"Jangan diamkan orang-orang terdekat kita bersedih. Hiburlah, walau menurutnya lelucon tak berfaedah."
Semua penghuni rumah sudah berkumpul rapi, siap untuk berangkat menuju kediaman Nia, yaitu Ciamis terkenal dengan galendo juga pemandangan alam seperti kaki gunung Sawal dan peninggalan kerajaan Galuh lainnya.Dikarenakan Sri harus menjaga ibunya maka ia tidak ikut dan rencananya satu hari menginap di sana—lalu kembali ke Bandung.
Sinta mengikuti mobil Yogi di depan, Acha dan Devid tak hentinya menatap layar ponsel dengan kedua jemari yang menari-nari, sebuah aerphone tersumpal di kedua lubang telinga mereka.
"Din, mereka kapan daftar ke SMA?" tanya Sinta pandangannya masih lurus ke depan.
"Kurang tahu, Devid?!" seru Dinda melirik anaknya.
"Apa?"
"Kamu kapan daftar sekolah?"
Bukannya Devid menjawab, tetapi ia menyenggol bahu Acha dengan siku tangannya. "Ganggu!" sebal Acha menjauh dari Devid.
"Devid!!" panggil Dinda kembali mulai geram.
"Gak tau, Ma, noh si Acha!" balas Devid.
"Sudahlah, nanti aja tanyanya," ucap Sinta.
"Diperbudak ama game, huh!"
Mobil sedan berwarna hitam itu melenggang santai melewati pedagang kaki lima di sepanjang jalan kota Garut yang asri dengan kebersihan membuat siapa pun nyaman.
Terlihat pejalan kaki saling bercengkrama, di samping pesepeda berbaris rapi tak lupa pengaman kepala juga baju khusus melengkapi olahraga.
***
Sampai di tujuan mereka langsung saja menuju rumah makan terdekat sebelum masuk lewat gang menuju kediaman Nia. Kuliner khas Sunda mulai memenuhi meja, duduk beralaskan karpet terbuat dari bungkus kopi bekas yang telah dianyam.
Kepulan asap air teh, sekaligus pemandangan pesawahan hijau memandang—semilir angin sejuk mendominasi alunan pupuh Sunda dari radio di sana.
Lalapan yang tersaji menghipnotis mata mereka, tak tahan mengisi perut kelaparan. Decha masih tertidur di pangkuan Nia nyaman terbalut baju hangat agar menutupi dari sinar matahari menyengat.
"Kapan daftar ulang?" tanya Dinda di sela suapan nasi yang tercampur sambal merah.
"SMA?" tanya balik Acha heboh merebut telor dadar di nampan dengan Devid.
"Iya, kamu gak denger tadi di mobil mama tanya," sela Sinta.
"Hehehe, maaf, Ma. Mungkin Senin depan," jawab Acha.
"Sama orang tua, 'kan?" tanya kembali Dinda memastikan.
"Iya, Tan, kan biar langsung tahu administrasi masuknya."
Dret .... Dret ....
Ponsel Sinta yang berada di atas meja bergetar menandakan nada panggilan. Sinta pun bangkit menuju pancuran khusus membasuh tangan, tak lupa menggunakan sabun.
"Hallo?" sapanya.
" - "
"Gak bisa besok, pak?"
Acha bertanya-tanya, siapa yang menelpon di hari weekend mamanya itu.
"Baik, secepatnya, terima kasih."
Sinta terlihat gusar lalu ia menghampiri tempatnya kembali seraya menyimpan ponselnya ke dalam saku mantel depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SEGI EMPAT 3 [END]
Ficção AdolescentePINDAH KE DREAME Rank 19-08-21 #1 Devid #1 Indomembaca #2 Bestseller #2 Akudandia #4 Trend (Series 1 & 2 Di Dreame 16+) Follow sebelum baca, ya, guyss. Kepergiannya hanya meninggalkan jejak seorang anak. Janjinya menemani hilang begitu saja, berlal...