Chapter DCCXXV

1.8K 383 13
                                    

“Nii-chan!” suaraku, berulang-ulang kali keluar memanggil mereka yang terus saja berjalan.

“Apa kalian sengaja menyembunyikannya?” Aku kembali bertanya, sambil menarik tangan Izumi hingga dia berbalik menolehku.

“Izumi, ajak Bibi untuk beristirahat! Lalu perintahkan Tatsuya, untuk membawa Ryu menemuiku, sedang kalian berdua … Ikuti aku!” Kata-kata dari Haruki, membuat mataku mau tak mau beralih kepadanya.

Kepala Zeki mengangguk, setelah lirikan mataku itu berhasil ia tangkap. Aku menghela napas panjang, sebelum akhirmya melepaskan genggaman tanganku pada lengan Izumi, lalu berjalan mengikuti Haruki dengan Zeki yang turut berjalan di samping. Haruki, sama sekali tidak mengeluarkan sepatah kata pun, ia terus saja berjalan mendekati sebuah Tenda yang sebelumnya mereka tempati.

“Masuklah!” perintahnya sekali lagi, sembari menyibak tirai di hadapannya lalu berjalan masuk.

Aku melanjutkan kembali langkah, lalu duduk beralaskan tanah di depan Haruki yang juga duduk di atas sebuah ranjang di depan kami. “Aku ingin, kalian menyembunyikan keberadaan mereka semua dari Ayah dan juga Ibu,” ucap Haruki, sesaat Zeki sendiri baru saja duduk di sampingku.

“Aku perlu alasan untuk melakukan semua itu! Kenapa, kita harus menyembunyikan hal ini dari mereka? Yang aku maksudkan, Ayah dan Ibu berhak untuk mengetahui keberadaan mereka-”

“Aku tahu,” sergah Haruki, hingga membuatku kata-kataku kembali terkunci. Haruki kembali terdiam dengan kedua tangan yang saling ia genggam, sebelum tarikan napas panjang ia lakukan, “kita pergi meninggalkan mereka, itu sudah membuat mereka khawatir. Jika mereka tahu keberadaan Hikaru dan yang lainnya … Ayah mungkin, benar-benar tidak akan melepaskan kita.”

“Dan juga,” sambungnya, dengan kali ini tertunduk sembari memegang keningnya sendiri menggunakan salah satu tangannya, “aku rasa ini bukanlah saat yang tepat, terlebih … Entah di Istana, mata-mata milik Kaisar masih tersisa atau tidak. Memang lebih baik, menyembunyikan keberadaan mereka merupakan pilihan yang terbaik-”

“Jika itu yang kalian khawatirkan, seharusnya kita tidak perlu mangajak mereka bertamu ke Balawijaya … Bertemu dengan Julissa dan yang lainnya. Walau bagaimana juga, seorang Kakek haruslah mengetahui keberadaan cucunya, dan seorang Mertua haruslah mengetahui keberadaan Menantunya.”

“Haru-nii dan Kak Amanda, memanglah belum menikah, tapi lain lagi jika ini menyangkut Izu-nii dan juga Ebe. Aku tahu, apa yang aku katakan ini terdengar kasar. Namun Haru-nii, sebagai Istri dari Izu nii-chan, Ebe berhak mendapatkan haknya.”

Aku terdiam kembali, setelah mengucapkan semuanya. Haruki pun sama, sepintas saja kata-kata darinya tidak terdengar lagi setelah percakapan kami. “Kehidupan seorang anggota Kerajaan, tidaklah mudah seperti yang kau katakan, Sa-chan,” tutur Haruki, yang kembali bersuara setelah keheningan melanda kami bertiga.

“Di hadapan Ayah, mungkin bangsawan lain yang ada di Sora, terlihat menerima keberadaan kalian … Tapi kau, tentu tidak akan tahu apa yang ada di dalam kepala mereka. Aku ditunjuk sebagai Putra Mahkota dibanding Izumi yang jelas-jelas sudah terlihat tangguh sejak kecil, bukanlah tanpa alasan-”

“Ibuku seorang Putri, sedang Ibu kalian … Berasal dari sebuah tempat yang tidak diketahui. Sampai sekarang pun, masih banyak yang diam-diam berusaha untuk menggulingkan kekuasaan Ayah, dan menggantikannya dengan Duke Masashi yang sudah seharusnya menjadi seorang Raja, karena dia memanglah pewaris sah Kerajaan Sora.”

“Luana dan Sasithorn, mereka adalah seorang Putri, setidaknya tidak akan ada yang melarang pernikahan itu karena secara tidak langsung hal tersebut akan menguntungkan Sora sendiri. Namun, bagaimana dengan Amanda dan juga Ebe?” tukas Haruki, dengan kembali melemparkan tatapannya kepadaku.

Our Queen : Memento MoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang