Chapter 19 | Madara

156 13 1
                                    

Unknown, 27 November

Naruto POV

Setelah kebenaran yang menggemparkan dua Zetsu dua minggu yang lalu, aku tahu bahwa Madara benar-benar menaruh minat kepadaku dan sering mengajakku berbicara. Perasaanku mengatakan bahwa rival Hashirama Senju ini ingin menggunakanku sebagai alat rencana besar yang telah dia buat. Tetapi walau sebesar apapun argumen yang dia berikan untuk mempengaruhiku, hatiku tetap teguh memandangnya sebagai seseorang yang kalah dari kebenaran dan berusaha balas dendam. Aku yakin Madara dulunya adalah orang baik. Tetapi pasti ada satu hal atau beberapa hal yang mengubah pandangannya tentang kehidupan dan dunia ninja ini, yang mengubahnya menjadi jahat. Matanya, walaupun tajam dan licik, tetapi di sana tersirat kesedihan yang amat sangat banyak. Dia masih bisa bertahan sampai sekarang mungkin karena menyimpan dendam karena kesedihan itu di hatinya.

Kurasakan nikmatnya air panas yang membasahi kulit membuat perasaanku menjadi nyaman. Aku kini berendam di mata air panas di tempat ini bersama Zetsu spiral dan Zetsu putih. Mahluk-mahluk ini mengatakan bahwa mereka beruntung bertempat tinggal di sini karena ada mata air panas alami. Ini adalah lokasi favorit kedua mahluk tersebut karena merupakan suatu lokasi refreshing yang pas dan nikmat.

"Kakimu sudah benar-benar sembuh, Yondaime Uzukage?" tanya Zetsu putih yang kini memanggilku dengan cara berbeda setelah kejadian dua minggu lalu. Aku tersenyum dan menganggukkan kepala. Tiba-tiba Zetsu spiral menyelam ke air dan muncul di sisi kiriku.

"Haaah, 'punya'mu besar juga ya Yondaime-" aku menampar wajah spiral itu dengan tangan kiriku sebelum dia menyelesaikan omongannya. Mahluk itu langsung tenggelam di air panas.

"Penyembuhan tempurung lututmu cepat juga. Walaupun kau harus berhati-hati agar tidak memecahkannya lagi"

Kata-kata Zetsu putih membuatku kembali tersenyum "Itu berkat obat yang kau berikan. Obat penuh Kalsium kah?" tanyaku pelan.

"Fosfor juga penting untuk tulangtulang adalah jaringan khusus yang dibentuk dari embrional tulang dan perikondrium. Lagipula tempurung lutut juga berasal dari tulang rawan fibrosa yang berdiferensiasi" Zetsu putih menekan pelipis kirinya menggunakan tangan kirinya. Kebiasaan anehnya. Dia tersenyum angkuh "Khekhekhekau banyak berhutang budi kepadaku kan?"

"Ya." Aku menjawab dengan singkat. Kutatap kepulan-kepulan asap yang melayang di udara akibat panasnya air ini. Melihat itu mengingatkanku akan asap-asap kehancuran di Uzu. Tiba-tiba kurasakan sekujur tubuhku bergetar. Bergetar mengingat kejadian itu.

"Aku harus ke Uzu lagi."

Terdengar Zetsu putih berdehem. Aku menoleh ke arahnya perlahan.

"Ada apa?" tanyaku cepat.

"Apa yang ingin kau lihat di desamu yang hancur, Yondaime Uzukage? Di sana sudah menjadi puing-puing bangunan tak berguna. Mayat-mayat di sana juga sudah habis dimakan burung ataupun hewan pemakan bangkai. Aku sarankan kau tidak melihatnya."

Aku menghela napasku perlahan. Kulihat Zetsu putih menyandarkan tubuhnya di tepian air panas tersebut sambil menekan pelipis kirinya dengan tangan kirinya.

"Terima kasih atas sarannya. Tetapi jika aku melakukan hal tersebut, aku sama dengan tuanmu yang sudah tua renta itu"

"Hantu Uchiha itu, khekhekhe"

"Benar."

Aku melihat ke arah Zetsu spiral yang melompat dari dalam air dengan teriakan kesal. Cipratan air panas itu sedikit mengenai wajahku, membuatku meninju kepala mahluk berwajah spiral tersebut.

"Uchiha Madara telah lari dari kenyataan sebenarnya dan menjadikannya alasan untuk hidup. Walaupun tidak tahu apa yang membuatnya seperti itu, aku yakin dia sudah lari dari suatu hal. Lari dari suatu kebenaran dan fakta" aku berhenti sejenak "Dengan melihat keadaan Uzu, aku tahu apa yang harus kulakukan dan apa yang tidak harus kulakukan. Ini bukan soal bagaimana kau mencari jawaban atas kesalahanmu di masa lampau, tetapi bagaimana kau bisa memperbaiki kesalahanmu, dan menjadikannya kemenanganmu di masa depan."

Naruto : The Long Journey To Reveal The DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang