198. Hamil?

12 1 0
                                    

Kabar duka masih menyelimuti keluarga Angel yang ditinggalkan oleh kepala keluarga di usia yang cukup terbilang masih muda. Di hari mingggu itu semua pelayat datang, memberikan doa terbaik bagi ayahnya, termasuk dari keluarga barunya yaitu kelas 8A. Devit datang pula, padahal hari senin esok mereka akan menghabiskan waktu bersenang-senang!

Namun, apa yang terjadi sekarang? Angel banyak diam, kepalanya terus menunduk dalam menahan rasa sedih yang dirasa. Sudah lelah ia menangis histeris semenjak keluarganya membenarkan dugaan bahwa ayahnya meninggal dunia. Meninggalkan gadis kecilnya yang bersiap tumbuh dewasa, tanpa seorang ayah menemaninya.

Minggu berlalu dengan cepatnya, senin yang dinantikan ramai oleh penghuni SMP Pancasila mempersiapkan diri untuk acara kemah. Peserta yang mengikuti adalah kelas 7 dan 8 pastinya semua panitia adalah kelas 8 bertanggung jawab akan tugas mereka menggantikan kakak kelas yang fokus mengejar nilai.

"Kamu gak perlu ikutan kemah, Ngel, nanti aku bakal cariin penggantinya," ucap Gita sebelum pamit pulang dari rumah duka.

Angel tetap diam, lalu kepalanya mendongak. "Itu tanggungjawabku, Git, ayah paling tidak suka aku ingkar janji, apalagi ini? Aku panitia, dipercaya menjalankan kegitan oleh Pak Sohib!"

Gita menatapnya iba, ayah Angel benar-benar berhasil mendidik anak gadisnya itu.

"Ya udah, aku tunggu di lapang jam tujuh hari senin, ya?" balas Gita diakhiri senyum.

Angel menganggguk cepat, lalu memeuk teman barunya itu. "Makasih, ya," lirihnya.

"Semangat, Angel, Tuhan tahu kamu bisa melewati ini semua," ujar Gita menyemangati, tangannya mengelus sayang punggung Angel. "Percaya, deh, ayah kamu akan bahagia di sana kalo kamu bangkit! Mana Angel yang dikenal orang banyak? Ceria banyak tanya?"

Angel menguraikan pelukan, menghapus jejak linang air mata di pipinya. "Gak ada Angel cengeng! Aku kuat, ya, kan?"

"Iya, dong!" seru Gita.

Akhirnya acara perkemahan berjalan dengan lancar. Walaupun ada beberapa momen yang sudah terjadwal dihilangkan demi menghormati Angel yang masih berduka. Dua hari satu malam berlalu begitu saja, Firman yang katanya tertarik kepada Angel semakin perhatian apalagi setelah ayahnya meninggal.

Devit, sih, tidak banyak komentar saat temannya itu sudah ada di bangkunya setiap pagi. Alasannya selalu sama, bahwa ia ingin menyapa Angel dan sedikit berbincang. Angel menanggapinya dengan guyonan, Firman sama dengan teman lelaki lainnya, sebatas teman dan tak lebih.

"Teman curhat aja, Ngel ... kalo temen doang, kasian tau!"

Angel terbahak. "Firman ... kamu tuh jangan ngaco, ya!"

"Tau tuh, berharap banget, ya, lo mau pacaran ama Angel!" komentar Gita.

"Apa lo? Mau pacaran ama si Devit juga? Oke, bakal gua kabulin!" seru Firman tak mau kalah.

"Idihh ... apa hubungannya kok, malah ke si Devit!" teriak Gita tak terima.

Setelah adu mulut selesai, barulah Devit datang dengan wajah datarnya seperti biasa. Karena kursinya sudah diisi Firman di mana ia bukan anak kelas 8A. Ikhsan pula sudah sampai di kelas, sedang fokus membaca buku pelajaran.

"Dev! Urusin si Gita ini, nih!" serunya memancing tatapan Devit.

Devit mengerutkan keningnya dalam. "Baru dateng juga, diem lu!" balasnya.

Firman beranjak dari duduknya, memberikan jalan untuk Devit duduk di bangkunya.

"Tau, tuh, si Gita kayaknya mau pacaran ama elu!"

"HEH! NGOMONG TUH DIJAGA, YA!" Gita berteriak, melupkan volume suaranya, lalu ia tersenyum malu. "Sorry, gak tau tempat banget, ya!"

Angel terkikik. "Kalian ini, ya, Firman kembali ke kelas! Jam berapa ini?"

CINTA SEGI EMPAT 3 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang