Chapter 7

148 15 0
                                    

Shion POV

Yondaime Uzukage telah pergi meninggalkan desanya. Dia sempat melambaikan tangannya kepadaku, tetapi aku tidak bisa menahannya. Rasa rindu dan gugup jika melihat senyuman bodoh di wajahnya itu dapat membuat wajahku memerah. Aku berlindung di balik dinding kamar ini sambil mendengarkan teriakan "Selamat tinggal" dari para penduduk Uzushiogakure serta diiringi tepuk tangan dan pujian-pujian serta ucapan selamat. Tak terasa bibirku tersenyum simpul. Senyuman bangga kepada dirinya. Sang Uzukage terkuat, yang sekarang menyandang status suci sebagai suamiku.

Aku duduk di ranjang kamar dan memejamkan mata, mendengar riuh suara para Uzumaki yang semakin keras, dan perlahan-lahan terdengar pelan. Tak terasa itu mengantarkanku pada kenyamanan. Mungkin aku lelah karena pernikahan ini, persiapannya, dan juga, tarian yang lucu bersama si Baka Naruto, tapi itu menyenangkan. Badanku terasa jatuh ke kasur berukuran King Size tersebut dan terasa semuanya menjadi nyaman. Perlahan hanya kudengar suara para Uzumaki yang memudar dan digantikan detik jam di kamarku yang bergerak sesuai kodrat waktu. Terus maju. Maju menuju masa depan, hingga tak terasa alam tidur benar-benar menguasaiku. Kemudian terdengar ledakan yang sangat keras. Amat sangat keras. Aku terbangun dan bergerak dengan jantung berdebar kencang. Kulihat dari jendela, rasa takut yang selalu menghampiriku soal masa depan desa ini jika aku dan Naruto menikah.

Uzu sudah ditelan lautan api, dan di sana para Uzumaki berlarian bagai seperti tubuh tanpa harapan. Tiba-tiba sebuah bayangan melesat menuju ke arah jendelaku dan menerjang tubuhku. Aku terjengkang dan kulihat wajah busuk di atasku.

Shimura Danzo, dengan wajah penuh perbannya tersenyum sinis ke arahku.

"Ramalanmu akhirnya menjadi kenyataan, Ratu?!"

"HAAAH?!"

.

.

.

.

.

Aku tersentak bangun.

Mimpi.

Sebuah mimpi mengerikan. Aku memegang kepalaku dan merasakan denyutan di keningku terasa sakit. Apa mimpi ini termasuk ramalan atau bunga tidur? Aku berlari ke arah jendela dan melihat Uzushio tetap seperti biasa, tenang dan penuh kepala merah. Para Uzumaki kembali ke rumah masing-masing ketika sudah mengantarkan Uzukage mereka menuju perjalanan adat pernikahan itu. Aku dapat melihat beberapa Ninja khusus Uzu melompat menuju dinding-dinding pertahanan desa, siap menjaga desa ini dengan nyawanya. Yahiko sebagai pemimpin militer ketika Naruto tidak ada nampak mengomandani semuanya. Aku harap sahabat suamiku itu bisa menjaga desa ini dengan baik, dan membuktikan bahwa ramalanku selama ini hanya penghias cerita tidurku.

Kudengar ketukan pelan di pintu kamarku, membuat jantungku sedikit berdetak kencang. Aku merapikan rambutku dan membuka perlahan pintu tersebut.

"Ada apa?"

Kosong. Napasku tercekat. Apa-apaan ini. Apa para pelayan sedang membuat cerita horor?

Aku perlahan berjalan menuju lorong hotel tempatku menginap. Agak gelap untuk waktu di siang hari. Aneh. Tak ada suara kesibukan di hotel ini seperti biasanya. Di mana suara kepala hotel yang selalu dengan sigap menyuruh anak buahnya untuk menjaga kualitas hotel, dan di mana kepala pelayanku yang selalu siap berdiri di dekat kamarku, berjaga-jaga apakah aku butuh sesuatu atau tidak.

Saat sampai di lobi, aku melihat suatu pemandangan yang mengerikan. Kututup mulutku segera. Mengerikan. Puluhan mayat pelayanku dan para pegawai hotel bergelimpangan di lobi luas ini. Terdengar rintihan pelan dari arah depan kananku, saat kugerakkan iris mataku menuju arah suara, kulihat kepala hotel dengan leher berdarah dan tergeletak di atas meja resepsionis menatapku dengan tatapan ketakutan.

Naruto : The Long Journey To Reveal The DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang