Chapter 104

82 12 1
                                    

Kembali ke pertempuran

"GHAAAAAAAAAAAAAAAAAA!" Sasori sudah kehilangan karakter santainya yang selalu disimbolkan di mata sayunya. Dia berteriak marah dan memandang murka Naruto. Sang Uzukage menguatkan kepalan tangan kanannya dan memasang kuda-kuda bertarung tegak.

"KAU TAHU KENAPA ORANG TUA-KU BISA MATI YONDAIME UZUKAGE?! KAU TAHU KENAPA?!"

Naruto tidak menjawab.

"KARENA MEREKA MATI DIBUNUH NINJAMU! MEREKA MATI DIBUNUH OLEH PARA UZUMAKI KEPARAT ITU! KAU ADALAH BATU SANDUNGAN SUNA YANG PERLU DITENDANG DARI DUNIA INI, KAU-OHOK! OHOK! OHOK!" Sasori terbatuk-batuk karena terlalu emosi dalam teriakan sendiri. Dia memegang lehernya dan menggelengkan kepalanya dengan kuat. Saat batuknya terhenti, Sasori mengangkat kepalanya dan tatapannya begitu menakutkan seperti murni seorang psikopat.

"Kau adalah batu sandunganku jugaaku tak akan membuatmu menunggu bagaimana rasanya mati, Yondaime Uzukage. Kau akan hilang dalam seni abadi yang kutuangkan dalam boneka ayah dan ibuku,"

Mata Sasori melebar.

"Terima-lah nasib burukmu, Yondaime Uzukage. Kau dan desamu akan hilang karena eksistensi kalian bukanlah seni,"

"Kalian hanya" Sasori berlari kencang ke arah Naruto dan menyilangkan kedua tangannya "Kalian hanya kotoran seni yang bahkan tak pantas disebut seni!"

Teketeketeketeketeketeketeketek...suara sendi kedua boneka orang tua Sasori terdengar cepat namun berirama, menandakan keduanya siap menyerang Naruto dari berbagai arah. Kedua boneka itu maju lebih cepat ke arah Naruto dibandingkan penggunanya dan menyerang Yondaime Uzukage dengan kedua pedang beracun yang muncul dari telapak tangan kanan mereka. Naruto melompat ke atas menghindari serangan tersebut. Kedua mulut boneka itu terbuka dan menembakkan dua buah jaring untuk menangkap sang Uzukage. Naruto berhasil terjerat dan jatuh terseret ke bawah. Boneka ayah Sasori menyerang sang Uzukage dari kiri dengan pedang di telapak tangan kanannya. Iris biru Uzumaki Naruto melesat cepat ke bawah dan dia meninju tanah dengan kecepatan Hayaide.

Drarhhh! Jaring itu terangkat diikuti hamburan tanah yang membuat boneka ayah Sasori terpental ke belakang. Sasori mendecih pelan. Naruto menoleh ke belakang saat boneka Ibu Sasori menyerangnya dari arah punggung.

"Hampir kena!" gumam Hayaide. Gamayuden Tenho menghirup napas lega saat Naruto dengan reflek luar biasanya membungkukkan tubuhnya untuk menghindari sabetan samping pedang boneka Ibu Sasori. Naruto melakukan tendangan putar kaki kanan ke kaki boneka tersebut. Sasori mengangkat tangan kanannya dan boneka sang ibu terbang ke atas. Mata sayu itu mengerjap gusar.

"Mati kau Uzukage sialan!" kata Sasori ketika dari perut sang boneka ibu keluar sebuah meriam bediameter 30 cm dan menembakkan sepuluh rudal yang melesat ke arah Naruto. Kepala Naruto bergerak cepat ke kanan dan kiri, dia menganalisis situasi dengan cepat lalu berlari ke kanan untuk menghindar. Boneka ayah Sasori tiba-tiba berada di hadapannya dan menyabet pedangnya dari arah bawah menuju perut Naruto. Ledakan akibat sepuluh rudal yang menghantam tanah membuat tanah pertarungan menjadi bergetar.

Crashhh! Naruto memundurkan tubuh dan dagunya sehingga hanya kaos hitamnya yang terkoyak, membuat sobekan horizontal yang memperlihatkan perut berotot sang Uzukage. Naruto dengan cepat memutar tubuhnya menuju sisi rusuk kiri boneka lalu mengarahkan pukulan tangan kanannya ke kepala boneka tersebut.

DEG! Hayaide berteriak kencang kepada Naruto saat sebuah tombak panjang dari mulut boneka ibu Sasori yang berada di belakang sang Uzukage melesat menuju ke arah punggungnya.

"MENGHINDAR! KAU TAK AKAN SEMPAT MENGENAI KEPALANYA!"

Naruto kembali memutar tubuhnya ke kanan sehingga dirinya kini berada di posisi belakang boneka ayah Sasori. Tombak boneka ibu hanya mengenai udara kosong. Sasori menggerakkan sepuluh jarinya dengan cepat sehingga dari punggung boneka sang ayah keluar 5 pedang panjang. Mata Naruto melebar dan dia melompat cepat ke belakang, menjauhi punggung itu sejauh 20 langkah. Tidak berhenti di situ saja, kelima pedang itu tebang dari punggung boneka ayah dan melesat menuju ke arah Naruto. Kedua kaki Naruto yang masih terseret ke belakang segera menguatkan pijakannya di tanah. Yondaime Uzukage mengarahkan kepalan tangan kirinya ke tanah sehingga terbentuklah tembok tanah tak beraturan yang menahan 4 pedang boneka ayah agar tak mengenai sang uzukage.

Naruto : The Long Journey To Reveal The DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang