175. Acha Acha Nehi Nehi

20 3 1
                                    

"Jangan biarkan pelakor dikasih kendor!"

Bola mata Acha terpaku, lalu mengangguk pelan. "Gua gak mau kehilangan lo, Dev," cicitnya.

Telunjuk Devid menyusuri helai rambut yang menutupi sebagian wajah Acha. "Gak mungkin gua lupa ama status gua sekarang, Cha, gua sadar akan kesalahan ninggalin lo sendirian! Tapi gua yakin, itu terakhir kalinya gua nurutin keinginan Devita," jelasnya berjanji.

Acha mendekatkan tubuhnya, membiarkan kening mereka bertemu. "Please, lo harus ada di samping gua sampe maut memisahkan," pintanya, setitik air mata berhasil turun membasahi kaus oblong Devid.

Devid mengangguk. "Gua janji. Kita juga harus saling terbuka, gak ada rahasia," pinta Devid.

"Gua janji," balas Acha.

"EH!"

Acha dan Devid saling menjauhkan diri. Ah, ternyata Devita si pengganggu!

"Ih, kalian, kayak gak punya kamar aja! Kenapa di tempat umum kek gini? Gimana kalo Devit atau anak gua yang liat?" oceh Devita, dengan wajah masamnya yang tidak terima melihat Devid dan Acha bermesraan.

Acha segera berdiri, begitu pun Devid. Di luar dugaan, sebelum melangkahkan kaki Devid mendaratkan ciuman di bibir Acha dengan lembut.

"Masuk, yuk, di sini dingin," ajak Devid.

Ditinggalkan oleh dua manusia yang tak punya perasaan! Bermesraan di depan Devita yang menahan kesal.

"Ma, Devit mau tidur besok senin!" teriak Devit dari ruang TV.

"Ya udah kamu tidur duluan, nanti mama nyusul!" balas Acha.

Devit menggaruk rambutnya. "Ini, anaknya tente Devita gimana?"

Mendengar namanya disebut, Devita langsung mendekat. "Salsa, yuk, pulang! Kak Devit nya mau tidur," ajak Devita.

"Maaf, ya, Tante ...." Devit tidak enak karena Salsa anak yang sedang aktif-aktifnya itu enggan pulang,  masih ingin bermain dengannya.

"Ihh ... gak papa, besok kan bisa main lagi, ya?" Devita pun menggendong Salsa yang mulai menangis histeris.

Mendengar kegaduhan di ruang TV Dinda dan Sinta saling bertanya-tanya. Sampai Devita pun pamit pulang, membiarkan Devit bernapas lega bersiap tidur untuk hari esok. Hari di mana ia akan tampil bersama Gita! Berjalan berdua di atas karpet merah! Wah, apa kata teman satu SMP-nya nanti?

Ah, ya, Devit tak mampu melupakan kejadian yang sangat konyol! Mengapa tadi ia tidak memilih dijepit saja daripada menelpon Gita? Ah, sial .... Besok ia harus bersikap seperti apa? Sebelum merebahkan badannya, Devit dikejutkan oleh pesan yang Gita kirim.

Gita Bawel
Lo tadi pas nelpon ngomong apa? Gua gak denger, besok persiapan aja ya buat acara lomba batik.

"Dia gak denger? Masa, sih!" gerutu Devit masih bimbang, ia pun menuliskan pesan balasan.

Devid
Sorry, tadi salah sambung

"Masuk akal, kan?" tanyanya pada diri sendiri, ia pun segera memposisikan diri tidur dan menarik selimut.

Di lantai bawah, tepat jam dinding menunjuk pukul sepuluh malam Sinta dan Mahendra pamit pulang, mereka menolak untuk menginap padahal ada kamar kosong satu lagi.

"Besok pagi ada kerjaan, lain kali saja kami menginap," putus Mahendra.

Devid mengunci pintu, berakhir mematikan lampu ruang tamu, sedangkan Acha sedang membantu Dinda mencuci piring kotor.

CINTA SEGI EMPAT 3 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang