144. Kenapa Gua Lagi?

35 11 2
                                    

"Luka karena cinta. Lagi-lagi kisah romansa yang mengharuskan diiringi berjuang, harus bertahan sampai mendapat apa yang diharapkan."

"Rei?"

Reina berbalik, melihat kedatangan Acha dan Bram. Dari belakang sesungging senyum lebar masih menghiasi bibir berlipstik tipis Sinta. Kedatangan anak satu-satunya membuat Sinta benar-benar bersyukur, tanpa paksaan datang mengobati kerinduan. Tidak terlihat gurat sesuatu yang mencurigakan, Acha bagi Sinta masih sama di matanya. Anak kecil membanggakan dengan ratusan sertifikat prestasi, piagam penghargaan juga piala yang menghiasi kamar mininya.

Mungkin, Acha akan datang menemukan semua masa lalunya itu? Sayang, kediaman Acha di masa kecil juga beberapa kenangan bersama Devid tak bisa ditemukan lagi. mengingat rumah yang didiami Sinta bukan lagi rumah bersama dulu dengan Chandra. Namun, kehidupan lain bersama lelaki barunya. Lelaki yang menyakiti hati ibu Reina.

Setelah berbasa-basi terlebih dahulu, tepat pukul tujuh malam Sinta memberikan wejangan alias makan malam spesial. Mahendra juga terpaksa tidak menghadiri acara pentingnya di kantor, demi menyambut kedatangan Acha anak tirinya. Membiarkan suasana yang pernah kaku pada masanya.

Di mana Acha mengetahui perasaan Reina soal menyukai Devid. Bukan hanya itu saja, Reina pernah terang-terangan menggoda Devid di depan Acha agar membalas rasa sukanya. Padahal Acha dan Devid sudah menikah. Sungguh, kedatangan Acha membuat Reina salah tingkah. Ia begitu bodoh dan sangat konyol.

"Bram, kamu juga mau nginep?" tanya Sinta, wanita itu sudah tahu gerak-gerik juga semua perhatian yang ia berikan kepada Acha. Menandakan bahwa ia ingin menjadi sebagian hidup Acha, mengggantikan Devid selamanya.

"Iya, Tan. Tenang gak sekamar sama Acha, kok," ucap Bram bergurau.

Sinta dan Mahendra terbahak, Reina hanya cengengesan saja. Ia sangat jengkel hidup bersama dengan Sinta saja, apalagi sekarang ditambah Acha dan Bram ada di depan mata. Rasanya bumi seakan sempit, andai Reina memiliki banyak uang mungkin ia bisa menghabiskan waktu sekarnag di hotel bersama teman-temannya atau mungkin ketiduran di kelab malan?

Ya, kehidupan Reina sedikit mulai tak bisa dikendalikan. Namun, ia masih sadar akan apa yang ia lakukan. Sangat membuang waktu! Apalagi kehidupannya soal percintaan, lagi-lagi ingin lebih dari bayangan Devid yang disukainya seperti saudara tirinya itu. Lebih tepatnya, ia menyukai suami dari saudara tirinya. Melupakan, bahwa Devid sudah meninggalkan benih cinta yaitu Devit.

"Kamu ini bercandanya ada-ada aja!" Mahendra masih menyisakan tawa, sampai ia bertanya, "Devit, kamu tinggal sendirian? Kenapa gak diajak?"

"Katanya gak mau ikut, biasalah ... anak menginjak remaja kebanyakan fokus dengan tujuan yang masih terngiang di kepala," jelas Acha, diakhiri menegak habis air minumnya.

"Padahal, mama kangen banget sama dia! Kamu pasti gak cuma sehari 'kan di sini?" Sinta menyayangkan jika jawaban Acha adalah akan lama berada di rumahnya, tanpa sang buah hati.

Acha mengangguk lemah. "Cuma dua hari, kok."

Selesai makan malam, Acha mengajak Bram pergi keluar. Tanpa menyebutkan ke mana tujuannya, Bram hanya menurut saja mengikuti arahan yang Acha tunjukan. Menyaksikan beberapa warung di pinggir jalan yang masih buka, beberapa anak lelaki tanggung dengan santai menyesap kopi, menggepulkan asap rokoknya lalu bersenandung ramai-ramai.

CINTA SEGI EMPAT 3 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang