Chapter DCCXCIII

1.5K 390 18
                                    

Aku termenung, menatap gelas penuh air yang ada di hadapan. Lamunan yang aku lakukan tiba-tiba terbuyar ketika sebuah tangan mengenggamku, “ada apa? Apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Zeki, hingga membuatku menoleh kepada mereka semua yang ada di ruang makan.

Kutarik napas dalam lalu mengembuskannya, sesaat mataku menangkap tatapan khawatir dari Ihsan dan Huri, “aku hanya sedang memikirkan, hadiah apa yang akan aku terima di hari kelahiranku nanti,” tuturku yang segera disambut oleh suara batuk Izumi.

Izumi yang masih terbatuk itu memukul dadanya sendiri, setelah sebelumnya meletakkan gelas di tangannya itu ke meja, “apa kau harus melakukannya disaat seperti ini?” Izumi menggerutu dengan mengangkat jari telunjuknya ke arahku.

Lidahku berdecak, “itu harus. Kapan lagi aku akan mendapatkan hadiah yang aku inginkan dalam jumlah yang banyak,” ucapku sambil melemparkan senyum kepadanya, “Izu-nii, kau akan menjadi Raja tidak lama lagi, bukan? Ayah sudah memutuskan untuk memberikanmu Kerajaan Tao berserta kerajaan-kerajaan kecil yang ada di dekatnya.”

“Jadi,” sambungku dengan tetap tersenyum kepadanya, “peti kayu berisi emas murni dengan jumlah yang sama seperti usiaku, kupikir sudah cukup untuk menyenangkan adikmu ini.”

“Apa?” sahutnya dengan raut wajah yang dipenuhi ketidakpercayaan, “untuk apa aku memberikanmu semua itu? Dibanding membuatmu semakin kaya … Aku lebih memilih untuk memperkaya istriku sendiri.”

Izumi terdiam, dengan tangan yang menggaruk kuat kepalanya sendiri setelah mataku hampir tak berkedip memandangnya, “selama aku belum menjadi Raja, aku hanyalah Pangeran yang miskin. Kenapa, tidak meminta kepadanya saja,” sambung Izumi, sambil menunjuk pada Haruki di sebelahnya.

Aku menoleh ke samping, “Tsubaru!” panggilku dengan tangan terangkat.

Tsubaru maju, lalu meletakkan sebuah gulungan kertas di atas tanganku. “Setelah pembicaraan dengan suamiku semalam, membuatku tiba-tiba terpikirkan ide ini. Jadi, pagi tadi aku menuliskan apa-apa saja yang aku butuhkan,” ucapku sembari mengarahkan gulungan kertas tadi ke arah Izumi.

Izumi menarik napas panjang lalu mengembuskannya, “entah kenapa, perasaanku langsung berubah tidak menyenangkan setelah melihat gulungan kertas itu,” gerutu Kakakku itu, ketika dia menoleh pada Tsutomu di belakangnya.

Lirikan mataku bergerak, mengikuti Tsutomu yang berjalan mendekat. Kuberikan gulungan kertas tadi kepada pelayan kakakku tersebut, “baca dengan sangat hati-hati, nii-chan!” pintaku setelah dia menerima kertas yang dibawakan Tsutomu kepadanya.

Izumi melirik padaku, sambil tangannya terus bergerak membuka gulungan kertas tadi. Dia tertunduk, membaca secara seksama apa yang tertulis di sana, “katakan Tsutomu, apa aku cukup kaya untuk memberikannya 23 peti berisi emas murni?” gumamnya, disertai helaan napas.

Izumi memberikan kertas tadi kepada Haruki yang duduk di sebelahnya, “namamu ada di sana. Persiapkan diri terlebih dahulu untuk membacanya,” sambung Izumi, hingga membuat Haruki meraih kertas yang ia berikan.

“Kau meminta Kakek untuk memberikanmu semua tanaman di Dunia, yang bisa membahayakan manusia dan juga hewan jika mendekatinya. Kau meminta sebuah gunung berserta wilayah di sekitarnya kepada suamimu sendiri … Yang ingin aku pertanyakan, untuk apa semua ini?”

Aku tersenyum sambil menoleh kepada beberapa pelayan di dalam ruangan, “kalian semua, kecuali kami yang berada di meja makan … Aku perintahkan untuk keluar!”

Mataku kembali berpaling pada Haruki, setelah pelayan-pelayan tadi meninggalkan ruangan dan hanya menyisakan kami. “Hanya untuk kepuasan diri. Aku meminta semua itu, hanya untuk kepuasan diriku sendiri. Memberikanku 23 peti berisi bebatuan mulia, tidak akan membuatmu jatuh miskin, kan, kakakku? Terlebih, aku sudah membantu kalian menghancurkan Juste dan membantumu untuk menyingkirkan Vartan yang akan merusak rencanamu menguasai Robson.”

Haruki balas tersenyum, sesaat dia mengangkat kertas tadi ke belakang pundaknya, “aku akan memberikanmu lebih dari yang kau pinta. Asal kau memberitahukanku maksud dari semua ini,” ucapnya, sambil memangku wajah menatapku.

“Aku ingin memperkaya diriku sendiri,” tuturku dengan mata melirik ke arah Ihsan dan Huri yang terdiam bingung menatapi kami, “aku ingin mendapatkan bayaran yang sesuai atas perjuanganku. Aku ingin mengumpulkan kekayaan yang dapat aku wariskan kepada anak-anakku … Tidak ada yang terlalu istimewa dari semua itu, bukan?”

“Kau sudah bersikap selayaknya Ratu yang serakah-”

“Ini semua hasil didikan kalian,” sahutku menyergah ucapannya.

Haruki tersenyum, sambil beranjak mundur menyandarkan punggungnya, “Tatsuya, kirimkan surat ke Sora. Katakan di surat tersebut, untuk mengirimkan setengah dari kekayaan pribadiku kepada Ratu Sachi Bechir!”

Kakakku itu kembali memperlihatkan senyumannya, dikala mataku hampir tak berkedip mendengar ucapannya, “aku hanya mengharapkan usaha terbaikmu nanti. Jangan mengecewakanku, Sa-chan!”

____________.

Aku terkesiap, setelah sesuatu tiba-tiba membuatku tidak bisa melihat. “Apa yang kau pikirkan? Apa kau tidak ingin beristirahat?” tutur suara Zeki yang terdengar, sesaat aku menunduk, menatapi selembar pakaian yang sebelumnya menutupi pandangan.

Mataku bergerak mengikutinya yang berbaring di samping, dengan hanya mengenakan celana panjang. “Aku hanya mencoba untuk memastikan, bahwa pembicaraan tadi bukanlah mimpi?”

“Apa hadiah dari kakakmu sangatlah membahagiakan?” Dia balas bertanya sambil menepuk kasur.

Kuletakkan pakaian miliknya tadi di meja yang ada di samping ranjang, lalu bergerak untuk berbaring di sampingnya, menjawab tepukan di kasur yang ia lakukan. “Kakakku itu sangatlah kaya. Bahkan sejak kecil dia sudah mampu untuk menyuap seseorang … Contohnya saja Viscount Okan, yang menjadi Viscount terdahulu.”

“Jika yang dimaksud kekayaan pribadi, berarti itu bukanlah harta waris yang akan ia dapatkan saat naik takhta menjadi Raja kelak. Aku benar-benar harus mewaspadainya nanti, disaat aku mulai ingin memperbesar Yadgar. Kakakku itu, benar-benar ancaman yang nyata … Aku harus berhati-hati agar tidak membuatnya marah saat ini.”

“Sakit!” gerutuku, tatkala jari telunjuknya menyentil keningku dengan kuat.

“Kalau itu yang kau khawatirkan … Yadgar tidak kalah dari Sora. Akan aku berikan kepadamu satu rahasia,” ungkapnya dengan wajah yang bergerak mendekat, “di dalam kertas tadi bertuliskan, bahwa kau menginginkanku memberikan area pegunungan yang luas, bukan?”

“Bagaimana, jika area pegunungan yang ada di perbatasan Yadgar dan juga Leta?” sambungnya berbisik di telingaku.

Aku dengan cepat menoleh ke arahnya, “aku ingin menyimpan semua harta yang akan aku dapatkan nanti di sana. Aku tidak ingin, jika melakukan hal ini justru merenggangkan hubungan Yadgar dan Leta. Aku tidak ingin, pertemananku dan Julissa merenggang karena hal ini-”

“Sayangnya, Leta sudah lama berada di bawah kekuasaan Yadgar. Semenjak Akash dan rombongannya meninggalkan Leta, para penduduk miskin di sana tidak pernah lagi mendapatkan bantuan dari hasil curian Akash … Mereka memutuskan untuk melakukan pemberontakan, yang mengakibatkan permasalahan serius di sekitar wilayah kerajaan.”

“Mereka terlihat baik-baik saja, itu karena aku memberikan pinjaman kepada mereka untuk membangun kembali kerajaan. Aku meminta mereka merahasiakan ini semua … Hanya karena ingin menjaga martabat mereka. Jika kau, tidak memercayaiku … Ikutlah denganku ke ruang kerja! Di sana, aku akan memberikanmu surat perjanjian di antara kami.”

Zeki mengusap keningku, diikuti kecupan yang ia lakukan di pipi ketika bibirku terkunci rapat menatapinya, “yang jelas, aku bisa mengambil wilayah mana pun dari Kerajaan Leta jika kau menginginkannya. Akash dan Kabhir, tidak aku bawa ke sini untuk menjadi kaki-tanganku dengan percuma,” lanjutnya berbisik, sambil bergerak … Mendekatkan wajahnya ke dadaku.

Aku tertunduk, mengusap kepalanya, “apa kau tidak mempermasalahkannya? Maksudku, aku ingin mengumpulkan kekayaan tapi tidak membawa kekayaan itu nantinya ke Yadgar.”

“Aku tidak mempermasalahkannya. Aku sudah cukup kaya, untuk tidak menyentuh kekayaan istriku sendiri. Lagi pun, semua yang ingin kau lakukan, tidak lain dan tidak bukan hanya untuk kepentingan keluargamu sendiri … Besok aku akan mengirimkan surat kepada Raja Lamond, untuk menyerahkan secara penuh area pegunungan yang ada di perbatasan kepadaku,” gumamnya, yang terus berbicara dengan mata tertutup.

Our Queen : Memento MoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang