"Gombalan gua kagak recehana, ya! Tanya aja sama rumput yang bergoyang, mereka gak bakal jawab pertanyaan. Jamin! Kagak percaya? Sono buktiin."
Devid
Langkahnya kembali melewati jalur bukan ke toilet pria. Namun, ke tempat terakhir Acha dan Mamanya berdiri menunggu kedatangannya, tetapi tak ada tanda-tanda—hanya antrian panjang untuk mencoretkan nomor ponsel saja.
Saat Devid akan berbalik. Jeritan cewek cempreng berdengung di telinganya. Refleks mundur selangkah dari ketua kurcaci, Nada.
"Ya, ampun ... aku tau! Pasti kamu nyari aku, 'kan? Khawatir gitu, deh!" oceh Nada sambil menarik lengan baju Devid manja.
"Apaan, gua cari Acha!" timpal Devid seraya menyingkirkan tangan Nada yang menarik bajunya.
"OMG. Acha lagi! Kapan Ratu Nada lo cariin, Devid!" seru Syakila dengan kebiasaan diakhiri menyibakkan rambut panjangnya.
Nada berkacak pinggang. "Lagian, aku gak terima keputusan kamu. Berarti kita masih pacaran, Sayang ...."
"Hilih .... Ogah!" sungut Devid lalu meninggalkan tiga kurcaci itu.
"Ihhh .... Bebep gua makin ke sini jadi nyebelin!" jerit Nada kesal.
Naura siap melemparkan kipasnya. Karena Ratu telah menunjukkan hawa hareudang di sekitaran. Ulah mantan terindah yang masih ingin dianggapnya pacar idaman setia kepada pasangan.
"Acha, tante mau ke kantor dulu, ya, kamu di kantin aja nanti balik lagi, kok. Gak lama," jelas Dinda seraya pergi meninggalkan Acha.
"Ahsiap ...," balas Acha.
Ribuan atau ratusan. Semua siswa memenuhi kantin yang terlihat bersih dan nyaman. Tak ada bau apek yang menyengat ataupun terasa pengap. Di setiap penjuru selalu ada ac tersedia di sana. Tak lupa pewangi ruangan yang menyegarkan.
Perlahan Acha melangkahkan kakinya. Udara segar langsung menyambut kedatangan. Ubin yang terinjak seakan dapat memelesetkan semua benda, termasuk sepatu yang dipakai Acha. Karena kinclong dan halusnya permukaan.
Menuju tempat pemesanan makanan harus ke depan. Di sana kini ada beberapa cowok dan empat yang berjaket jins mengantre. Gayanya sudah tidak disangka keempatnya adalah gank di Garuda, sama-sama memakai jaket jins berlogo motor gede. Acha bimbang. Namun, ia teruskan berjalan. Meski beberapa di sana memakai seragam putih biru sepertinya pula.
Namun, Acha yang berjalan sendirian serta merta ditatap oleh ribuan pasang mata. Rambut Acha yang sebahu terayun karena ac tepat di sekitaran jalan menuju tempat pemesanan. Satu per satu cowok di depannya keluar antrean. Hingga Acha mendapati seseorang yang pernah menyapa di depan caffe gerbang SMA Garuda.
Kedua tangan empat orang berjaket jins itu memegang nampan membawa pesanannya masing-masing. Benar dugaan Acha, salah satunya sangat dikenal waktu bersama Devid.
Cowok itu menatap wajah Acha. "Acha, 'kan?" tanyanya.
Acha mengangguk. "Haris?"
Haris yang ditanya tertawa sumbang. "Mana si Devid?"
"Katanya nyari toilet," jawab Acha sambil menggerakkan alisnya seperti biasa.
Keempat cowok di depannya tiba-tiba menertawakan jawaban Acha. Otomatis semua pasang mata di kantin menatap Acha yang berdiri di antara gank-nya Garuda. Haris Moge.
"Napa?" tanya Acha bingung.
"Bukan nyari toilet, tapi mangsa!" ujar Haris lalu begitu saja berlalu meninggalkan Acha.
![](https://img.wattpad.com/cover/225183986-288-k554922.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SEGI EMPAT 3 [END]
Ficção AdolescentePINDAH KE DREAME Rank 19-08-21 #1 Devid #1 Indomembaca #2 Bestseller #2 Akudandia #4 Trend (Series 1 & 2 Di Dreame 16+) Follow sebelum baca, ya, guyss. Kepergiannya hanya meninggalkan jejak seorang anak. Janjinya menemani hilang begitu saja, berlal...