(*-*)

85 10 0
                                    

Aku merasa terhenyak mendengar informasi tersebut. Aku langsung berkata kepada Dewan Kesepuluh untuk mencari Paman Yahiko dan yang lainnya agar mereka tahu soal lubang di tembok Uzu, tetapi Dewan Kesepuluh menahanku dan memberikan banyak nasihat serta pengertian bahwa masuk ke pusat desa sama dengan bunuh diri.

"Kau adalah adik Yondaime Uzukage yang aku hormati, jika kau mati padahal aku bisa mencegahmu untuk menghindari penyebab kematian itumaka aku tak akan memaafkan diriku sebagai seorang manusia, Sara-sama!"

Aku tertegun mendengar kata-katanya. Dewan Kesepuluh kembali berbicara, sementara matanya terus beralih kepadaku dan ke depan untuk melihat apakah masih ada Uzumaki yang mendekati dinding tembok Uzu.

"Sara-sama, ini" dia mengambil sesuatu dari kantong celana hitamnya. Sebuah kotak berukuran 10 kali 10 centi berwarna hitam dengan struktur berbulu halus. Aku menerimanya dengan hati kebingungan. Dia yang mengerti kebingunganku langsung menjelaskan kotak pemberiannya ini.

"Di dalam kotak ini ada data hasil pengawasanku terhadap Danzo dulu. Mungkin berguna saat kau bertemu Uzukage-sama-"

"Kenapa kau tidak memberikannya langsung Paman?!"

Dia tersenyum mendengar pertanyaanku. Dia berjalan melewatiku dan berdiri tegak. aku membayangkan seorang pahlawan sedang berdiri membelakangiku karena ideologi kuatnya yang tertanam dalam di hatinya.

"Karena aku harus melindungimu, maka kemungkinan keselamatan hidupmu lebih besar daripadakuSara-sama," Dewan Sepuluh tertawa. Tertawa aneh.

"Kuharap Uzukage-sama mengerti kenapa aku menjadi dewan paling menyebalkan saat rapat, hahahahahaha"

Setelah dia tertawa, Karin-nee berlari menuju kami dengan kimono kotor dan lusuh. Kimono pesta yang dipakainya untuk pernikahan Naruto-nii sudah seperti kain tak layak pakai karena dipenuhi kotoran tanah dan darah. Karin-nee memegang bahu kirinya yang nampak terluka. Aku dapat melihat darah menetes dari bahu tersebut yang sedang ditekan oleh tangan kanan Karin-nee.

"Sara-chan?! Oh Kami-samaArigatou Kami-samakau selamat Sara-chan. Kau selamat! Aku senang." Karin-nee memeluk tubuhku, yang kubalas dengan hangat. Dia meminta maaf karena tiba-tiba mendorongku keluar dari kamar. Karin-nee memperhitungkan bahwa yang dilakukannya adalah yang terbaik, karena kami tadi sedang menghadapi seorang Shinobi yang ditakuti di Kirigakure. Tentu saja, pemimpinnya sendiriYondaime Mizukage.

"Apa masih ada yang lain, Paman?" Tanya Karin-nee kepada Dewan Sepuluh. Dia menganggukkan kepalanya. Aku dan Karin-nee berdiskusi sebentar apakah mengikuti Uzumaki yang sudah ada di luar atau menunggu dan mengarahkan Uzumaki lainnya untuk keluar menuju lubang tembok. Pilihan kedua memang agak sedikit bodoh, tetapi hal bodoh tersebut harus dilakukan demi menyelamatkan rakyat Uzushiogakure.

"Kita akan menunggu di sini?" Tanya Karin-nee. Aku mengangguk mantap.

"Kita harus menunggu di sini." Kukatakan dengan penuh semangat, agar Karin-nee tahu bahwa keputusanku bulat dan mantap. Bukan keputusan sepihak tanpa pikir panjang. Keputusan ini adalah keputusan spontan yang dijeritkan oleh hati nuraniku.

Karin-nee tersenyum. Dia mengepalkan tangannya di depan dada "Baiklah, kita akan-"

"Kalian pergi!"

Aku dan Karin-nee terkejut. Kami berpandangan dan serempak memandang Dewan Sepuluh yang berdiri tegak membelakangi kami untuk menghadap ke depan. Artiannya dia juga membelakangi lubang Tembok Uzu. Dia berbicara lagi dengan suaranya yang terdengar konstan.

"Maaf karena menyela dan meremehkan kalian. Tetapi tugasku sekarang sebagai orang yang menghormati Yondaime Uzukage dan mencintai Uzushiogakure adalah menjamin nyawa kalian, Sara-samaKarin-samaaku harus berkepala tegak jika berhadapan dengan Naruto-sama sambil mengatakan" dia berhenti sejenak dan tubuhnya bergetar pelan. Aku meremas tepian kimono-nya karena emosiku juga mulai membuncah.

Naruto : The Long Journey To Reveal The DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang