Chapter 121

68 11 0
                                    


Oonoki memandang dua katup gundukan tanah besar yang menjebak dua pengawal Uzukage di halaman samping Gedung Pernikahan. Di bagian atas gundukan tanah tersebut tampak longsor sehingga jalan keluar menuju ke atas dua gundukan tanah tersebut tertutup rapat. Oonoki menghembuskan napas pelan. Jutsu terkuat Kitsuchi memang sangat berbahaya terhadap lawan-lawannya. Sando no Jutsu, Oonoki mengingat nama jutsu tersebut sambil menggosok-gosok punggungnya. Dia langsung menggerakkan segel tangan dengan cepat.

"Doton: Tobu Dojo no Jutsu!"

Tanah-tanah di gundukan tanah tersebut retak, pecah lalu melayang ke udara. Oonoki menggerakkan lehernya ke samping kiri dan ke samping kanan. Dia merasa lega ketika terdengar suara seperti retakan di lehernya yang pegal. Kakek tua itu memandang tajam ke depan ketika semua tanah melayang di udara, menyisakan dua sosok manusia yang berada di tengah-tengah dua gundukan tanah tadi.

Utakata dalam mode Jinchuurikinya melapisi tubuhnya dan tubuh Haku dalam sebuah gelembung chakra besar berwarna merah, membuat keduanya tidak menjadi gepeng oleh jutsu Kitsuchi. Oonoki dapat melihat bagian bawah dan tengah dua gundukan tanah yang terkatup menjadi bolong akibat gelembung chakra tersebut. Oonoki tersenyum.

Utakata jatuh terduduk begitu seluruh chakra Bijuu-nya hilang. Haku menangkap tubuhnya dan memandang cemas Utakata. Sang Last Hyouton memandang Tsuchikage ketiga dengan tatapan waspada.

"Tenang pengawal pribadi Yondaime Uzukage..." Oonoki tersenyum ramah "...Saat ini Iwa memihak kepada Uzu!"


                                                                                        ......


Perbatasan Iwa-Suna, 1 Januari

Matahari sudah mencapai titik tertingginya siang itu. Sinarnya menerangi daerah pertarungan yang sudah luluh lantak. Mayat dan darah menjadi penghias suram dari pertarungan dua Kage terkuat di desa mereka. Yondaime Uzukage meringis pelan ketika lehernya ingin dihancurkan oleh cekikan penuh nafsu membunuh dari Sandaime Kazekage.

"Menyedihkan Uzukage-sama, sekuat apapun kau berusaha...kau tetap akan mati bersama orang-orangmu di sini," Kazekage menyipitkan matanya "Aku sangat ingin melihat wajah ayahmu ketika tahu anaknya gagal memimpin desa ini."

"Grrrr..." Naruto menggeram pelan. Dia memegang tangan kanan Kazekage yang mencekiknya menggunakan kedua tangannya. Pupil salib terbalik itu melirik liar ke kiri dan ke kanan.

Kazekage memandang datar wajah sang Uzukage. Dia teringat saat pertemuannya dengan ayah Naruto di Ujian Chunnin yang dilakukan di Sunagakure, saat itu dia dielu-elukan sebagai Genin terbaik Suna. Dia juga yang difavoritkan menjadi Chunnin karena memiliki kemampuan unik dan khusus. Tentu saja sangat unik, Sandaime Kazekage dalam umur 13 tahunnya mampu mengendalikan pasir besi menggunakan prinsip dari kekuatan Shukaku pada seorang Jinchuuriki Suna. Begitu hebatnya sang Kazekage ketiga masa itu. Hal tersebutlah yang membuat dirinya merasa bahwa Ujian Chunnin saat itu akan mejadi miliknya.

Tetapi dia salah...

Saat pertarungan memasuki Babak final, Sandaime Kazekage bertemu dengan seorang Genin dari Desa Tersembunyi Uzushio, seorang ninja muda bermarga Uzumaki yang diremehkan. Semua penduduk Suna menyebut nama Sandaime Kazekage dan mendukung agar dirinya menang. Sandaime Kazekage juga yakin akan kemenangan di depan matanya...tetapi entah kenapa, entah kenapa dia kalah oleh Genin Uzu tersebut sehingga membuat semua penduduk Suna shock, ada beberapa yang kecewa.

Kazekage menggelemetukkan gigi-giginya mengingat kejadian sederhana tersebut. Tetapi itu bukanlah alasan kenapa dia tidak menyukai Sandaime Uzukage, Kazekage ketiga tahu bahwa Sandaime Uzukage adalah satu-satunya orang yang bisa menghentikan ambisinya saat dia ingin membuat Suna menguasai seluruh kekuatan Dunia Shinobi.

"Dia telah mati dan kau yang disebut sebagai prodigy Uzumaki muncul," Kazekage mendengus pelan "Cita-citaku untuk membuat Suna menjadi Desa Adidaya akan terhambat olehmu, Yondaime Uzukage...makanya saat ini kau harus,"

Kazekage menambah kekuatan cekikannya,

"MATI!"

.

.

.

Treng!

Shion memandang cemas suaminya ketika melihat pertarungan itu semakin memojokkan Naruto. Apalagi lonceng pemberian ibunya terus berbunyi tanpa henti. Suatu pertanda bahwa kegelapan akan muncul. Shion memandang aura gelap yang menguar di tubuh Naruto seperti asap-asap pembakaran. Aura kegelapan itu seperti berdifusi dari pori-pori kulit Naruto dan mengelilingi sang Uzukage dengan kepekatan yang tinggi.

Treng!

Shion menggigit bibirnya. Aura kegelapan itu seperti ingin terus keluar dari tubuh Naruto dan ingin bebas.

Treng!

Ninja Suna melirik kesal ke arah Sang Ratu karena mendengar lonceng yang ada pada Ratu Negeri Iblis terus berbunyi, tetapi pertarungan antara Kazekage melawan Uzukage sangat menarik untuk dilihat. Dia tak sabar melihat leher Uzukage patah oleh cekikan kuat Sandaime Kazekage mereka.

Treng! Sebuah aura ungu keluar dari lonceng tersebut dan mengenai hidung mungil Shion. Mata Shion melebar dan tiba-tiba ingatannya yang cepat berputar kembali ke masa lalu, tetapi itu bukan ingatannya...Shion memejamkan matanya dan dia merasa terlempar entah ke dimensi lain atau waktu yang lampau, tetapi Shion merasakan bahwa dirinya berada di tempat yang berbeda.

Saat Sang Ratu membuka matanya, dia sudah berada di kamarnya yang ada di istana Negeri Iblis. Tidak. Shion berjalan pelan ke arah tempat tidur dan melihat dua wanita cantik sedang duduk di atas ranjang besar berkelambu tersebut.

'Ini adalah ranjangku, kenapa dua wanita itu ada di sini? Siapa mereka...?' Shion maju lebih dekat untuk mendekati dua wanita tersebut. Yang sedang menggendong seorang bayi adalah seorang wanita cantik dengan surai panjang berwarna coklat dan bermata light-color violet. Wajahnya sangat mirip dengan Shion. Wanita itu menggunakan kimono berwarna kuning bergaris biru laut dan celana putih panjang yang bersih. Wanita yang berada di samping wanita pertama adalah seorang wanita cantik bermata sapphire, bersurai putih dan memakai baju khas Miko Negeri Iblis, atau kata lainnya adalah sang Ratu Negeri Iblis. Wanita yang memakai baju khas Miko sedang mencubit hidung mungil bayi tersebut hingga sang bayi membuat suara geraman tak nyaman. Miko dan wanita yang menggendong bayi itu tertawa.

"Shion sepertinya marah kepadaku, Miroku...anakmu benar-benar lucu." Kata sang Miko dengan cekikik kecil.

Mata Shion melebar. Dia tidak salah dengar kan? Dia berjalan mendekati ranjang dan naik ke atas ranjang, anehnya, dua wanita itu sepertinya tidak menyadari keberadaannya. Shion menegakkan lehernya berusaha melihat bayi tersebut. Bayi perempuan manis dengan helaian rambut tipis berwarna pirang kelabu. Saat mata bayi itu terbuka, Shion dapat melihat mata bonekanya yang sangat imut.

"Kyaaa, lihat matanya Miroku...Shion benar-benar kawaiiii!"

"Ah, kau berlebihan Kuri. Bayi kan memang memiliki mata yang imut."

Kuri, nama Miko itu menggelengkan kepala dan memainkan jari telunjuknya di depan wajah wanita yang namanya dipanggil Miroku.

"Hem hem hem..." jari telunjuk Kuri bergoyang di depan wajah Miroku "Aku yakin anakmu nantinya akan tetap bermata imut seperti sekarang ini."

"Amiiin." Kata Miroku sambil memandang sayang ke arah anaknya. Dia kemudian memandang Kuri yang terus memainkan hidung mungil bayi tersebut.

Melihat interaksi kedua wanita itu, entah kenapa mata Shion berair. Dia memandang sedih wanita yang bernama Miroku dan menggenggam erat lonceng di tangan kanannya.

Jadi itu ibunya...

Shion memang hanya ditinggalkan lonceng ini saat kecil tanpa tahu wajah sang Kaa-sama. Para petinggi Negeri Iblis hanya mengatakan lonceng ini adalah satu-satunya peninggalan sang ibu kepada dirinya.

"Eh aku dengar kau sedang hamil anak kedua, Kuri."

Miko itu tersentak dan wajahnya memerah. Dia memandang malu-malu ke arah Miroku.

Naruto : The Long Journey To Reveal The DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang