“Kou? Apa kau tidak mendengarkan apa yang aku katakan?” tanyaku dengan sedikit berbisik.
“Aku, tidak akan melakukannya, My Lord.”
Aku terdiam, saat kata-katanya itu terngiang di kepalaku, “apa maksudmu? Apa kau, tidak ingin mendengarkan perintahku lagi, Kou?” Aku balik bertanya, dengan kembali mengangkat kepalaku yang sempat tertunduk.
“Walau aku, sudah bisa datang ke dunia manusia tanpa kau panggil, My Lord. Itu bukan berarti, aku dapat melakukan apa pun tanpa menimbulkan risiko untukmu. Jadi, aku tidak akan membukakan gerbangku untuknya,” timpal Kou yang menghentikan perkataannya.
“Kou!”
“Ada apa?” suara Izumi yang terdengar menimpali perkataanku.
Aku kembali menundukkan kepala dengan mengusap keningku pelan, “Kou, menolak untuk memanggil Uki-”
“Itu sudah wajar, dia kemungkinan khawatir kepadamu, Sachi.”
Aku menoleh ke arah Bibi yang memotong perkataanku itu, “apa lagi yang Bibi maksudkan kali ini?” tanyaku yang hanya dibalas senyuman olehnya.
“Sihirmu terasa kuat, tapi terlihat seperti kau tidak menyadarinya … Itu seperti, kau sendiri pun tidak bisa mengendalikannya. Jika kau berada di dekat seseorang yang dihinggapi suatu kutukan, kemungkinan tubuhmu sendiri tanpa sadar akan menghisap kutukan tersebut.”
“Yang Bibimu katakan adalah, jangan kembali ke dunia manusia sebelum anakmu lahir. Setidaknya, selama kau jauh dari dunia manusia … Sihirmu itu, kemungkinan tidak akan dirasakan oleh musuhmu. Apa kau tidak sadar? Nagamu, tidak pulang ke dunianya selama ini … Semata-mata, dia meredam semua sihirmu dengan miliknya hingga kau dapat aman tinggal di sana.”
“Dengan kata lain, karena terlalu lama melakukannya di dunia manusia … Sihir Nagamu sedikit melemah, hingga dia mungkin tidak bisa membuka gerbang ke dunianya sendiri sekarang,” sambung kakek menimpali perkataan bibi padaku.
Tubuhku terdiam, mendengar apa yang mereka katakan. Aku tidak bisa menyangkal apa yang mereka katakan, karena selama Kou ada di Yadgar menjagaku … Dia lebih banyak tertidur, dengan hanya sesekali saja menanggapi apa yang aku katakan. “Bibi ataupun Kakekmu, bergantian untuk menjagamu, Sachi. Jadi, walau kau tidak sadar … Kami selalu, mengawasimu di sana,” ucap Bibi yang kembali tersenyum sebelum beranjak dengan membawa Hikaru di gendongannya.
“Jika kau, benar-benar ingin menjaga Istri dan anakmu, Zeki. Biarkan mereka untuk tinggal di sini, kau masih dapat mengunjungi mereka kapan pun yang kau inginkan nanti-”
“Jika itu yang terbaik, maka aku tidak akan mempermasalahkannya. Aku, hanya ingin yang terbaik untuk mereka,” sahut Zeki menimpali perkataan Kakek padanya.
“Upacara pernikahanku, mungkin sudah dipersiapkan di Sora. Apa Sachi, tetap tidak bisa pergi mendatanginya?”
Aku dengan cepat menoleh ke arah Izumi yang tiba-tiba kembali bersuara, “benar, aku pun ingin pergi melihatnya. Aku, ingin pergi menghadiri pernikahan kakakku,” ucapku yang dengan cepat menimpali perkataan Izumi.
“Aku akan mengirimkan kabar agar menunda semuanya, lagi pun … Di Sora, masih belum ada yang mengetahui kabar bahwa aku dan Sachi memiliki anak. Mendengar peringatan Zeki dahulu, membuatku tidak ingin memberitahukan kabar kelahiran Hikaru dan kabar kehamilan Sachi pada seseorang pun di Sora. Bahkan, kepada Ayah atau Tatsuya sekali pun,” tukas Haruki yang mengatakannya sambil menyandarkan dirinya menatapi kami bergantian.
“Apa kau kehilangan pikiranmu?”
“Aku, lebih memilih kehilangan akal pikiranku. Dibanding, kehilangan adik, anak dan keponakanku sekaligus,” balas Haruki kepada ucapan yang Izumi katakan.
“Bahkan aku pun, ingin meminta tolong kepada Bibi untuk menjaga Hikaru di sini saja. Aku, ingin secepatnya mencari Robur Spei … Aku, tidak akan tenang sebelum merebut Robur Spei dari tangan Kaisar,” ucap Haruki kembali, dia melirik lalu mencium Hikaru yang masih berada di gendongan Bibi.
“Zeki-”
“Kau dengar apa yang dikatakan Kakekmu sebelumnya, bukan?” tukasnya, dia kembali mengalihkan pandangannya saat aku mengarahkan tatapan kepadanya.
“Jika benar, seperti itu … Aku, tidak masalah untuk menunda pernikahan lebih lama. Karena walau bagaimana pun, keluargaku lebih penting dari apa pun,” sahutan dari Izumi, kembali membuat tatapan mataku beralih kepadanya.
“Biarkan, Naga milikmu tinggal di sini sedikit lebih lama. Setidaknya, di sini memiliki banyak sihir dibanding dunia manusia, sehingga dia sendiri pun akan pulih lebih cepat. Saat itulah, coba kau bicarakan hal ini kembali padanya,” ucap Kakek sambil beranjak dari kursinya.
“Kakek telah menyiapkan rumah di samping rumah Bibi kalian, untuk kalian berdua tinggali. Tapi, jika kalian ingin tinggal bersama yang lainnya, Kakek pun tidak akan mempermasalahkannya. Akan tetapi, sebelum melakukan apa pun … Kau haruslah memikirkan anakmu, Sachi. Karena, selain bertanggung jawab dengan nyawamu sendiri, kau pun haruslah bertanggung jawab dengan nyawa dari anak kalian,” sambung Kakek, yang semakin membuatku tak bisa mengucapkan apa pun.
______________.
Aku beranjak duduk sambil menyandarkan diri pada ranjang, dengan menatap Zeki yang juga menyandarkan dirinya di sampingku. AKu memutuskan, untuk tinggal di rumah yang Kakek siapkan … Karena aku sendiri pun, tidak ingin jika Zeki kurang merasa nyaman jika kami tinggal bersama dengan kedua kakakku dan yang lainnya. “Apa kau, masih tidak ingin berbicara denganku?” tanyaku, dengan kembali meliriknya yang masih terdiam.
“Aku, hanya sedang mencoba menerima ... Apa yang aku alami seharian ini,” ucapnya, dengan wajahnya yang enggan untuk digerakkan.
“Kakek, memberikanmu gelang bunga agar dapat dengan bebas mengunjungiku nanti, bukan?”
“Kau benar, tapi tetap saja … Aku merasa, tidak bisa menjaga kalian sampai saat ini. Aku merasa, tidak melakukan apa pun untuk kalian hingga sekarang. Dan itu, membuatku benci dengan kelemahanku sendiri,” ucapnya, dengan suara yang bergetar menyentuh telinga.
Aku mengangkat telapak tangan menyentuh pipinya, “kau, akan sering-sering datang mengunjungi kami, bukan? Walau tugasmu menjadi Raja nanti sangatlah menyita waktu, kau … Akan tetap datang mengunjungi kami, bukan?”
Zeki menoleh lalu lama menatapku, “tentu saja, rasanya aku tidak ingin kembali ke Yadgar meninggalkan kalian,” ucapnya, mataku sedikit terpejam sejenak saat wajahnya mendekat lalu mengecup beberapa saat bibirku.
“Jangan memasang wajah seperti itu, aku sudah sangat menahan diri untuk tidak menyerangmu,” ucapnya, mataku kembali terpejam saat dia meniupkan udara di mataku itu.
“Memang wajah apa yang aku tunjukkan?!” tukasku kesal sambil tertunduk dengan mengusap mata kananku itu.
“Aku tidak ingin menjawabnya, geser sedikit! Aku ingin tidur, kepalaku semakin bertambah pusing jika aku lebih lama menatapmu,” ucapnya, sambil mendorong wajahku menggunakan bantal hingga sedikit menjauhinya sebelum akhirnya dia berbaring menyamping membelakangiku.
Aku meraih bantal yang terjatuh di pahaku itu, sebelum kupukulkan bantal tersebut dengan kuat ke wajahnya. Kudecakkan lidahku sebelum melempar kembali bantal dari lipatan daun tersebut ke ranjang, “tawaranku ditolak sebelum aku sempat menawarkannya,” ucapku melirik ke arahnya lalu membaringkan kepala di bantal tadi.
“Tawaran apa yang kau maksudkan itu?” gumamnya, dengan tubuh yang tak bergerak sedikit pun.
“Maksudku, jika kau takut … Kita bisa melakukannya tanpa memasukkannya, bukan? Seperti yang kau lakukan, di saat pertama kali kita melakukannya. Lagi pun, sebenarnya ... Tidak akan ada masalah, jika kita melakukan itu, asal kau dapat mengendalikan sedikit dirimu.”
Aku tersenyum simpul, ketika meliriknya yang sudah tiba-tiba beranjak duduk, “tapi, dia sudah tidur dan aku tidak ingin mengganggu suamiku yang tersayang itu tidur,” ucapku, memejamkan mata sambil membaringkan diri ke samping.
“Sachi, Istriku, Darling,” ucapnya berulang-ulang sambil ikut kurasakan kecupan yang berulang-ulang menyentuh pipiku, “ini masih terlalu dini untuk tidur, bukan? Jangan berpura-pura untuk tidur, aku tahu benar … Di bagian tubuh mana saja kelemahanmu itu,” bisiknya, suara tawa darinya terdengar saat aku beranjak turun dari ranjang sambil berdiri menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Queen : Memento Mori
FantasyKelanjutan dari novel 'Fake Princess' di MT/NT. Diharapkan, untuk membaca novel 'Fake Princess' terlebih dahulu, agar dapat mengerti dengan alur ceritanya. Genre : Dystopia, High Fantasy, Romance, Action, Mystery, Slice of Life, Adventure, Psycholog...