114. Urat Malunya Putus

82 18 3
                                    

"Pengganggu, selalu ada dan menyelinap masuk, menakuti penghuninya bahwa keadaan tidak baik-baik saja. Namun, percayalah selalu ada jalan untuk mengeluarkannya."

Penampilan yang benar-benar nyata sekarang adalah sebagai Reina yang baru. Memakai baju lengan terbuka, rok mini di atas lutut dan rambutnya terikat cantik di belakang. Meskipun terlihat warna kulitnya sering diterpa matahari Bali yang terkenal, akan sengatan tajam menusuk kulit seseorang. Melihat keadaan Acha yang perutnya membesar pula membuat Reina geleng-geleng kepala tidak memercayai, teman dan saurada tirinya akan menjadi seorang ibu tidak lama lagi.

Reina pun memeluk Acha dengan hati-hati, masih berada di ambang pintu sampai Acha menyadari bahwa itu Reina, yang dikenalnya. Sosok Devid datang kini Reina yang tertegun tidak percaya. Mengingat dahulu, kain kafan menutupi tubuh lelaki itu dan dia sendiri mengantarkan Devid sampai rumah sakit. Tanpa berpikir ulang, Reina melangkahkan kakinya, menyentuh kedua rahang Devid tidak menyangka.

Melihat reaksi Reina yang berlebihan, Acha hanya tersenyum samar lalu menutup pintu kembali, sedangkan Reina masih dengan polosnya meraba-raba tubuh Devid yang terdiam mematung. Devid sama tidak percaya akan penampilan Reina sekarang. Hilang ketomboian yang dulu menjadi ciri khas, rambut pirang Reina pula terlihat tertata rapi, oh, pantas uang khusus ibunya berobat habis. Ternyata untuk perawatan?

Tentu saja, koper dan tas kecil yang Reina bawa pula sangat terkenal akan merek dan harga selangitnya. Jadi, Reina benar-benar tanpa dosa demi berpoya-poya. Setelah Acha susah payah menarik Reina pergi ke ruang televisi, dengan masih keadaan tidak percaya Reina hanya menurut saja. Sampai, meminta Devid duduk di sampingnya. Maksudnya ini gimana? Acha seolah orang asing di antara mereka.

"Gua gak percaya, ini lo kan, Dev?"

Berapa puluh kali Reina bertanya itu-itu mulu dan Devid menjawab dengan pasrah, bahwa dia mati suri. Gila, Reina memeluk Devid di depan Acha yang masih berdiri menatap mereka. Perasaannya mulai tidak karuan. Ada penyesalam menampung Reina, tetapi bagaimana lagi? Sudah terlanjur dan ah, sialan satu minggu! Bayangkan, baru beberapa menit saja sudah nempel-nempel.

Acha memutuskan pergi ke dapur, sedangkan Devid yang menyadari keberatan sikap Reina mencoba melepaskan pelukan manja dilama-lamakan itu. Reina mendongak, bibirnya sekarang penuh dengan lipstik merah, dulu dia paling tidak suka. Bahkan pernah memaki beberapa temannya yang memakai lipstik sangat merah itu, katanya seolah mengikuti gaya pelacur di luar sana. Namun, nyatanya dia sendiri menggunakan sekarang.

Secara halus, Devid pamit kepada Reina untuk mengambil makanan menyambut tamunya, tetapi dengan cepat Reina melarang. Ia ingin Devid menemaninya saja, soalnya ia merasa lelah dan ingin Devid sebagai pendengar cerita menyedihkan, selama ibunya pergi meninggalkan untuk selamanya. Baiklah, Devid menurut, ia pula sempat melihat Acha sedang mengaduk teh manis mungkin?

"Seneng banget denger lo hidup lagi, gua gak bisa lupain semuanya tentang kebersamaan kita," ucap Reina, kedua tangannya masih memeluk tangan kiri Devid manja.

Langkah Acha mendekati dua manusia di sana, memberikan teh manis lalu dengan cepat Reina menerima. Acha seolah dihadapkan dengan sosok Devita yang dulu. Sekarang, ia tidak bisa seenaknya memaki Reina karena tidak sepatutnya bersikap sok manja kepada suaminya. Ia tahu, soal perasaan dulu dan bukankah jika mereka tetap berteman akan terlihat biasa?

Ah, Acha enggan memperpanjang ia memilih menghabiskan waktu di dapur, bersiap mengeksekusi hasil belanjaannya tadi untuk makan malam. Devid melihat raut wajah Acha yang tidak suka, sedangkan Reina dengan terang-terangan kembali menyandarkan kepalanya ke dada bidang Devid. Dih, Devita yang katanya suka pula tidak pernah senekat itu, tetapi Reina?

Devid tidak sehalus dan sebaik dulu. Iya, dulu memang playboy, tetapi sekarang ia sudah beristri, dengan pasti ia melepas pelukan Reina di tangannya. Reina mendongak. "Mau ke mana? Kan gua belum selesai cerita!" ketusnya.

CINTA SEGI EMPAT 3 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang