36. Normal, Cha ....

400 40 0
                                    

"Celotehan seseorang yang dibuat-buat agar menghibur orang, tak selamanya alami dari diri. Tapi, untuk menutupi luka di hati."

Devid

Tak biasanya, pagar rumah milik Yogi terbuka lebar, ternyata mobil hitam mininya sudah siap di depan halaman. Acha mendekat, dilihatnya Yogi bersamaan keluarnya Nia dari dalam rumah tergesa-gesa sambil menarik koper besar. Acha pun menghampiri Nia yang sudah menarik pintu siap masuk.

"Mau ke mana, Tan?" seru Acha menghentikan tangan Nia menarik pintu mobil.

"Ibu Mas Yogi drop, Cha, kami gak ada waktu buat pamitan," balas Nia seraya memasuki tempat duduk sebelah sopir.

Yogi yang barusan menyimpan koper ke bagasi mendapati Acha, mematung di ambang pagar yang terbuka.

"Nanti, setelah sampai, om hubungi kalian, ya," putus Yogi dan memasuki mobilnya.

Acha bingung, merasa kehilangan, saat mobil itu melaju. Semua terasa sepi, tetangganya telah pergi. Tanpa menutup pagarnya kembali, Acha langsung berlari menuju rumah Devid. Percuma jika pulang, mamanya sudah memberitahu, bahwa ia takkan pulang karena ada kepentingan pekerjaan.

Suasana ruang depan sepi, Acha melihat Dinda sedang menghiasi kue pesanan pelanggan sambil bersenandung.

"Om Yogi pulang kampung, Tan!" seru Acha.

Dinda mendongak. "Hah? Kok gak pamitan?" tanya Dinda heran.

Acha duduk di samping Dinda. "Ibu om Yogi kembali drop, kita bisa apa coba?"

"Doain, tolol!" balas Devid menuruni anak tangga.

Acha mendengkus. "Emang elo suka salat? Gimana doanya coba!" sindir Acha.

"Wahh ... beraninya ngungkapin aib orang!" balas Devid dan menjitak kepala Acha.

Didorongnya bahu Devid dengan keras. Namun, Devid hanya bisa terkikik melihat ekspresi Acha. Dirasa tak ada lagi pembicaraan, mereka menuju tempat keluarga. Acara televisi yang menayangkan remaja saling membalas surat cinta, membuat Acha melihatnya jijik.

Devid sangat menyukai tingkah Acha. Padahal ia juga sangat terlihat bodoh jika berpapasan dengan Alex, seperti di tayangan barusan, pikir Devid. Sesekali mereka menertawakan bocah ingusan itu, hal yang paling mengejutkan baru SMP sudah hamil di luar nikah, jadilah pacarnya membawanya ke pelaminan untuk menghalalkan.

Teriakan Dinda menggema, menyuruh dua manusia itu cepat Salat Maghrib. Acha pun mengikuti langkah Devid munuju Mushala yang dihiasi kaligrapi Islam, tiga sajadah sudah disiapkan Dinda. Mereka pun salat berjamaah. Yang diimami langsung oleh Devid.

Selesai salat mereka kembali ke aktifitasnya yang tadi, tayangan anak SMP menikah masih berlanjut, sampai Devid melontarkan pertanyaan yang membuat Acha berpikir keras, membayangkan Alex.

"Tipe cowok lo kayak apa, Cha?"

Acha mengalihkan pandangannya dari TV. "Kayak kak Alex, santai, ganteng, mostwanted pokoknya cool, deh!" jelas Acha tersipu.

Devid meringis. "Jauh-jauh kayak si Alex, nih, lo buta? Dalam diri gua barusan lo sebutin!" ujar Devid percaya diri.

"Apa? PD amat jadi orang! Mana ada elo santai! Pikiran semuanya mesum, tuh!" balas Acha mencibir.

Devid menggoda, "Masa, cowok kagak mesum, aneh, Cha ... nanti dikira gak normal."

Acha mendelik. "Bukan berarti kak Alex ngejomlo karena gak normal. Tapi, emang katanya gak mau pacaran," jelas Acha menekan kata-katanya.

CINTA SEGI EMPAT 3 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang