"Jika cinta belum seharusnya kita kenali, biarkan tali pertemanan yang mengikat kebersamaan kita sampai nanti."
Riuh tepuk tangan menggema, Devit kembali berjalan paling depan, tanpa menunggu lama Gita menyusul berdiri di samping kirinya. Mulai berjalan ke depan, seanggun mungkin menampilan yang terbaik. Bu Siti mengabadikan potret keduanya, sampai penampilan mereka pun berakhir oleh riuh tepuk tangan termasuk dari tiga juri sekaligus.
"IBU BANGGA ...!!" Bu Siti memeluk Devit dan Gita bersamaan. "Kalian juara, pokoknya!" lanjutnya.
Devit terkikik. "Pengumuman aja belum, Bu ... masa udah jadi juara aja," kekehnya.
Bu Siti menepuk bahu Devit. "Bagi ibu, kalian sudah jadi juara sebelum pengumuman pun!" serunya.
"Aamiin, semoga jadi doa, Bu," balas Gita.
Sesuai ketentuan bagi semua peserta lomba, diharapkan tidak meninggalkan tempat sebelum pengumuman kejuaraan diumumkan. Sayangnya lagi, Bu Siti pamit pulang karena ada hal yang tidak bisa ditinggalkan. Meninggalkan pesan, bahwa keduanaya akan dijemput oleh supir sekolah memaksa Gita mengiyakan permintaan Bu Siti.
"Dev, ibu titip kalian pulang bareng, ya, biasanya jam bubar lomba kayak gini lepas isya," jelasnya.
"Tenang, Bu, nanti kan ke sekolah lagi tuh, Devit bawa motor kok," balasnya.
Gita tak mampu menolak, jika meminta kepada ayahnya untuk dijemput sangatlah mustahil. Karena ayahnya sedang ada di luar kota, bersama pamannya.
"Kalian bisa istirahat di tempat yang sudah disediakan, ini uang konsumsi dari pihak sekolah," putus Bu Siti sembari menyelipkan sebuah amplop ke tangan Devit dan Gita.
"Makasih, Bu ...."
Penampilan peserta lain terus berlanjut, sampai waktu istirahat makan siang pun menghentikan penampilan peserta yang tersisa. Devit mengajak Gita pergi mencari warung nasi, sambil menunggu azan duhur tiba. Mereka pun makan bersama tanpa pembicaraan, Gita sadar ia tidak terlalu dekat dengan Devit jadi serba salah untuk memulai percakapan.
Devit sendiri sedang galau karena memikirkan kejadian kemarin malam menelpon Gita. Apakah cewek di depannya itu lupa begitu saja? Atau memang tidak dengar apa yang Devit katakan? Saat pikirannya ke mana-mana Gita tiba-tiba mengeluarkan ponselnya, menelpon bundanya.
"Assalamualaikum ...," salam Gita, tersisa dua suapan nasi di piringnya. "Bun, Gita pulangnya lepas isya, nanti ada yang jemput kok dari sekolah."
Devit diam-diam mendengarkan percakapan Gita dan bundanya itu. "Bu Siti, sih, minta Devit yang anter," lanjut Gita roman wajahnya berubah kesal karena Devit yang akan mengantar pulang nanti.
"Hah? Ngapain? Dia lagi makan, ganggu nantinya," tolak Gita saat mendengar bundanya ingin berbicara dengan Devit. "Jangan lama-lama," tegas Gita lalu menyodorkan ponselnya ke hadapan Devit. "Bunda mau ngomong!"
"Ohh, bentar." Devit mengelap mulutnya dengan tisu, lalu mendekatkan ponsel Gita ke telinganya. "Iya, Tan?"
"Bunda, titip Gita, ya, jangan sampe dia maksa pulang sendiri naik taksi."
Devit membalas, "Iya, tenang .... Tante, tinggal nungguin kita sampe aja. Gita aman, kok."
"Udah sini!" pinta Gita, tanpa menunggu lama Devit pun mengembalikan ponselnya. "Dah, Bunda. Wassalamualaikum ...."
Gita segera memasukkan ponselnya ke dalam tasnya, lalu membawa piring kotornya itu ke pemilik warung nasi. Meninggalkan Devit yang nasinya masih terlihat banyak.
"Judes amat tuh anak," gerutu Devit.
Keluar dari warung nasi, Devit dan Gita pergi ke masjid yang berada di samping tempat perlombaan. Seperti yang Gita lakukan tadi, Devit pula mengabari Acha bahwa ia akan pulang malam menunggu sampai pengumuman kejuaraan. Selesai jam istirahat semua peserta diharuskan duduk kembali ke tempat masing-masing memaksa Gita duduk lagi di samping Devit.
![](https://img.wattpad.com/cover/225183986-288-k554922.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SEGI EMPAT 3 [END]
Genç KurguPINDAH KE DREAME Rank 19-08-21 #1 Devid #1 Indomembaca #2 Bestseller #2 Akudandia #4 Trend (Series 1 & 2 Di Dreame 16+) Follow sebelum baca, ya, guyss. Kepergiannya hanya meninggalkan jejak seorang anak. Janjinya menemani hilang begitu saja, berlal...