Chapter DCXLIV

3K 482 34
                                    

“Kalian berdua,” tukas Haruki, ketika aku menyembunyikan diri dari Izumi di balik tubuhnya.

“Aku, ingin mengajari adikmu itu sesuatu-”

“Aku hanya berniat untuk menolongnya, nii-chan! Aku, hanya ingin membantunya mempermudah perkerjaannya,” ungkapku dengan semakin membungkuk di balik Haruki.

“Kalian berdua, jangan membuatku marah … Atau aku, akan memerintahkan Lux dan juga Eneas, membuat tubuh kalian tidak bisa bergerak lagi!”

“Lagi pula Izumi, apa kau tidak malu bertingkah kekanakan di depan istrimu sendiri?”

Izumi menghela napas dengan membuang pandangannya ke atas, “kau selalu membelanya! Apa aku ini bukan adikmu?!”

“Kenapa kau harus marah-marah, nii-chan!” Aku balas membentaknya, “kenapa kalian tidak menghabiskan waktu lebih banyak berdua sebagai pengantin baru! Buatlah anak secepat mungkin, agar Huri ataupun Hikaru memiliki tambahan sepupu-”

“Yang Sachi katakan itu benar, jangan katakan kau malu dengan keluargamu sendiri? Atau, apa kau ingin kami pergi dengan meninggalkan kalian berdua di sini?”

“Apa yang kau maksudkan?” tukas Izumi menimpali perkataan Haruki kepadanya.

“Aku akan memakluminya kalau kau malu dengan Lux ataupun Eneas. Tapi aku dan juga Sachi? Kami sudah terlebih dahulu memiliki anak, apa yang ingin coba kau tutupi?!”

“Berisik! Kalian, benar-benar menjengkelkan!” gerutu Izumi, diikuti kedua kakinya yang kembali berjalan mendekati Ebe.

“Adikku sudah dewasa.” Aku melirik ke arah Haruki yang bergumam, “padahal, aku merasa baru kemarin … Kami beradu pendapat, siapa yang lebih disayangi olehmu, Sa-chan.”

“Aku jadi mengingat saat-saat di mana, kami menjahilimu hanya karena kami ingin mendapatkan perhatianmu-”

“Karena kau mengungkitnya, Haru-nii … Aku jadi mengingatnya. Aku jadi mengingat, saat dia tak mau berbicara denganku, karena aku lebih memilih pergi ke perpustakaan bersamamu dibanding membuatkannya puding.”

“Dan sekarang, anak kecil yang dulu sering membuat darahku mendidih, telah menjadi laki-laki dewasa yang menikahi temanku sendiri. Waktu berjalan cepat sekali,” sambungku bergumam, bibirku tanpa sadar merekah, saat menatap mereka berdua yang terlihat bercanda satu sama lain.

“Haru-nii, apa yang akan kau lakukan kepada kak Sasithorn?” tanyaku, dengan beranjak duduk lalu menatapnya.

“Aku, akan meminta Duke untuk membicarakan hal ini kepadanya terlebih dahulu … Karena, kalau menunggu Izumi yang langsung mengatakannya sendiri. Kita saja tidak tahu, kapan kita akan kembali ke Sora. Jadi, aku akan mencoba meminta bantuan Duke untuk membantu kita menyampaikannya,” ungkap Haruki, yang balas menatapku setelah sebelumnya ia membuang pandangan ke arah mereka berdua.

“Nii-chan, jika kau melarang hubungan antara Izu-nii dan juga Sasithorn … Kenapa harus Ebe?”

“Aku diam-diam menilai kepribadiannya selama kita melakukan perjalanan, dia tangguh walau lemah … Sama sepertimu, yang hanya tinggal dipoles sedikit untuk menjadi kuat. Dia pun bangsawan, walau bukan dari bangsa manusia … Mungkin, dia terlihat tidak tahu apa-apa nantinya, tapi itu tidak masalah … Jika dia diajarkan oleh mereka yang tepat, dia akan menjadi Ratu yang cukup mumpuni, karena aku sendiri pun tidak menilainya sebagai perempuan yang bodoh.”

“Dan yang lebih penting, dia mencintai kakakmu. Terlebih, dia sekarang sudah seperti manusia, tidak ada alasan untukku menolak pernikahan mereka. Apa yang aku katakan sebelumnya bukanlah kebohongan, hal tersebut benar-benar terjadi di kehidupan lama Izumi-”

Our Queen : Memento MoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang