187. Pantai Kuta

10 2 0
                                    

"Perasaan yang membingungkan, memaksa diri untuk kembali tersadar.

Sesuai rencana awal, setelah melepas penat menempuh aktivitas perjalanan menuju pantai Kuta Bali, untuk menikmati liburan pertama keluarga. Bagi Devit ia seolah bermimpi, menikmati suara ombak, gesekan pasir pantai di bawah kaki yang telanjang. Lihatlah sekarang ia tak lelah menikmati permainan berselancar bersama papa yang dulu hilang.

Acha sendiri enggan menghabiskan waktu hanya menonton dua lelaki yang menghabiskan waktu digulung ombak pantai Kuta. Selain keindahan pantai, lokasi pantai juga sangat mudah di akses dari jalan raya. Di sepanjang jalan menuju pantai, ada banyak hotel, restoran, kopi shop, pusat perbelanjaan, pasar seni, cafe, bar, dan fasilitas penunjang tempat wisata lainnya.

Pantai pasir putih ini sangat tekenal dan menjadi andalan pulau Bali, sebagai tempat wisata pantai, sejak tahun 70-an. Aktivitas turis dari berbagai negara lain pula memenuhi arah pandang, ada yng berjemur, berenagt, sampai hanya berjalan-jalan santai di tepi pantai.

Hampir saja Acha merengek manja ingin berbelanja, sedangkan Devid dan anaknya sudah berlarian membawa selancar. Jadi, Acha pun memilih mendekati mbok tukang kepang rambut! Ia duduk manis beralaskan tikar plastik, di bawah rindangnya pohon yang menciptakan angin segar di tepi pantai yang terik akan matahari.

"Lagi liburan sama temen, Mbak?" tanya si mbok yang sedang mengepang rambut Acha.

Acha menggeleng tegas. "Saya udah berkeluarga, Mbok! Tuh, lagi pada main selancar!" Tunjuk Acha, menuju Devid yang sedang menyeret anaknya.

"Waduhh ... nikah muda, ya?" tebaknya.

"Iya, hehe," balas Acha.

Selesai mengepang rambut dengan bayaran 150.000 Acha pun memutuskan kembali ke tempat tadi ia duduk bersantai, menikmati segarnya es jeruk manis. Tak lama Devid berlarian tanpa Devit. Lihatlah sesuai kesepakatan dari awal Acha melarang suaminya itu membuka baju atau bertelanjang dada!

Jangan dibiarkanlah, nanti cewek-cewek pada ribut gimana? Parahnya lagi kalo turis ikutan ngantri? Melihat pesona Devid yang aduhai? Bisa habis sudah liburan keluarga berakhir saling mencaci, termasuk Acha ia tidak memakai celana pendek, tetapi ia memakai maxi dress pantai dengan motif kotak-kotak berwarna biru langit, tak lupa di dalamnya memakai celana legging hitam.

"Udah siang, ya? Leper, nih!" seru Devid lalu duduk di ujung kursi yang Acha duduki.

"Iya, udah lewat jam sebelas!" balas Acha jam di ponselnya.

Terlihat di ujung sana Devit seperti sedang berbincang dengan seorang gadis, tetapi roman wajahnya seperti tidak enak! Itu bukan Gita, gadis dengan kerudung yang menghiasi wajahnya. Lalu siapa? Pertanyaan Acha berakhir terjawab, kala Devit membawa gadis yang tak dikenalinya itu ke hadapan mama dan papanya.

"Ma, Pa, kenalin ini Angel temen SMP," jelas Devit.

Ya, itulah Angel gadis yang merebut posisi Gita sebagai paralel dua. Acha mengingat cerita itu, ia pun menerima salam dari gadis dengan rambut terurai manis.

"Aku seneng banget bisa ketemu, Devit dan berkenalan dengan om dan tante. Puji Tuhan, kebetulan banget, ya!" serunya dengan bahasa yang sopan.

Dilihat dari tampilannya pun Angel memang nampak gadis manis, tau tatakrama dan cara bicaranya memang diajarkan seperti itu oleh kedua orang tuanya. Di mana kebanyakan anak muda sekarang, berbicara asal, tidak baku.

Acha melempar senyum. "Kamu mau makan siang bareng kita? Kebetulan kita mau pergi," ajak Acha.

Devit memberikan tatapan tak setuju. "Lo ke sini sama keluarga juga, kan?"

CINTA SEGI EMPAT 3 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang