*-*

71 11 0
                                    

Mata Naruto melebar. Dia sedang berdiri di suatu tempat yang gelap tanpa penerangan sedikitpun. Yang bisa dia lihat hanya tangannya, kakinya, tubuhnya. Seolah-olah dirinya-lah cahaya di kegelapan itu.

'Aku merasakan ini seperti mindscape di segel Sumi-Kyotetapi ini lebihmencekam. Dan gelap, sangat gelap.'

Naruto berjalan seperti orang linglung di situ. Dia berusaha meraba-raba, berharap menemukan sesuatu seperti saklar lampu, sebatang lilin, sebuah lampu ataupun sebuah korek api. Tetapi yang dia rasakan hanya kehampaan. Kehampaan yang mencekam di balik kegelapan yang pekat.

"Haloapa ini sudah malam?" bagus, pertanyaan bodoh. Naruto menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Tentu saja malam hari tidak akan seperti ini.

Atau apa aku buta?! Naruto kembali merutuki cara berpikirnya. Dia baru saja melihat tangan kanannya sedikit menggaruk bagian selangkangannya yang agak gatal. Yondaime Uzukage memandang datar ke depan dan menajamkan pendengarannya.

Suara bunyi langkah kaki yang tenang mendekatinya dari arah jam 12, tepat di depannya.

"Selamat datang di kurunganku, Yondaime Uzukage-sama"

Naruto merasa familiar dengan suara itu.

"Kegelapan hati akan menelanmu, dan kau akan menggunakan kegelapan itu sewaktu aku bisa mengambil kesempatan tersebut"

"Siapa kau?" Naruto bertanya dengan nada dingin. Sosok itu tertawa pelan. Suaranya benar-benar mengingatkan Naruto kepada seseorang.

"Kita akan bertemu lagi, Yondaime Uzukage-sama. Yahkita akan bertemu ketika hatimu teriris oleh kepedihan, kesedihan" suara langkah kaki terdengar menjauh darinya. Naruto berjalan cepat untuk mengejar 'orang' tersebut.

"Dan kemarahan! Hahahahaha" dan akhirnya suara tawa 'orang' itu bergema, lenyap ditelan kegelapan. Naruto berhenti berlari dan menatap datar ke kegelapan yang menyelimuti dirinya. Dia menghela napasnya dan tiba-tiba sebuah benda jatuh menimpa kepalanya.

"Adu duhapa tadi itu?" Naruto berjongkok sambil meraba-raba benda yang tadi menimpa kepalanya. Saat tangan kanannya sukses memegang benda tersebut, bulu kuduk Naruto terasa merinding.

Dia memegang sebuah rambut halus yang selembut sutra. Naruto mengangkatnya perlahan dan entah kenapa benda itu bisa terlihat di retina matanya.

Dia menggenggam kepala Shion yang terpenggal dengan mata melotot, lidah terjulur keluar dan bibir atas yang hancur. Shion tidak seperti boneka manis yang selalu dia mimpikan.

Shion seperti boneka hantu yang datang dari Sungai Sanzu untuk menakutinya.

"GHAAAAAAAAAAAA!" Naruto berteriak histeris. Saat membuka matanya, sang Uzukage sudah berada di kamar tamu Shibuki dengan wajah berkeringat dingin. Untung hanya mimpi.

Tetapi mimpi itu membuat Uzukage keempat tidak tidur hingga paginya.

.

.

.

25 Desember, Takigakure

Sara cukup baik dalam memasak. Dia menyediakan 4 sup Miso plus nasi kepada Naruto, Haku, Utakata dan Shibuki. Naruto ingat bagaimana dirinya menghabiskan 4 piring Nasi Kare buatan adikknya saat di Uzu karena saking enaknya masakan Sara. Kini Naruto tidak sabar menyantap masterpiece Miso Sara yang akan menyamankan hatinya saat ini. Mimpi buruknya semalam cukup membuat kepala Naruto pusing karena dirinya terbayang-bayang mimpi tersebut hingga pagi hari.

"Wahsaatnya kita merasakan lezatnya sup ini," Shibuki mengatakannya dengan mata berbinar "Naruto-sama, kau pasti sering merasakan punya Sara-chan."

Naruto : The Long Journey To Reveal The DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang