"Sahabat dari kecil, selalu tahu candaan yang mana harus dilontarkan membuat lawannya teringat di saat masa lalunya."
"Tidur trosss ...." Suara bass dari Devid membuat Acha yang sedang terlelap bangun dengan sebal.
"Ganggu mulu kaleng rombeng!" jerit Acha masih dengan mata tertutup.
"Bukannya mau beli baju kebaya, hah?!"
"Masih minggu depan juga party-nya, Devid!"
"Yang penting udah beli, mau gak kebagean, tuh, di butik yang lo sebutin kemaren malam?" tanya Devid seraya menyusuri foto polaroid dirinya dan Acha terpajang dengan cantik.
"Bodo!" gerutu Acha memilih kembali menutup wajahnya dengan selimut tebal.
"Changcuters! Bangun lu kayak kebo!!"
"Gua masih ngantuk!"
Devid dengan gemas menarik selimutnya sampai terlepas. "Cepet kalo kagak mau, gua mau main, nih!"
Acha menatapnya sebal sembari menuruni tempat tidurnya menuju kamar mandi.
Devid hanya bisa cekikikan menatap Acha yang sejak kecil selalu saja malas bangun tidur, sedangkan dia yang sangat menjaga kualitas tubuh dan kekuatannya selalu memilih olahraga ringan.
"Sana keluar!" titah Acha masih dengan balutan handuk tebalnya.
"Gak bakal ngintip yang tepos juga kali, sans," balas Devid masih fokus dengan layar ponselnya.
"Anjir! Pergi, Devid, gua udah gede lagi ... bukan anak SD yang suka mandi bareng, pake baju bareng ama, lo!"
"Tepos juga." Matanya kini menatap langsung Acha yang dari tadi berdiri di ambang pintu kamar mandi hanya memakai handuk.
"Pergi, Devid!!" jerit Acha karena pandangan Devid seakan menilai tubuhnya.
"Huftt .... Gua tunggu di luar!"
Secepat kilat Acha menutup pintu kamarnya keras dan menguncinya. "Kaleng rombeng!"
Selesai acara ritualnya Acha menghampiri Devid yang sudah siap dengan motor asing, Acha mengerutkan keningnya karena 'tak biasanya Devid mengajaknya menggunakan kendaraan itu selain memakai sepeda atau taksi.
"Ngigo ya, lo? Emang bisa?" ledek Acha.
Devid menatapnya garang. "Emang elo! Kerjaannya tidur, kagak tau apa setiap subuh gua sama om Yogi latihan!" sungutnya sembari memakaikan helm yang mengkilat.
Acha memicingkan sebelah matanya ragu. "Naik taksi aja, Dev, curiga lo belum mahir!"
Sekali lagi Devid menatap sahabatnya itu yang meragukan keahliannya. "Naik! Udah paling ganteng plus keren, gini-gini gua juga pinter, Cha. Gampang ngafalin, nih, benda!" Ditepuknya jok belakang motornya bangga.
"Yaudahlah, daripada naik taksi gua bayar!"
"Makanya, let's go ...."
Acha memakai helm yang sudah disediakan Devid. Suara mesin motor menggema melaju santai hingga menjejak jalan beraspal, hingga suaranya menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SEGI EMPAT 3 [END]
Roman pour AdolescentsPINDAH KE DREAME Rank 19-08-21 #1 Devid #1 Indomembaca #2 Bestseller #2 Akudandia #4 Trend (Series 1 & 2 Di Dreame 16+) Follow sebelum baca, ya, guyss. Kepergiannya hanya meninggalkan jejak seorang anak. Janjinya menemani hilang begitu saja, berlal...