189. Hari Pertama Kita

13 2 0
                                    

"Seburuk itu kisah perjalanan kita. Namun, selalu ada kesempatan untuk memperbaikinya."

Hari pertama kerja, jadi ibu rumah tangga dan Devid masuk sebagai anak kelas 8A. Senin ini terasa berbeda, Acha bersiap membuat bekal untuk anaknya, sedangkan untuk Devid ia mendapat permintaan di jam makan siang Acha harus datang ke kantornya membawa makan siang! Ahh ... sosweet bukan? Apa kata karyawan di kantornya?

Kemeja putih panjang dipadukan jas hitam, tak lupa sepatu anti badai dan tentunya tas kantoran. Devid nampak sempurna! Di balik balutan baju kantoran, postur tubuh tegap dan rampingnya mampu mengalahkan CEO yang berbadan tambun, CEO muda pun pasti kalah! Acha hanya mampu menahan napas, ia percaya suaminya itu setia! Bukan buaya.

"Dah, rapih!" seru Acha selesai memasang dasi.

"Makin ganteng aja, nih, gua!" seru Devid merasa bangga.

Devit sendiri masih sebagai anak SMP yang mulai fokus dengan pelajaran baru. Soal Angel dan Gita? Ia mulai membenahi diri, bahwa mereka hanya sebatas teman jangan banyak dipikirkan! Toh, bisa saja dua gadis itu juga tidak memikirkannya?

"Cimoy ... sini sayang makan dulu!" teriak Acha, memanggil kucing kesayangannya.

Cimoy yang merasa terpanggil pindah dari sofa depan televisi, mendekati Acha yang sudah berdiri menyiapkan makanan kucingnya.

Meong!

Tak butuh perintah lagi Cimoy pun melahap cepat makananya, Acha tersenyum lebar lalu duduk bergabung dengan anak dan suaminya di meja makan. Seperti ibu dan istri lainnya, tatapan Acha mendapati nasi di piring kedua orang di hadapannya hampir habis tak tersisa, sedangkan dirinya? Sesuap nasi pun belum!

Ah, inikah yang namanya ibu rumah tangga? Acha menikmati itu semua, baru tiga suap, Devit selesai menghabiskan segelas susunya siap berangkat sekolah. Acha pun segera menyiapkan sepatu yang sudah ada di raknya. Devit terbelalak, tak biasanya!

"Gak usah, Ma," tolaknya.

"Udah, cepet! Nanti kesiangan loh!"

Di belakangnya Devid mengulum senyum. Pagi yang cerah, ia tak peduli seburuk apa penampilan Acha sekarang dengan apron yang masih terpasang, rambutnya digelung asal dan, ya, tersisa adonan gorengan di samping pelipisnya yang mengering!

"Devit pamit, Ma, Pa! Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam, hati-hati di jalannya sayang!" balas Acha, menatap kepergian Devit yang hilang dibawa lift ke lantai bawah.

Devid langsung bangkit, mengelap mulutnya dan menghampiri Acha yang bernapas lega.

"Kamu mau berangkat sekarang?" tanya Acha tubuh mungilnya sudah berhadapan dengan Devid.

Devid menarik tisu basah, mengelap noda di pelipis istrinya. "Seneng gak jadi ibu rumah tangga?"

Acha menatap datar Devid lalu mengangguk cepat. "Ini hari pertama, Dev, jujur gua kayak lupa ama diri sendiri! Asal kalian udah beres tinggal berangkat, itu udah cukup tenang!"

Bola mata kecokelatan Acha mulai bening, menandakan akan ada tetesan air mata yang jatuh. Sebelum terisak Devid sudah memeluknya erat, Acha menyadari penampilannya.

"Nanti jasnya kotor, Dev! Bau juga, lepasin, ih!" jerit Acha, tetapi Devid enggan melepaskan pelukannya.

"Makasih, ya, lo cewek terbaik yang pernah gua kenal," lirih Devid.

Acha terdiam, berhenti meronta sampai Devid melepaskan pelukannya.

"Gua berangkat, ya, gak usah ngikutin sampe bawah di sini aja, oke?"

CINTA SEGI EMPAT 3 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang