My Second Love part 05

913 68 3
                                    

Tittt..... Titttt..... Tittt....

Hanya suara alat-alat deteksi yang terdengar didalam sana.

Terlihat betul Ny. Madan yang sangat pucat Karena kekurangan darah dan memar memar yang kian membiru karena benturan yang sangat keras.

Dokter nithin memandang sangat sendu kearah Ny. Madan sementara Tn. Madan sudah dipindahkan keruang jenazah. Dokter nithin pun memeriksa detak jantung Ny. Madan dengan steroskop nya.

"Detak jantung nya sangat lemah,, " lirih dokter nithin memandang tangan Ny. Madan sementara sesha hanya melihat sekujur tubuh Ny. Madan yang membiru.

"Sesha,, catat ini,, sesha sudah siap dalam posisi menulis siapkan kantung darah O negatif 8 kantung siapkan bubuk putih ramuan dokter 4 kantung siapkan transu--" ucap dokter nithin terhenti dan sesha pun menatap dokter nithin karena berhenti ditengah pembicaraan nya.

"Astaga,, " dokter nithin terkaget karena tangan Ny. Madan menarik baju bawah dokter nithin walaupun itu hanya tarikan kecil tapi masih terasa di tubuh dokter nithin

"Pasien nya dok, sudah sadar,, " ucap sesha tersenyum.

Dengan cepat dokter nithin memeriksa nya kembali. Tapi saat dokter nithin akan menempelkan alat pendekteksi jantung stretoskop pun terhenti saat tangan Ny. Madan menghentikan tangannya.

"Do,, dok,, ter,,, to to tolong bah,, bantu s ssya,," lirih Ny. Madan tersenggal beradu dengan nafas yang  sesak

"Apa Ny,,?  Katakan lah,,? Saya akan membantu,, " ucap Dokter nithin.

Entah kenapa tangan Ny. Madan berusaha meraih papan kertas dan pena yang dipegang oleh sesha. Tapi Ny. Madan tak bisa menggapai itu karena posisi sesha ada disebelah dokter nithin dan jaraknya pun sedikit jauh.

"Apa kau ingin kertas? " tanya dokter  nithin dan dibalas anggukan oleh Ny Madan

"Sesha berikan,, " ucap dokter nithin

"Baik dok,, " sesha pun memberikan papan kertas dan pena yang dipegang nya ketangan Ny. Madan

Entah apa yang ditulis oleh Ny. Madan tapi ia menulis sangat pelan dan sedikit lama. Tangannya pun bergetar hebat saat menulis.

mungkin efek dari kelemasan tubuhnya banyak kekurangan darah dan banyak nya memar yang membekas biru dimana mana.

Setelah selesai Ny. Madan memberikan kertas yang sudah ia robek dan lipat kepada dokter nithin. Dan dokter nithin pun mengambilnya.

"Beh,, be rikannh,, ke paadahh,, kee luargaaa,, aah roo raa,,, "

Tittttttttttttt!!!!!!!

Nafas ny. Madan menghembus setelah berkata seperti itu kepada dokter nithin. Sesha menatap dokter nithin begitupun sebalikknya.

"Pasien sudah tiada dok,, " lirih sesha menunduk.

*****

Radhika sudah terbangun dari tidurnya. Ia melihat kesekeliling tempat nya terduduk sembari tertidur tadi. Ia mengingat ngingat dimana dia sekarang dan apa yang sedang terjadi saat ini.

Seketika radhika beranjak dengan lemas dari duduk nya dan berdiri didepan pintu ruang oprasi orang tuanya tadi.

"Hiksss,, hiksss" tangis radhika pecah kembali. Radhika membuka pintu tapi setelah ia membuka pintu ia tidak menemukan sosok ibu & ayah nya disana.

Radhika tersenyum gembira saat pikirannya mengarah bahwa ibunya sudah berhasil dioprasi dan dipindahkan keruang rawat.

Dengan senyuman yang selalu mengembang dibibirnya radhika pun  mencari-cari keberadaan dokter nithin.

Ia menanyakan kepada suster yang berlalu lalang di lorong rumah sakit.
Tapi satu pun tidak ada yang menjawab tau tentang keberadaan dokter nithin.

Radhika menoleh saat ada tangan yang menepuk pundakknya. Pria itu. Pria itu adalah pria yang tadi menenangkannya dari pelukan hangat nya lalu dengan keras membanting dan menghempaskan pelukan itu lagi, shakti.

"Apa kau mencari dokter nithin? " tanya shakti

"Ya,, aku mencari nya,, "

"Dokter nithin ada diruangan ibuku,, saat aku pergi toilet aku melihat dokter nithin masuk dan saat aku keluar dari toilet aku melihat mu bertanya tanya kepada suster yang melewat didekatmu,, jadi kuputuskan untuk menghampiri mu,,  " ucap shakti

"Baiklah,, antarkan aku keruangan ibumu,, " pinta radhika sementara shakti tersenyum

"Ruangan ibuku berada didepan ruangan oprasi orang tuamu,, "

Radhika merasa malu.

"Ayo,, " ajak shakti dan radhika mengikutinya dari belakang.

Saat ditengah perjalanan shakti & radhika bertemu dengan dokter nithin.

"Dokter,, bagaimana keadaan ibu dan ayah ku? " tanya shakti. Dokter nithin tersenyum

"Keadaan nya membaik karena tidak ada luka serius,, orang tua mu hanya terbentur jok depan dan jok itu tidak keras sama sekali,, jadi tidak ada yang perku di khawatirkan,, hanya saja Tn. Arora belum siuman dari pingsan nya  " jelas Dokter nithin tersenyum yang dibalas senyuman pula oleh shakti & radhika

"Lalu bagaimana keadaan orang tua ku? Mereka dipindahkan keruangan mana?" tanya radhika tersenyum

Tiba-tiba senyuman yang mengembang di bibir dokter nithin memudar saat melihat radhika bertanya seperti itu. Ia merasa gagal menjadi dokter.

"Ikut keruangan saya,, " lirih dokter nithin sementara radhika mengernyit heran atas ekspresi wajah dokter nithin.

"Baiklah dok,, saya harus pergi keruangan orang tua saya,, " ucap shakti


My Second LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang