My Second Love Part 159

561 51 1
                                        

"Tuan, Bayimu tertinggal. aku sudah mencoba untuk memanggil mu tapi kau"

"Terimakasih, sudah ku katakan bahwa kau memang cantik" Ucap Shakti tersenyum lalu mengambil alih Keranjang anaknya

Saking girangnya ia mendorong keranjang anaknya itu dengan sepenuh hati.

dalam garis besar mendorongnya dengan sedikit berlari. Tapi Bayi itu tidak menangis. Mungkin ia paham kondisi ayah nya yang excited menemui ibunya.

Bukan excited lagi tetapi gila.

"Itu Radhika, apa aku boleh masuk? ah masa bodo" Gumam Shakti lalu menerobos masuk kedalam ruangan Radhika

Senyuman hangat tidak pernah lepas dari bibir nya. biarlah dia menebus kesahalannya dengan selalu mencintai Radhika dan menjaganya.

Itu sudah lebih dari cukup.

"Radhika, Radhika. Aku tau kau sudah sadar. bangunlah Radhika" Paksa Shakti

Ia benar - benar sudah gila. tidak peduli dengan istrinya yang mungkin tengah istirahat.

Radhika membuka matanya perlahan. Wajah pria gila dihadapannya ini benar - benar dekat.

Bahkan Radhika ingin sekali berteriak. Namun ia belum ada tenaga untuk itu.

"Lihat nak, ibumu bangun" Ucap Shakti tersenyum

"Shakti" Panggil Radhika lirih

"Ya iya apa apa?" Tanya nya excited

"Jangan berisik, aku pusing" Ucap Radhika tersenyum

Shakti manggut manggut semangat.

"Aku tidak akan berisik" Ucapnya lirih

"Jika kau ingin istirahat maka istirahat saja, tadi aku hanya ingin sekali menatap matamu dan mendengar kau bicara. silahkan sekarang mau istirahat tidak apa - apa" lanjuttnya

"Aku tidak bisa tidur lagi, kau sudah membangunkan ku" Ucap Radhika

"Hehe maafkan aku, aku hanya terlalu bersemangat saja" Ucap Shakti tak enak hati

"Aku mengerti" Ucap Radhika

"Kau tau, anakmu sangat nakal. Kadang ia buang air kecil di pakaian ku, celana ku bahkan ditangan ku" Jelas Shakti  Radhika tersenyum

"Dia juga sering sekali tidak merespon ucapan ku. kadang anakmu diam dan kadang juga seperti acuh tidak mendengarkan ku ketika berbicara" Radhika tersenyum

"Kau sudah makan?" Tanya Shakti. Radhika mengangguk

"Sudah minum obat?" Radhika mengangguk

"Sepertinya aku harus menemui Dokter Shila. Aku ingin bertanya kapan kau bisa pulang" Ujar Shakti tersenyum

"2 hari, Dokter Shila bilang seperti itu tadi pagi" Ucap radhika

"Apa kau tidak mau menggendong anak mu?" Tanya shakti. Radhika mengangguk tersenyum

"Eh tapi tidak boleh. Kau masih terlalu lemah untuk menggendong nya" Ucap Shakti membuat Radhika mengrucutkan bibirnya

"Nanti saja ya, besok" Ucap Shakti

"Baiklah" Jawab Radhika

Tak lama kemudian Dokter Shila masuk keruangan.

"Loh Shakti? Kau ada disini? Siapa yang mengizinkan mu masuk?" Tanya dokter Shila membuat Shakti terkekeh

"Tidak sengaja aku membuka pintu ini tadi, lalu bayiku juga ingin masuk. yasudah, dari pada bayiku menangis lebih baik aku turuti saja kemauannya" Alibi Shakti

"Bayi bisa berbicara? Wah hebat sekali bayi kalian. aku yakin besar nanti bayi mu akan menjadi orang besar" Ucap Dokter

sementara Radhika terus terkekeh pelan mendengar ucapan dokter dan suaminya.

"Ya karena ayah nya aku, jadi bayi ini pasti hebat" Ucap shakti membuat Dokter Shila tertawa

"Yasudah, aku hanya ingin memberikan infus cairan ini untuk tubuh Radhika" Ucap Dokter lalu mencopot infus tadi pagi dan menggantinya dengan yang baru

"Istrimu bisa dirawat di rumah 2 hari lagi. kalau kau perlu sesuatu hubungi saja aku. aku permisi keluar tuan, mari" Ucap Dokter shila

"Ya terimakasih banyak dokter" Ucap Shakti yang dibalas jempol dan senyuman oleh dokter shila

"Shakti" Panggil Radhika

"Ya ada apa?"

"Apa kau pikir perlakuan dokter shila kepadaku itu sangat special?" Tanya Radhika

"maksudmu?"

"Dia merawatku berbeda dengan yang lain" Ucap Radhika

"Mungkin memang seperti itu, itu sudah menjadi kewajiban para dokter" Jawab Shakti

"Tapi menurut ku beda Shakti" Ucap Radhika keukeuh

"Iya sayang iya, aku mengerti. nanti setelah kau pulih aku akan membahas ini kembali dengan mu, jangan pikirkan hal berat terlebih dahulu" Lembut Shakti

"Baiklah" Ucap Radhika mengangguk.

sisilain...

"Aku sangat berhutang besar pada Shakti" Lirih Seorang wanita di dalam ruangan khusus dirinya saja

"Jika tidak ada dirinya mungkin adikku sudah tewas. Aku tidak bisa apa - apa ketika Shakti lebih memutuskan untuk pergi ke america dibanding harus menunggu istrinya melahirkan"

"Aku bisa saja menelpon Shakti ketika Radhika sedang melahirkan. Namun aku rasa Shakti tengah berada dalam waktu oprasinya zaskia"

"Ya tuhan, maafkan aku. aku sudah membuat seorang ibu berjuang sendirian. maka dari itu aku selalu mengurus Radhika dengan telaten dan baik. aku sangat berhutang budi pada mereka. maaf kan aku ya tuhan"

Dokter Shila terus saja merasa bersalah. ia benar - benar merasa sangat berhutang budi.

Itulah alasan mengapa ia merawat Radhika dengan sangat telaten.

sisilain...

"Sekarang kau istirahat saja oke, aku tidak mau kau merasa lelah" Bujuk Shakti

"Baiklah" Ucap Radhika

usapan demi usapan selalu shakti usapkan dipermukaan rambut Radhika.

supaya istrinya itu cepat terlelap tidur.

*****

My Second LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang