C. 85

76 11 0
                                    

28 Desember, Sunagakure

Rasa berdiri tertegun di atap rumah sakit sambil memandang badai salju yang mulai datang menerpa Suna. Beberapa warga Suna terlihat menutup rumahnya untuk menyamankan dirinya dari cuaca yang begitu dingin. Beberapa bilah kayu dan triplek terlihat berterbangan di jalan-jalan Suna, beberapa pemabuk terlihat berteduh di pondok kosong sambil terus menegak arak-nya. Rasa menghela napasnya kembali dan membayangkan apa yang akan terjadi di tanggal 1 Januari. Dia berusaha mengingat setiap rinci rencana yang dipaparkan Sandaime Kazekage dengan jelas. Kazekage ketiga tidak akan memaafkan kegagalan, begitulah yang ditangkapnya saat sang pemimpin Suna hanya mengatakan "Rencana ini harus berhasil", empat kata singkat itu adalah judgement Sandaime Kazekage yang tak bisa dibantah.

Pemuda berambut merah ungu kusam kepirangan itu sedikit terkejut saat mentor-nya datang ke atap Rumah Sakit Suna dengan kumpulan pasir besi yang memanjang. Terlihat dari jauh, Sandaime Kazekage memang memiliki sesuatu yang membuat lawannya terasa diteror.

"Merenung lagi, Rasa?" Tanya sang Kazekage ketika kakinya menapak di lantai atap. Dia memandang ke arah belakang Rasa sementara pasir-pasir besinya secara teratur masuk diantara jubah baju hitamnya. Iris gelap Kazekage mengerling tajam ke arah Rasa yang menghela napas perlahan.

"Pasti anda tahu yang saya pikirkan, Kazekage-sama"

Kazekage ketiga berbalik dan sama-sama memandang sesuai dengan arah pandangan Rasa. Mereka berdua dapat melihat seorang pemabuk yang berusaha berjalan ke jalan Suna tetapi mundur lagi karena hembusan badai salju begitu kencang. Rasa mengeluarkan suara seperti suara orang pilek di hidungnya dan mengeratkan kedua tangannya di kantong celana hitam yang ia pakai. Kazekage ketiga mengangkat tangan kanannya dan pasir-pasir besi muncul dari bawah lengan bajunya, melesat menuju pemabuk itu dan membawanya terbang entah menuju ke mana.

"Anda tahu rumahnya?" Tanya Rasa.

"Ya, dia si Tua Onizibeliau menjadi pemabuk semenjak anak tunggalnya tewas dalam misi yang kuberikan. Istrinya sudah lebih dulu meninggalkannya dan dia sekarang sebatang kara" Kazekage ketiga memiringkan sedikit kepalanya, membuat rambut jabriknya yang bergoyang ke kanan karena arah angin bertiup ke sana sedikit bergoyang ke kiri. Pemimpin Suna terlihat sedikit lebih kalem dan tampan saat itu "Beliau juga adalah teman Ebizou-samaheh, Ebizou-sama sering menceritakan kepadaku bagaimana sedihnya hidup si Tua Onizi."

"Bukankah ideologi yang ditanam di ninja Suna adalah keberhasilan misi nomor satu, Kazekage-sama? Ideologi tersebut yang membuat anak tunggal Pak Onizi tidak memperdulikan nyawanya dan rela berkorban demi keberhasilan misi yang ia emban."

"Kau ingin protes dengan ideologi itu Rasa?"

Rasa melirik sejenak ke arah Kazekage, mata Rasa sedikit membulat terkejut.

Kazekage ketiga yang selalu memasang wajah dingin otoriter kini terlihat lelah dan agak sedikit menua. Bisa dikatakan ini adalah ekspresi paling menyedihkan yang ia lihat semenjak mengenal sang Kazekage. Tidak ada aura teror di sana, tidak ada kekuatan pemimpin mengerikan di sanayang ada hanya seorang Ossan (orang tua) yang nampaknya lelah dengan kehidupannya.

"Tidak usah dijawab pertanyaanku tadijadi, bagaimana dengan anak ketigamu? Dia akan lahir di bulan ini?" Kazekage ketiga tiba-tiba menanyakan tentang anaknya. Rasa sedikit terkejut dengan arah pembicaraan sang Kazekage.

"E-ehmkata Dokter dia akan lahir sekitar minggu ke-2 Bulan Januari."

"Istrimu baik-baik saja?"

Rasa terdiam sejenak. KaruraistrinyaRasa berusaha tersenyum walaupun dirasanya pahit. Sepahit obat yang sering kumakan, begitulah Karura terus protes kepadanya saat 8 bulan kehamilan.

Naruto : The Long Journey To Reveal The DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang