"Diam. Buka berarti kalah atau salah. Hanya menjaga rahasia dan menahan rasa luka."
Kemeriahan akhir pentas seni membuat semua penghuni Garuda enggan pergi, menyaksikan beberapa orang yang menampilkan gayanya. Termasuk Devid, menjadi Pangeran sementara dengan Putri Nada. Mereka diteriaki, bahkan beberapa mencemooh Nada karena tidak pantas menjadi pasangan Devid.
Di ujung, Acha hanya bisa terkikik ditemani paksa oleh Firman, tanpa sepengetahuan Acha, Alex pun sempat memerhatikannya. Langkah Devid melewati beberapa juri, lalu memberikan salam spesial dengan membungkukkan badannya setengah.
Sebuah pedang mainan berada tepat di pinggang Devid, sedangkan mahkota kerajaan bertengger cantik di atas rambut hitam legamnya. Nada mengagumi dan semakin mencintai, berkat ketua kelas yang ia sogok dengan kuota 114 GB, maka Devid sekarang menjadi pasangan fashion show-nya.
Devid dengan lembut menarik jemari Nada untuk menuruni anak tangga, sekali lagi teriakan heboh penggemarnya membuat kuping berdengung. Dayang-dayang Nada sudah berteriak semenjak kakinya melangkah ke atas panggung, bahwa Pangeran akan kembali kepada Putri yang telah menjadi mantan.
Sampai di ruang ganti, Devid mulai melepaskan baju kerajaan yang diberikan wali kelasnya. Namun, Nada dengan cepat menghentikan tangannya.
"Bebep!!" teriaknya dengan volume yang dapat memekakkan telinga si pendengar.
Devid meringis, "Bisa gak, sih! Ngomongnya pake rasa!"
Wajah Nada memerah. "Rasa cinta maksudnya? Aww! Makin cinta ... aku tuh gak bisa move on!!" oceh Nada manja.
"Awas, Mantan!" ketus Devid sambil memasuki salah satu bilik sebagai ruang ganti.
Nada mendengkus, kakinya dihentakkan kasar. Dua dayangnya pun datang, siap memberikan angin segar dari kipas tangan. Acha selesai menata kotak makan khusus pengurus OSIS, sampai tubuhnya terpaku, bertabrakan dengan Alex yang buru-buru.
"Sorry, gak papa, 'kan?" tanya Alex memastikan tubuh yang barusan ia tabrak masih utuh.
Acha mengangguk. Tatapan mereka bertemu, entah siapa yang memulai. Tiba-tiba Alex menggigit bibir bawahnya dalam. Suasana di belakang panggung memang sepi, tak ada pengurus OSIS yang lalu-lalang. Membuat Alex berani memulai.
"Kamu suka sama saya?"
Pertanyaan Alex tak dapat dijawab. Tak dapat pula menggelengkan kepala tegas, Acha hanya bisa terdiam, menatap bola mata hitam di depan. Mulutnya kelu, ludah yang ia rasakan ingin tertelan seakan macet.
Kepala Alex mencari-cari, takut ada seseorang yang memergoki. "Jujur saja, Acha, saya tahu dari gerak-gerik kamu. Maka ...."
Ucapannya menggantung. Pikiran Acha melayang-layang ke udara. Akankah rasa kagumnya terbalaskan? Namun dengan apa? Acha diam. Jika Alex mengungkapkan rasa suka, ia tak bisa menerima. Takkan ada namanya pacaran di SMA dalam kamus kehidupannya, setelah tantangan yang membuatnya sendiri merasakan kekalahan.
"Apa?" tanya Acha, suaranya terasa kering.
Alex mengambil napas panjang. "Jauhi saya."
Dua kata, penuh makna. Padat, gak berisi. Tak ada kejutan lagi. Semua selesai. Seperti makan bakso, ngagejrot. Happy ending. Namun, bagi Acha semua adalah Sad ending. 'Ini ulah si Devid, gua yakin. Gak mungkin kak Alex setega itu ke gua' batin Acha.
Sepatu kets Alex berdecit. Menjauhi Acha yang masih mematung di tempat. Dadanya seakan terasa sesak, ini yang dikatakan Devid. Sakit hati yang teramat dibenci. Kedua tangannya terkepal, ia tak harus menangisi orang yang tak pernah menganggapnya ada. Secepat mungkin, berlari menjauhi panggung untuk merahasiakan lukanya. Tanpa sepengetahuan dua manusia itu, seseorang menyaksikannya dalam diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SEGI EMPAT 3 [END]
Fiksi RemajaPINDAH KE DREAME Rank 19-08-21 #1 Devid #1 Indomembaca #2 Bestseller #2 Akudandia #4 Trend (Series 1 & 2 Di Dreame 16+) Follow sebelum baca, ya, guyss. Kepergiannya hanya meninggalkan jejak seorang anak. Janjinya menemani hilang begitu saja, berlal...