Chapter DCCXV

2K 398 16
                                    

“Tu-” kata-kata Tuya lagi-lagi berhenti dengan matanya yang hampir tak berkedip, menatapi Ryuzaki. Gadis itu menggelengkan kepalanya, “Maaf,” ucapnya berulang-ulang sambil beranjak di depanku.

Tuya melangkah mundur, “ini terlalu tiba-tiba untukku. Bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin … Bagaimana mungkin, aku yang bukan siapa-siapa ini, menikahi seorang Pangeran,” ucapnya sedikit gemetar, sebelum dia berbalik lalu berlari meninggalkan kami semua.

Kutepuk dengan kuat punggung Ryuzaki, ketika dia yang ada di sampingku itu, hanya memperlihatkan tatapan kosong. “Apa kau bisa menghitungnya? Maksudku, apa kau bisa menghitung … Sudah berapa kali, aku menolak Zeki sebelum akhirnya aku memutuskan untuk menerima lamaran darinya,” ucapku, bibirku tersenyum saat lirikannya itu mengarah kepadaku.

“Nak Ryu!”

Seorang perempuan renta, berjalan diiringi perempuan yang sedikit lebih muda darinya. “Nak Ryu!” tukasnya kembali memanggil Adikku, “Jika kau sungguh-sungguh ingin menikahi Tuya. Kami semua, akan memberikan dukungan untuk kalian berdua, karena kami semua tahu-”

“Bahwa kau laki-laki yang baik, bahwa kau akan bisa menjaga dan membahagiakannya. Semenjak kedua orangtuanya meninggal, kami semua yang telah merawatnya … Bagi kami, dia sudah seperti anak dan juga cucu. Ini kali pertama dia bertingkah seperti itu, Tuya … Mungkin hanya kebingungan dengan apa yang harus dia lakukan.”

“Kau tenang saja! Kami semua, akan berusaha untuk membicarakan hal ini kepadanya,” sambung perempuan renta itu kembali.

“Terima kasih, tapi aku tidak akan mundur untuk menikahinya hanya karena ini. Lagi pun, ini memang kesalahanku mengatakannya secara tiba-tiba. Aku, akan mencoba untuk berbicara lagi kepadanya setelah dia sudah lebih tenang,” jawab Ryuzaki, diikuti senyum hangat yang ia lemparkan kepada perempuan tua tersebut.

_______________.

Aku yang duduk bersandar di salah satu pohon, masih mengatup rapat bibirku sambil terus menatap Ryuzaki yang juga tengah duduk tak terlalu jauh dariku. “Ceritakan kepadaku! Ceritakan kepadaku, kenapa harus dia dari sekian banyak perempuan?” tukasku, berusaha untuk memancingnya berbicara.

“Saat pertama kali aku mengenal keluargaku … Aku belum terlalu mahir dalam menguasai sihir Elf, dan yang lebih menyedihkannya, aku tidak sekuat saudara-saudaraku dalam bertarung satu lawan satu menggunakan pedang,” ucapnya tertunduk dengan ukiran senyum yang terlihat di pipinya.

“Ayah, mengirimku ke sini agar aku bisa berlatih bersama para penduduk suku yang terkenal kuat dalam pertarungan. Walau aku sudah berlatih bersama mereka … Semuanya, masih belum berjalan baik. Aku merasa tidak berguna, karena aku sulit untuk mempelajari apa pun. Aku kesulitan mempelajari Bahasa mereka dan aku kesulitan untuk menyingkirkan tubuh lemahku yang telah dipasung selama bertahun-tahun.”

“Namun, semua kerisauanku hilang, saat aku mengenalnya. Dia memang tidak bisa melihat, tapi senyum hangat yang tak pernah hilang dari wajahnya … Mampu membuatku bertahan. Awalnya, aku hanya melihatnya dari kejauhan ketika dia kadang kala duduk sendirian … Melakukan pekerjaan yang diberikan oleh beberapa penduduk kepadanya.”

“Sedikit demi sedikit, aku berusaha untuk berbicara dengannya-”

“Lalu?” tukasku berusaha untuk memancingnya kembali berbicara, saat kata-katanya dengan tiba-tiba berhenti.

“Aku jatuh cinta padanya,” ucapnya tertunduk, mencoba untuk menyembunyikan wajahnya yang bersemu merah, “dulu, aku selalu menunda-nunda untuk melamarnya, tapi sekarang … Aku sudah tidak bisa mengulangi kehidupan. Jika aku kehilangannya lagi kali ini, aku tidak akan pernah mendapatkan kesempatan lagi. Aku tidak bisa berpikir jernih tadi … Dia pasti sangat kebingungan, saat seorang laki-laki dengan tiba-tiba ingin mengajaknya menikah,” sambung Ryuzaki sambil mengusap wajah dan kepalanya.

Our Queen : Memento MoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang