diri sendiri? Acha menyesal, tetapi sudah begitu jalannya. Tinggal masa lalu, Devit sama sekali tak mempermasalahkan masa itu.

"Mama sama Papa tenang aja, apartemen bakal aman! Gak ada yang aneh-aneh!" seru Devit seraya menggendong Cimoy yang hampir seminggu menganggur tak disentuh oleh majikan barunya.

"Ya udah, Papa sama Mama berangkat, ya! Jaga Cimoy seperti adikmu sendiri!" pesan Devid sebelum menutup pintu apartemen.

Devit terbahak. "HAHAHA! Siap!"

Yaps, Devit berniat membawa kucingnya itu ke tempat latihan renang. Jangan biarkan kucing yang sudah seminggu lalu dikurung di tempat penyimpanan kucing kembali sendiri lagi di apartemen.

"Pussh ... Cimoy? Siap buat keluar?" tanya Devit.

Meong!

Cimoy bersuara seolah setuju dengan ajakan Devit barusan. Kembali bak menjadi anak muda, Acha dan Devid mengendarai motor menuju tempat konser. Keduanya bersiap bersorak ramai, bersenandung di antara penonton lainnya. Kali ini Devid mengajak Acha menonton konser musik siang hari, tak ada langit  malam yang menyelimuti, tetapi terik matahari memaksa diri untuk tidak memaki.

CINTA SEGI EMPAT 3 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang