"Abadikan momen bersama. Karena kita keluarga, bukan mantan yang harus ditelantarkan."
Selesai makan pagi, mereka memutuskan menuju hulu air terjun di mana kemarin Yogi yang ke sana sendirian. Berkat Acha yang ngotot ingin melihat pesonanya Yogi pun mengiyakan, mereka tak pernah berhenti menyenandungkan beberapa lirik lagu diiringi kicauan burung kecil.
Suara air bergericik menemani perjalanan panjang dan tanjakan, sungai kecil perlahan membesar semakin maju perjalanan. Begitupula air bergemuruh menghantam bebatuan menarik perhatian Devid dan Acha berlarian.
Gelembung putih mengambang di aliran air yang jernih, hijau dedaunan menjadi menyempurnakan keindahan alam. Devid segera terjun ke dalam air menyegarkan badannya yang tak kenal mandi kemarin.
Acha mengikutinya sembari mencipratkan air ke arah Yogi yang masih duduk santai. Tak lupa ponsel miliknya bersiap mengabadikan momen anak muda di depan. Sekilas Devid menatap tawa Acha yang lebar. Dia lega, Acha tak lagi murung.
"Om, turun dong!" teriak Devid masih mengambang santai.
Yogi menghentikan memotret. "Ogah, nanti ponselnya disimpan di mana? Basah semua!" tolaknya.
"Halah ... jangan bilang kedinginan! Hahaha."
"Eh, eh ... nanti kita ganti baju di mana?" sela Acha mengingat tenda telah rapi siap dijinjing.
Yogi tertawa. "Hahaha, tuh kalian mau di mana coba? Untung gak ngikut!"
"Di semak-semak aja," jawab Devid.
"Enak aja! Entar lu ngintip," balas Acha.
Devid mendengkus. "Om Yogi yang jaga, lagian udah terlanjur nyebur!"
Acha pun harus mengakui. Mereka kembali bersenang-senang, mulai dari berpose seperti mermaid, seluncuran di batu sampai tercebur mencipratkan air.
Jam yang tertera di layar ponsel Yogi menunjukkan pukul sembilan. Mereka pun langsung kembali ke darat menuju tempat perkemahan. Di perjalanan Devid baru ingat mereka tidak berfoto ria di kegelapan malam.
Ia menghirup udara panjang. Harus ada potret dirinya dengan Acha hari ini juga dengan latar belakang kota. Sesampainya di tempat kemah, Acha mengeluarkan baju ganti lalu diam membisu entah harus berbuat apa.
Devid berteriak, "Cari semak-semak yang nutup tubuh lo, Changcut!"
Acha melirik ke arah Devid. "Awas, ya, kalo ngintip!" tuduh Acha.
"Om Yogi saksinya!" tegas Devid sambil membawa bajunya lalu pergi ke arah yang berlawanan.
Acha menatap punggung tegap tercetak jelas karena basahnya baju Devid, sampai hilang di semak-semak yang rimbun dan tinggi. Acha segera pergi, sedangkan Yogi sibuk mengabadikan momennya sendirian dengan beberapa gaya anak zaman now.
Perlahan, Acha mengukur ketinggian tubuhnya. Ia pastikan tak ada celah bagi siapa pun untuk bisa mengintipnya. Setelah dirasa aman, mata Acha kembali lirik kanan dan kiri, takut ada seseorang selain dirinya di pegunungan.
Satu per satu, baju yang basah Acha buka cepat-cepat. Langsung saja dipakai baju yang kering pengganti. Tiba-tiba suara Devid meneriaki namanya, membuat Acha terpaku, celana yang akan dipakai seakan memperlambat semuanya.
Devid hanya menggunakan celana selutut, tanpa atasan yang mempertontonkan kulit putih dengan roti sobek yang lumayan terlihat. Yogi menyuruhnya diam saja karena Acha pastinya belum selesai.
"Changcut!" panggil Devid kembali.
"Diem lo, gua belum kelar!" balas Acha.
Ide menjaili terbit. "Anjay, itu apaan, Mataku ternodai, Tuhan!" seru Devid pura-pura mendapati Acha yang telanjang bulat.
![](https://img.wattpad.com/cover/225183986-288-k554922.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SEGI EMPAT 3 [END]
Fiksi RemajaPINDAH KE DREAME Rank 19-08-21 #1 Devid #1 Indomembaca #2 Bestseller #2 Akudandia #4 Trend (Series 1 & 2 Di Dreame 16+) Follow sebelum baca, ya, guyss. Kepergiannya hanya meninggalkan jejak seorang anak. Janjinya menemani hilang begitu saja, berlal...