Chapter DCXLIII

3K 514 70
                                    

“Haru-nii, Izu nii-chan belum kembali sejak kemarin … Apa kita harus mencarinya?” tanyaku sambil menatap Haruki yang menyeruput air di dekatku.

“Dia sudah dewasa, mungkin dia memiliki urusan … Biarkan saja. Kalaupun terjadi sesuatu di laut, temanmu akan segera memberi tahu kita,” ucap Haruki sambil kembali menyeruput gelas dari kuningan di tangannya.

“Aku takut terjadi sesuatu kepadanya,” gumamku, dengan mengarahkan pandangan ke arah laut.

Aku beranjak berdiri, saat mataku itu terjatuh ke arah bayangan seseorang yang muncul dari dalam laut lalu berjalan mendekati kami. “Izu-nii? Apa yang terjadi? Kenapa kau hanya mengenakan celana? Di mana pakaianmu?” tanyaku beruntun kepadanya, saat dia masih mengatup bibirnya dengan melangkah melewatiku.

“Haruki, berikan aku koin! Aku, ingin membeli pakaian, dan juga … Pinjamkan aku pakaian milikmu sebentar!” tukas Izumi, ketika kakinya berhenti melangkah di samping Haruki.

Haruki melirik ke arahnya, “untuk apa? Kau pasti tahu, perjalanan kita masih panjang … Kita, tidak bisa membuang-buang ko”

“Aku akan menggantinya. Hanya berikan saja sekarang tanpa perlu banyak bertanya,” sahut Izumi dengan mengarahkan tangannya ke arah Haruki.

“Eneas, berikan dia koin yang ia butuhkan!”perintah Haruki, dia meletakkan gelas di tangannya ke pasir sebelum memberikan pakaian yang ia kenakan kepada Izumi.

“Jelaskan kepadaku, apa yang sebenarnya terjadi … Secepatnya!”

“Aku mengerti,” sahut Izumi, dia kembali berbalik, lalu berlari ke arah laut setelah mendapatkan apa yang ia inginkan.

“Apa yang sebenarnya terjadi?” gumamku, aku kembali melirik ke arah Haruki lalu duduk di sampingnya.

“Entahlah, aku pun tidak mengerti akan jalan pikirannya,” ungkap Haruki dengan kembali meraih cangkir yang sebelumnya ia letakkan di pasir.

_________________.

“Izu nii-san, membawa perempuan … Siapa?”

Aku menoleh ke arah Eneas, lalu membuang kembali pandangan mataku mengikuti tatapan matanya, “Ebe?” gumamku sambil beranjak lalu berjalan mendekati Izumi yang menurunkan seorang perempuan dari gendongannya.

“Ebe? A-apa yang terjadi? Di … Di mana ekormu?” tanyaku gelagapan, diikuti kedua mataku yang membesar, menatapi sepasang kaki yang ia miliki.

“Aku pun tidak mengerti, saat bangun … Ekorku menghilang,” ucapnya yang tak kalah pucat melihat sepasang kaki di hadapannya.

“Izumi, kau sudah berjanji akan menjelaskannya! Apa kau mengetahui hal ini?”

Suara Haruki yang melintas di telingaku, membuat lirikan mataku beralih kepada Izumi yang duduk di dekat Ebe. “Aku menikahi Ebe kemarin-”

“Kau apa?” Aku mengulangi pertanyaanku untuk memastikan apa yang aku dengar.

“Aku menikahi Ebe kemarin, dan kami melakukan yang biasanya dilakukan sepasang suami dan juga istri … Dan entah kenapa, saat kami bangun, ekornya sudah menghilang-”

“Sebentar, aku … Memerlukan waktu untuk mencerna semua ini.”

Aku menarik napas dalam setelah memotong perkataannya, “jadi nii-chan, kau … Kau menikahi Ebe. Lalu, karena kalian menikah, Ebe yang terlahir setengah manusia … Kehilangan ekornya, lalu menjadi manusia. Apa itu, yang berusaha engkau sampaikan?” tukasku, dengan sesekali mengusap tengkuk dan wajahku.

“Entahlah, mungkin,” jawabnya singkat dengan kembali menoleh ke arah Ebe.

“Mungkin … Mungkin … Mungkin,” gerutuku berulang dengan mencoba mengatur napas.

Our Queen : Memento MoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang