"Tak selamanya masa lalu harus dilupakan. Ada kalanya, kita belajar dan mengambil hikmah dari masa lalu penuh luka, gagal, penuh perjuangan."
Nama pertama absensi di kelas 8A adalah Angel disusul Devit dan Gita. Semenjak Pak Bambang, sebagai wali kelas baru dan pula guru baru di SMP Pancasila membuat Devit dan Gita sama-sama harus meyakinkan wali kelasnya itu, berkenalan dahulu, menjelaskan bahwa mereka berdua mampu menguasai semua materi pelajaran.
Beda hal dengan Bu Yasmin yang sudah tahu siapa mereka berdua. Apalagi sekarang ada Angel musuh sebenarnya. Jujur saja dulu Devit tidak terlalu terobsesi akan peringkat pertama, apalagi saingannya perempuan! Kurang greget gak, tuh?
Kecuali jika Devit dilempar jauh ke kolam renang. Dipaksa bersaing dengan semua perwakilan sekolah mengikuti perlombaan, di mana semua pesertanya laki-laki. Gita memang anak pintar yang rajin membaca dan meneliti buku pelajaran, tetapi masih di batas wajar, sedangkan Angel? Lihat saja nanti!
"Baik, tidak perlu banyak basa-basi perkenalan. Kalian semua bisa saling bertukar sapa dan nama saat jam istirahat, jika sudah ada di dalam kelas saya takkan membiarkan anak didik saya menyia-nyiakan waktu belajar! Mengerti?!"
"Siap, mengerti, Pak!"
Serempak penghuni kelas 8A menjawab. Semua murid dengan nilai di atas KKM yang dibawa dari enam kelas itu tepat berjumlah 20 orang. Kebanyakan anak perempuan dan Devit tidak terkejut. Begitu lah adanya dan ia beruntung bisa menjadi laki-laki yang menggaet gelar juara seangkatan.
"Ingat, kalian itu ke sekolah untuk belajar bukan cari perhatian kepada guru agar mendapat nilai besar! Saya sangat tidak suka dan asal kalian tahu, bahwa saya orangnya sangat serius," jelas Pak Bambang.
Padahal umurnya baru 24 tahun, mengapa wajahnya nampak datar dan sombong? Ah, mungkin sedang banyak masalah? Itu yang dipikirkan anak-anak di dalam kelas. Pak Bambang sendiri siap memberikan pelajaran dari Biologi dan Bahasa Indonesia.
Selesai pembukaan di hari pertama sekolah, pelajaran Bahasa Indonesia menjadi awal. Devit dan Gita sama-sama suka, terkhusus saat Pak Bambang mulai mendalami makna puisi.
"Selain sebagai bentuk ekspresi, puisi juga berperan sebagai salah satu sarana untuk menyampaikan ide atau gagasan terhadap suatu hal atau peristiwa! Kita takkan banyak membahas materi ini.
Karena saya ingin langsung ke praktik! Bukan tampil minggu depan, saya harap dalam waktu sepuluh menit kalian baca karangan puisi yang akan saya bagikan, setelah sepuluh menit kalian tampil ke depan! Mengerti?!"
Waw, sebuah kejutan di hari senin! Devit tidak terkejut, tetapi tidak dengan teman sebangkunya. Ikhsan diam-diam mengomel, katanya ia paling tidak suka tampil ke depan! Apalagi membaca puisi!
"Pasti puisinya super bucin, guru yang ditolak sama pacarnya," bisik Ikhsan.
Devit menahan tawa lalu berkata, "Tinggal baca doang, kok, kalo disuruh ngarang buatan sendiri baru susah!"
Ikhsan mendengkus tak terima. "Itu menurut elu!"
Selesai jam pelajaran usai. Jam istirahat pun terlewat, tersisa jam pulang tepat kumandang azan zuhur bergema. Membiarkan semua penghuni SMP Pancasila keluar dari gerbang yang sedari pagi digembok rapat. Devit masih sama dengan kebiasaannya, yaitu mengendarai motornya. Keluar dari kelas bersama Ikhsan, teman sebangkunya pun sama mengendarai motor.
Tak jauh dari pandangan Gita dan Angel masih menempel rapat, seperti Devit dan Firman yang dipisahkan kelas, Ica pun sekarang menjadi kelas B karena banyak saingan yang mengharuskannya tak lagi berada di kelas unggulan. Jadi, Gita pun bergaul dengan Angel yang bisa dibilang mereka satu aliran. Sama-sama gila belajar!
![](https://img.wattpad.com/cover/225183986-288-k554922.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SEGI EMPAT 3 [END]
Novela JuvenilPINDAH KE DREAME Rank 19-08-21 #1 Devid #1 Indomembaca #2 Bestseller #2 Akudandia #4 Trend (Series 1 & 2 Di Dreame 16+) Follow sebelum baca, ya, guyss. Kepergiannya hanya meninggalkan jejak seorang anak. Janjinya menemani hilang begitu saja, berlal...