Mataku menoleh, pada suara geraman yang berjalan mendekat. Anak laki-laki tadi berusaha menarik tangannya kembali hingga dia jatuh, terduduk disaat Kei yang berjalan masuk … Menghentikan langkahnya, tepat di sampingku. Aku yang berusaha untuk menenangkan anak tadi, segera meneguk ludahku sendiri disaat tangan Kei yang terangkat itu, menghancurkan gembok di dekat kami.
Kei kembali berjalan, menghancurkan satu per satu gembok lainnya yang mengurung anak-anak itu. “Jangan takut! Dia hewan milikku, dia tidak akan menyakiti kalian! Yang lebih penting, kita harus keluar dari sini secepat mungkin … Kalian yang bisa berjalan, segera bantu mereka yang tak bisa berjalan!” perintahku sambil beranjak ketika suara tangis dari anak-anak kembali memenuhi lorong.
Aku mendorong pintu penjara, dan berjalan mendekati anak laki-laki tadi lalu menggendongnya. “Cepatlah! Kita pergi dari sini!” tukasku sambil melambaikan tangan kepada beberapa anak yang masih meringkuk di sudut ruangan.
Kutarik napas sedalam mungkin, tatkala mereka terlihat tak berkutik … Hanya terus meringkuk, menyembunyikan wajah-wajah mereka. “Kei, bawa mereka semua keluar dari tempat ini! Pastikan, kau tidak meninggalkan satu anak pun!” perintahku sambil berjalan keluar untuk mengambil pedangku yang terkapar di jalanan lorong.
Dia ringan sekali. Bagaimana bisa mereka menyiksa anak-anak yang sama sekali tidak bisa melawan-
Aku melirik pada anak tadi yang kurasakan gemetar di gendonganku, terlebih angin yang tiba-tiba muncul menarik anak-anak lain ke dalam gulungannya. Gulungan angin milik Kei, juga turut menyelimuti tubuh kami berdua, sedang sisa angin lainnya terbang ke atas dan menghancurkan dinding yang menjadi langit-langit di lorong.
Setelah semuanya hancur dan hanya menyisakan langit malam yang dapat aku lihat dengan jelas. Gulungan angin di tubuhku itu baru membesar lalu mengangkat kami berdua berserta puluhan anak lainnya menjauhi tempat itu. Angin-angin tadi terus membawa kami terbang ke lingkaran es yang ada di langit … Hingga langit malam di depan mata, segera berganti dengan seberkas sinar disaat kami sudah melewati lingkaran es tadi.
Angin milik Kei, melamban lalu menurunkan kami di rerumputan yang ada di Dunia Kou. Aku berjalan dengan menurunkan kembali anak laki-laki tadi dari gendonganku, “jangan takut! Kalian aman di sini,” ucapku dengan menatap anak-anak itu yang terlihat ketakutan.
Aku kembali beranjak setelah suara tangisan muncul diikuti sihir-sihir dari semua hewanku kecuali Kou dan Kei, yang berjalan masuk ke dalam dunia ini. Bibirku terbuka dikala ratusan Manticore dewasa berjalan masuk, dengan beberapa di antara mereka ada yang membawa seorang bayi di masing-masing mulut mereka … Memang, selama tinggal di Dunia Kou, Para Manticore itu terus berkembang biak, jumlah mereka yang awalnya hanya puluhan, sekarang telah menginjak sekian ratus dan akan terus bertambah.
Para Manticore itu berbaris dengan Acey yang memimpin di depan mereka. Dengan perlahan, satu per satu dari mereka menurunkan bayi-bayi yang mereka gigit pakaiannya itu lalu meletakkannya di depanku hingga bayi-bayi tadi berbaris dengan tubuh tengkurap di hadapanku. “Apa yang ka-” Belum sempat kata-kataku terucap, angin kembali berputar di atas kepalaku, “apa yang sedang kalian lakukan sekarang?” sambungku disaat angin milik Kei yang berputar itu menjatuhkan puluhan anak-anak dengan usia yang beragam.
“Kami memakan manusia dewasa tapi kami tidak bisa memakan anak-anak. Kami tidak ingin, dibenci olehmu, My Lord,” sahutan dari Acey membuat mataku beralih kepadanya.
Bibirku terkatup rapat setelah mendengar ucapannya. Kualihkan mataku kepada beberapa dari mereka yang membalikkan tubuh bayi-bayi tadi menggunakan kaki-kaki mereka, hingga suara-suara tangisan dari mereka saling bersahut, memenuhi tempat ini. “Sachi! Sachi! Oi Sachi … Apa yang akan kau lakukan pada mereka?!” bentakan dari suara Lux yang ikut masuk ke Dunia Kou, membuat otakku yang sebelumnya kosong mulai tersadar kembali.
Aku kembali menoleh kepada semua anak-anak tadi yang masih terlihat ketakutan … Beberapa dari mereka ada yang masih menangis dan beberapa lainnya, ada yang berusaha untuk melarikan diri jika saja Para Manticore tidak menghalangi mereka. “Uki, aku memerintahkanmu datang untuk menyembuhkan mereka! Kei, hancurkan tempat tadi dengan anginmu hingga tidak meninggalkan jejak apa pun! Hancurkan juga bangunan-bangunan di Ibukota sebelum kalian melaksanakan perintahku, lalu usahakan jangan melukai mereka bertiga! Segera beri kabar kepadaku jika Pagi akan datang, karena aku harus kembali ke sana saat itu juga!”
“Kalian Para Leshy, segera ubah wujud kalian menjadi manusia dan bawa bayi-bayi ini ke dalam rumah! Lux, bantu Para Leshy untuk merawat, menyembuhkan bayi-bayi tadi! Dan sisanya kalian,” ungkapku sambil menunjuk ke arah Shin, Tama berserta Para Manticore, “bawakan makanan secepat dan sebanyak mungkin untuk mereka, karena aku harus sudah pergi ke Dunia Manusia sebelum Pagi datang!” sambungku memerintah sambil berjongkok meraih salah satu bayi lalu menggendongnya.
_____________.
Kutuangkan susu yang baru aku masak ke dalam beberapa mangkuk yang ada di nampan, “bertahanlah! Ini akan segera berakhir, karena disaat mereka sudah sedikit lebih baik … Kita akan mengembalikan mereka ke Dunia Manusia,” ungkapku pada dua perempuan Leshy di depanku.
“Mereka selalu menangis dan menangis … Mereka juga tak henti-hentinya mengeluarkan kotoran. Apa anak manusia memang seperti itu?” celetuk salah seorang Leshy yang telah berbalik dengan membawa senampan penuh mangkuk susu di tangannya.
“Jangan pikirkan kami, My Lord. Kami tidak akan merasa lelah karena banyaknya sihir yang ada di sini. Namun hal itu berbeda untukmu … Kau harus beristirahat!” ungkap Leshy lainnya, sebelum dia juga pergi menyusul temannya.
Aku menghela napas sambil menatap punggung mereka yang kian menjauh. Tubuhku berbalik, menjatuhkan pandangan pada Uki yang lelap tertidur di bawah pohon yang tak terlalu jauh dari tempatku berdiri. “Jangan mengajakku berbicara! Air mataku yang berharga hampir mengering karena harus kuberikan pada mereka … Apa-apaan yang kalian lakukan ini? Kalian membuat Dunia yang Damai ini menjadi tempat penampungan Anak Manusia,” gerutu Uki yang tetap saja memejamkan matanya.
“Bagaimana kau tahu kalau aku ingin menyemangatimu, Uki? Aku tidak menyangka jika kau memahami benar isi kepalaku,” sahutku sambil berjalan mendekatinya dengan membawa satu keranjang penuh buah.
Aku meletakkan buah-buah tadi ke hadapannya. Bibirku tersenyum seraya kuusap pelan kepalanya sebelum kedua kakiku berjalan meninggalkannya. Kedua kakiku terus berjalan, mendekati anak-anak yang tengah dijaga oleh Para Manticore. “Bagaimana? Apa masakanku lezat?” tanyaku yang membuat mereka semua serempak menoleh padaku.
Bibirku terkatup disaat anak-anak yang bukan berasal dari Sora, membuang makanan yang aku berikan. “Kalian mendengarkan perintahku dengan baik. Bagus sekali! Makanlah yang banyak lalu kumpulkan tenaga, agar saat aku membawa kalian pulang ke Sora … Dan saat kalian bertemu orangtua kalian, mereka akan sangat bahagia,” ungkapku sambil mengusap kepala salah satu anak laki-laki yang ada di dekatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Queen : Memento Mori
FantasyKelanjutan dari novel 'Fake Princess' di MT/NT. Diharapkan, untuk membaca novel 'Fake Princess' terlebih dahulu, agar dapat mengerti dengan alur ceritanya. Genre : Dystopia, High Fantasy, Romance, Action, Mystery, Slice of Life, Adventure, Psycholog...