Aku duduk, menatap kerang-kerang yang dimasak di atas pedang milik kami yang disusun berbaris menjadi alas, sesekali aku melirik ke arah Izumi yang meniup api menyala di bawah pedang milik kami tersebut. “Pedang berhargaku, dijadikan alat untuk memasak,” gumamku, sambil meraih salah satu kerang yang cangkangnya merekah di atas barisan pedang.
Aku tertunduk dengan meniup-niup udara ke kerang tersebut, lalu mengupasnya setelah kurasakan telah cukup lama melakukannya. “Ini enak sekali, kerang segar memang yang terbaik,” tukasku, sambil menggerak-gerakkan jariku membolak-balik kerang yang kami masak.
“Lux, apa kau tidak ingin memakannya?” tanyaku dengan melirik ke arah Lux yang tertunduk dengan memegang sehelai daun berwarna hijau yang diberikan Ebe.
“Ini pertama kalinya aku memakan rumput, bahkan rumput yang langsung didapatkan dari laut. Aku, perlu mempersiapkan diri,” sahut Lux, dengan masih bergeming menatapi rumput tersebut.
“Izumi, apa kau telah mengirimkan kabar kepada Ayah?”
Aku menoleh ke arah Haruki, yang mengucapkannya sambil melirik ke arah Izumi yang ada di sampingnya. “aku sudah memerintahkan Tsutomu untuk menyampaikan pesanku kepada Ayah dan juga kepadanya. Aku sudah memberitahukan, kalau ingin menunda pernikahan kami terlebih dahulu-”
“Tapi kau menundanya dulu karena Sachi dan juga Hikaru, sekarang … Tidak ada alasan untuk kalian lagi menundanya,” sahut Haruki, Izumi masih tertunduk dengan belum menanggapi sedikit pun perkataan dari Haruki.
“Apa kau, tidak ingin membangun sebuah keluarga?” sambung Haruki lagi kepadanya.
Aku menarik napas dengan melirik ke arah Ebe yang duduk di tepi pantai, sambil menatapi lautan membelakangi kami. “Aku ingin,” jawab Izumi singkat yang membuat pandangan mataku kembali mengarah kepadanya.
“Hanya saja, ada beberapa hal yang mengganggu pikiranku,” lanjut Izumi yang kembali menjatuhkan pandangan matanya ke arah kerang-kerang yang kami masak
“Lalu, kalau kau tidak ingin menikahinya … Aku, berniat menikahkannya dengan laki-laki lain-”
“Aku, akan bertanggung jawab dengan menikahinya. Harus beberapa kali aku mengatakannya,” ucap Izumi yang dengan cepat memotong perkataan Haruki.
“Hubungan kalian membosankan … Kau, pasangannya atau Ayahnya, yang harus bertanggung jawab dengan kehidupannya,” gumam Haruki sambil meraih salah satu kerang yang cangkangnya merekah.
“Apa maksudmu? Kau sendiri, dengan Luana juga seperti itu, bukan?”
“Aku? Setidaknya hubungan di antara kami tidak membosankan seperti kalian. Untuk apa memiliki pasangan kalau kau sendiri pun tidak bisa bertukar pikiran dengannya … Bahkan, Tsutomu yang merupakan pelayanmu saja, bisa mengutarakan pendapatnya dengan benar, dan tidak segan-segan menyangkal perkataanmu.”
“Hubungan di antara kalian itu, ibarat hubungan di antara aku dan juga Tatsuya, Sachi dan juga Tsubaru … Apa sekali saja, kalian pernah beradu pendapat?”
“Apa kau pernah?” Izumi balik bertanya kepada Haruki, yang beruntun melontarkan perkataan kepadanya.
“Luana, perempuan yang keras kepala dengan prinsipnya. Dia sering membantah perkataanku, kalau dirasanya perkataanku itu salah … Itulah kenapa, aku mengatakan hubungan kalian itu membosankan. Tidak ada, naik turun emosi di antara kalian dari sepanjang yang aku perhatikan, kau pasangannya atau ayahnya?”
Aku masih terdiam dengan sesekali mengupas kerang lalu melahapnya, menatapi mereka berdua yang masih beradu pendapat. “Yang dikatakan Haru-nii memang benar, bahkan sampai sekarang … Sudah tak terhitung, berapa kali aku dan Zeki beradu pendapat, bahkan untuk sesuatu yang tidak penting. Jika kau tidak bertindak, hubungan kalian akan tetap berjalan di tempat, nii-chan,” gumamku pelan, sambil meletakkan cangkang kerang yang sudah kosong ke atas pasir.
“Tapi Haru-nii, aku dulu sempat berpikir kalau kau tertarik dengan Yoona-”
“Kenapa kau bisa berpikir seperti itu?” balasnya yang dengan cepat memotong perkataanku.
“Perlakuanmu kepadanya berbeda. Aku, akan mendukung siapa pun yang kalian pilih … Memang, kalau ditempatkan sebagai perempuan yang menunggu tunangannya, aku akan meminta kalian memilih Luana dan juga Sasithorn … Tapi, kebahagian kalian jauh lebih penting-”
“Aku, memilih Luana bukan karena dia seseorang yang ditunangkan denganku. Karena kalau hanya dilihat dari sisi tersebut, para perempuan pasti akan melakukan apa pun untuk bertahan hidup, munafik sekali kalau saja Sachi mengatakan dia tidak melakukan hal tersebut sebelum benar-benar jatuh kepada Zeki seperti sekarang, bukan?” tukas Haruki dengan melirik ke arahku yang menutup kembali rapat bibirku.
“Aku … Aku, aku jujur kepada Zeki kalau awalnya aku hanya memanfaatkannya saja untuk terbebas dari hukuman gantung,” pungkasku membalas lirikan Haruki.
“Kau lihat itu,” tukas Haruki sambil mengarahkan jari telunjuknya kepadaku, “aku terhadap Yoona, yang entah bagaimana kau bisa salah paham akan hal itu … Aku hanya terpikirkan, bagaimana jika Ayah meninggal, lalu Sachi sendirian untuk bertahan hidup, itu yang membuatku merasa bertanggung jawab kepadanya, tapi bukan dalam hal asmara-”
“Karena jujur, aku lebih bergairah dengan perempuan yang kulitnya tidak terlalu putih seperti mereka yang sering aku temui, bahkan aku akan lebih bersemangat kalau dia juga tidak akan segan-segan membantah perkataanku.”
“Apa kau harus mengatakannya dengan sangat jelas seperti itu?!” bentak Izumi, yang membuat Haruki mengeluarkan tawanya.
“Apa kau seorang bocah, yang ke mana-mana harus digendong? Bahkan Eneas pun, kalau dia ingin menikahi gadis pujaannya saat ini juga … Aku, dengan senang hati akan melamarkannya, walau gadis yang ingin dia nikahi sekarang bukanlah Aniela-”
“Aku sangat mendukungmu dulu menikahi Sasithorn karena dia seorang Putri, tapi Kerajaannya sekarang mungkin telah hancur di tangan Balawijaya. Kenapa, tidak mencoba menikahi Putri-putri lain yang lebih berkuasa? Untuk membantu kami memperluas kekuasaan,” sambung Haruki, sambil menyilangkan kedua tangannya menatapi Izumi.
“Kenapa tidak kau saja yang melakukannya?”
“Aku? Aku telah memiliki Hikaru. Walau jiwa Luana telah berpindah, Hikaru tetaplah anakku dan anak dari Putri Luana Joselito, Putri Kerajaan Robson. Hikaru, bisa menjadi jembatan antara Sora dan juga Robson … Sachi, pernikahannya dengan Zeki yang membuahkan Huri, membuat jembatan hubungan yang erat antara Sora dan juga Yadgar.”
“Lalu, apa yang akan kalian berdua lakukan? Jawab pertanyaanku, Izumi, Eneas!”
“Apa yang dapat kalian lakukan untuk memperkuat kekuasaan Sora? Dengan mengikuti setiap perang yang mungkin kita lakukan sepanjang perjalanan? Jangan bercanda! Itu, tidak akan banyak membantu. Berkacalah dengan hubungan antara Sora dan Yadgar, setiap wilayah yang ditaklukan Yadgar … Akan serta-merta membantu kita melawan Kaisar, semakin banyak wilayahnya, semakin banyak juga bantuan yang kita terima.”
“Haru-nii,” ucapku, sambil melirik ke arahnya, setelah sebelumnya aku melirik ke arah Izumi dan juga Eneas yang masih terdiam.
“Aku hanya ingin menyadarkan mereka. Mereka adalah bangsawan, setiap keputusan yang mereka ambil, akan berpengaruh ke nyawa-nyawa yang menjadi rakyat di bawah naungan Sora. Bahkan Ryu saja, sudah menemukan perempuan yang menurutnya tepat,” timpal Haruki, sembari beranjak berdiri sebelum langkahnya berjalan melewati kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Queen : Memento Mori
FantasyKelanjutan dari novel 'Fake Princess' di MT/NT. Diharapkan, untuk membaca novel 'Fake Princess' terlebih dahulu, agar dapat mengerti dengan alur ceritanya. Genre : Dystopia, High Fantasy, Romance, Action, Mystery, Slice of Life, Adventure, Psycholog...