35. Hidup, ya, Gini

294 43 6
                                    

"Pacaran gak menjamin kebersamaan, apalagi jika tak didasari oleh cinta di antara kita."

Seperti biasa lagi, Acha yang berada di jok belakang motor Devid menjadi pusat perhatian orang, selain suara bising sampai di parkiran. Kegantengan Devid yang sudah terbukti mengalahkan Alex pun membuat semua orang terpaku kepadanya.

Dilepasnya helm berwarna hitam itu, diakhiri menyisir rambutnya dengan tangan ke belakang. Sepanjang lorong enggan melepaskan menatap kedatangan Devid, sesekali memepetnya karena disengaja atau ada juga yang meminta nomor WhatsApp-nya dan Acha hanya menyesuaikan keadaan.

Sampai di tikungan, mereka terpisahkan. Devid langsung disambut jeritan Nada, karena kemarin adalah hari paling membosankan tanpa Devid baginya. Devid hanya acuh dan masuk ke kelas.

Saat bokong Devid sudah duduk di sebelah temannya, Wisnu. Meskipun satu bangku, mereka tak banyak bicara, dikarenakan pula Devid sibuk dengan bergonta-ganti dari kelas lain cewek mendekatinya. Tepat di sampingnya bangku Nada, mantannya hanya bisa mendengkus saja.

***

Seiring berjalannya waktu, semua kegiatan sekolah telah dilaksanakan sesuai jadwal yang terdaftar. Acha menjadi juara terbaik di setiap minggunya, dan Firman tepat di bawah lalu ke tiga Anya si pendiam.

Acha sangat bahagia dengan pencapaiannya, meskipun ia tak bisa mendapatkan hati Alex selama satu semester ini. Isabella pula, tetap tegar menghadapi cowok paling kalem tapi tak mudah dimiliki.

Dari awal masuk, Devid sudah memacari kakak kelas yang terkenal dengan kepopulerannya, sedangkan Nada sudah pasrah. Ia menyerah dengan keadaan. Karena Devid semakin menggila, sampai-sampai hampir masuk dalam gank Haris. Ditawari yang tak bisa ditolak oleh siapa pun sebagai ketua. Namun, Devid bisa menolak. Ia tak mungkin keluar malam. Setelah difonis bagaimana keadaan tubuhnya sekarang.

"Kamu hanya butuh bersenang-senang, Dev, jangan pikirkan apa pun. Jadikan pening di kepala kebahagiaan," jelas Aryo waktu lalu.

Kunci kesenangan Devid adalah dikagumi, dimiliki, menjauh pergi, mencari yang belum dimiliki. Namun, itu hanya bersenang-senang belaka. Sama saja mempermainkan wanita.

Hari Senin ini, semua anggota OSIS akan mengikuti rapat tertutup, termasuk Acha dan Firman. Mereka lolos dalam tahap sleksi. Sampai membuat Firman hampir memeluk Acha di sebelahnya, karena kelewat bahagia.

Reina pun sama, ia sudah dipercaya sebagai ketua basket PI di Garuda. Selain gesit memasukkan bola dari kejauhan, lemparan tangannya itu pula tak pernah melesat dari si penerima. Membuat Mahesha dan Aura terkagum-kagum, sebagai ketua basket.

***

Bel pertanda pulang sudah terdengar nyaring lima menit yang lalu, tetapi Reina masih berada di depan halte menunggu seperti biasa jemputan sopir pribadinya. Di rumah, ayahnya sedang pergi dengan kliennya ke Bali. Namun, ia tak pernah melihat langsung wajah orang yang selalu bersama ayahnya itu.

Sampai, suara raungan motor ninja hitam berhenti di depan Reina. Tak salah lagi, di dalam helm yang tertutup itu nampak Devid dengan karisma sempurnanya, dan membuat Reina akan terkenal ketomboiannya, sangat terasa gemetar merasakan sesuatu yang aneh menjalar di tubuhnya.

Devid membuka helmya. Untung saja keadaan luar sekolah telah sepi. Jika tidak, gerombolan perempuan akan mendekatinya. Reina terlihat canggung menekan-nekan ibu jarinya dengan jemari lain, kentara gugup, pikir Devid.

"Belum pulang?" tanya Devid.

Reina mengangguk. "Udah gua telpon, tapi belum datang juga," jawab Reina tanpa menatap bola mata Devid yang diam-diam akan menyihirnya.

CINTA SEGI EMPAT 3 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang