199. Di Toko Buku

5 1 0
                                    

Acha terdiam, ia melirik kalender kecil di atas nakas. Sekarang tanggal 28 dan ia tersadar. "Dok, bulan kemarin ...." Ucapannya tergantung, tangannya menutup mulut yang membulat karena baru mengingat.

"Cha?" Devid belum bisa memastikan apa yang dimaksud Acha!

Dokter Hans tersenyum kecil. "Bisa dites dulu saja, ya, beruntung ... saya membawa tespack!"

Acha tak percaya, setelah menerima alat yang akan menjawab pertanyaannya Acha gemetar, dipapah Devid ke kamar mandi. Sampai di ambang pintu, dengan lantang Devid bertanya, "Gua masuk juga gak, nih?"

"Enak aja!" Acha bersiap menampol dada bidang suaminya itu, tetapi urung malah mengelusnya sayang. "Banyak doa aja, ya?" pintanya.

"Doa yang tebaik buat istriku!" seru Devid, sebelum melepaskan Acha masuk ke dalam kamar mandi, Devid meluncurkan telapak tangannya mengelus perut rata Acha. "Papa gak sabar nungguin kamu," bisiknya.

Acha menahan tawa, lalu pintu kamar mandi pun tertutup. Selagi Acha di kamar mandi, Devid segera mempersilakan beberapa jamuan untuk Dokter Hans.

"Gak masuk kerja dong, Dev?"

Devid tersadar, ia melirik jam dinding tepat menunjuk pukul tujuh lebih sepuluh!

"Ah, gimana, ya ... untung saya bukan karyawannya, sih, Dok! Beruntung masih bisa bolos hahha!"

"Hahha! Tetap saja, kasihan sekertaris kamu, harus jadwal ulang!" serunya.

Devid mengangguk setuju. "Kali ini beneran apa mual biasa, nih, Dok?" tanya Devid mengalihkan pembicaraan.

"Liat aja nanti," balasnya membuat Devid semakin penasaran!

"Yah, Dok! Gitu amat," gerutu Devid diakhiri suara pintu kamar mandi terbuka.

Secepat kilat Devid berlari mendekati Acha. "Gimana?" tanyanya.

Acha mengulum senyum, menyodorkan kepalan tangan kirinya lalu membukanya perlahan. Lihatlah! Dua garis pertanda bahwa Acha positif!

"Akhirnya ...!!" Devid memeluk Acha tak sabaran, di belakangnya Dokter Hans tersenyum lebar.

"Meluknya biasa aja, Kucrut!" maki Acha karena terasa sesak!

Devid melepasnya cepat, tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja. "Cha, lo hamil!"

Acha mengangguk cepat. "Ini, ya, rencana Tuhan? Devit mau belajar jauh, ehh ... dikasih pengganti?"

"Itu yang gua maksud, Tuhan selalu punya caranya sendiri," balasnya.

Kabar bahagia Acha langsung tersebar luas, sampai ke telinga Devita juga yang tadinya berniat mendekati Devid sekarang semakin dipersulit. Restu Acha mengizinkan Devit ke Singapura pula sudah didengar anaknya itu. Namun, Devit tiba-tiba enggan berjauhan dengan Acha. Ia ingin membantu mamanya itu mengurusi rumah. Kata dokter Acha tak boleh kelelahan.

Kekhawatiran Devit membuat Acha sulit melepas anaknya itu, dari yang tersisa 2 minggu lagi menjadi satu minggu. Acha semakin banyak menghabiskan waktu bersama Devit. Dari menyiram tanaman di balkon, memandikan Cimoy yang selalu meraung-raung sampai beberapa pesan seorang ibu kepada anaknya.

CINTA SEGI EMPAT 3 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang