Chapter DCCXL

1.7K 379 18
                                    

“Hikaru, Takumi, jaga Miyu yang duduk di tengah-tengah kalian! Dan Ihsan, jaga adikmu!” pintaku, sebelum akhirnya melangkah mendekati kepala Kou yang sudah sejak tadi menoleh padaku.

Tanganku terangkat mengusap kepalanya, “jangan terbang terlalu cepat! Jaga mereka baik-baik saat kau membawa mereka terbang! Dan, lemahkan sihirmu agar mereka tidak terlalu kedinginan!” perintahku, yang mengucapkannya sambil menempelkan kepalaku di kepalanya.

“Baiklah, My Lord.”

Jawaban singkat dari Kou, membuat langkahku bergerak mundur ke belakang. Kou yang sebelumnya duduk, perlahan beranjak sambil membentangkan kedua sayapnya yang membuat mereka berlima, terdengar riuh di atas punggungnya. “Kalian harus saling berpegangan! Jangan terlalu banyak bergerak saat di atas!” tuturku, dengan sebelah tanganku melambai kepada mereka.

Kou mengangkat ekornya, hingga membentang menyentuh punggung Hikaru yang duduk di barisan paling belakang, sebelum sayapnya itu berkepak … Membuatnya terbang dengan sedikit menukik ke atas. “Kau menahan mereka agar tak terjatuh dengan ekormu? Bagus sekali, Kou,” gumamku, sembari terus menatap tubuh Kou yang kian mengecil, disaat dia semakin terbang ke atas.

Mataku teralihkan pada Amanda dan juga Ebe yang berdiri mematung di bibir pantai, “ada apa?” tanyaku seraya berjalan mendekati mereka.

Aku termangu, memandang beberapa ekor ikan, yang menggelepar di dekat kaki mereka. “Apa yang terjadi?” sambungku bertanya yang membuat mata mereka balik melihatku.

“Tidak tahu,” jawab Amanda sambil menggelengkan kepalanya, “tiba-tiba saja, ikan-ikan itu berenang ke sini-”

“Ikan ini, biasanya hidup bergerombol di tengah-tengah lautan. Tidak ada yang aneh pada laut, karena aku bisa merasakannya … Tapi kenapa ikan-ikan ini berenang sendiri ke sini?” sahut Ebe yang tak kalah gusar.

“Shin! Tama! Apa salah satu dari kalian yang melakukan ini?” gumamku, setelah bayangan mereka tiba-tiba saja melintas di kepala.

“Apa itu masih belum cukup, My Lord?”

Aku menghela napas setelah mendengarkan sahutan Shin, “Shin yang membawa mereka ke sini. Kita tidak perlu menangkap ikan lagi, karena mereka sendiri yang datang untuk kita santap-”

“Entah kenapa, saat mendengar bahwasanya ikan tersebut yang menyerahkan diri untuk kita makan. Justru membuatku tidak kuat untuk memasaknya.”

“Kau benar, Kak. Aku pun merasakan hal yang sama,” gumamku setelah perkataan Amanda sebelumnya memotong ucapanku.

“Namun, mereka pasti sudah sangat lapar. Aku akan menyusun batu dan mencari ranting yang bisa kita gunakan untuk memasaknya. Sisanya, apa aku bisa menyerahkannya pada kalian? Aku akan kembali membantu kalian setelah menemukannya.”

“Berhati-hatilah, Sachi!”

Aku mengangguk, “kalian juga berhati-hatilah, kak,” ungkapku sambil berbalik lalu berjalan meninggalkan mereka.

_______________.

Aku terdiam, menatap api unggun yang menyala terang di depanku. “Sachi, apa kau masih ingin melanjutkan berkelana?” Aku menoleh sejenak pada Amanda, sebelum kembali menunduk dengan membelai kepala Ihsan dan Huri yang tertidur lelap di pahaku.

“Aku akan tetap melanjutkan perjalanan tanpa mereka. Aku akan mencari sekutu dengan caraku sendiri … Aku ingin membangun pasukanku sendiri, karena aku tidak ingin terlalu bergantung pada mereka.”

“Aku ingin membuktikan kepada mereka, bahwa tanpa bantuan mereka pun aku bisa … Lagi pula, walau aku terlihat bebas, sebenarnya aku seperti dikurung oleh sebuah sangkar yang tak terlihat. Aku lelah, selalu hidup di bawah bayang-bayang mereka,” sambungku dengan menarik napas yang sangat dalam lalu mengembuskannya kembali.

“Sachi, jika kau ingin melanjutkan perjalanan. Apa aku boleh ikut denganmu?”

Kepalaku menggeleng, “Takumi membutuhkanmu. Ebe, akan lebih baik kalau saja Takumi bisa mengendalikan air sepertimu. Kau juga sudah berjanji kepadanya akan hal itu, bukan?” ucapku yang membuatnya tertunduk.

“Bibi sendirian, tidak akan cukup untuk melindungi mereka. Namun Ebe, jika itu kau, di tempat yang dikelilingi lautan ini … Kau akan sangat kuat untuk melindungi mereka, dan aku membutuhkanmu untuk hal ini.”

“Aku mengerti. Aku akan menjaga mere-”

Kata-kata Ebe berhenti, sesaat bunyi demi bunyi saling bersahutan. “Tidak apa-apa, itu Bibi, Kakek, Uki, dan juga Lux. Aku sudah sangat hapal dengan sihir yang mereka keluarkan,” ucapku kepada Amanda dan Ebe yang dengan serempak melemparkan tatapannya padaku.

Dari kejauhan, terlihat sesosok bayangan yang berjalan mendekat, “maaf membuat kalian menunggu lama, tapi Bibi kesulitan untuk memilih barang-barang kalian,” ucap Bibi, sesaat dia sudah berdiri di depan kami.

“Kakek kalian, sedang membangun sebuah rumah untuk kita tinggali. Jadi, apa kalian yakin ingin melakukan hal ini?” lanjut Bibi, sambil duduk di samping Hikaru yang lelap.

“Ryuzaki dan Hikaru, akan berada dalam bahaya jika saja kegelapan itu datang. Aku harus melanjutkan perjalanan, untuk merebut Robur Spei dari tangan Kaisar-”

“Hikaru berada dalam bahaya?” sahut Amanda memotong perkataanku.

“Aku akan menjelaskan semuanya kepadamu, Amanda. Tapi nanti,” ungkap Bibi yang kali ini ikut menimpali.

“Bibi tidak akan melarangmu, tapi Bibi baru akan membiarkanmu pergi kalau saja kau tidak pergi sendirian. Bibi mendengar pembicaraan kalian sebelumnya, dan Bibi setuju jika saja Ebe ikut pergi menemanimu-”

“Bibi cukup kuat untuk melindungi mereka, jadi jangan khawatir! Dan yang lebih penting, mustahil Kakek kalian akan membiarkan cucu-cucu mereka dan Putrinya sendiri berada dalam bahaya. Kau tidak bisa melakukan semua hal sendirian, Sachi.”

Aku tertunduk setelah mendengar ucapan Bibi, “kau benar, Bibi. Setelah rumah selesai dibangun, aku akan langsung berkemas untuk segera pergi sebelum mereka berdua bangun, karena mungkin aku tidak akan sanggup untuk meninggalkan mereka jika saja mereka menangis dan memintaku untuk jangan pergi.”

“Ebe, kalau saja aku memanggil Kakakmu untuk mengajarkan Takumi mengendalikan air. Apa tidak apa-apa untukmu?”

Ebe membalas ucapanku dengan anggukan kepalanya, “itu lebih baik. Kakakku lebih kuat dan pintar dibandingkan aku … Meninggalkan Takumi padanya, bukanlah ide yang buruk. Apa kau akan memanggilnya? Jika iya, aku akan berbicara sendiri langsung kepadanya.”

“Aku akan melakukannya, dan selepas itu … Segeralah bersiap-siap untuk pergi!” perintahku yang kembali dibalas anggukan darinya.

“Bibi, di mana Lux dan juga Uki?”

Tangan Bibi terangkat ke belakang, “mereka bersama Kakekmu sekarang. Bibi sudah menceritakan semuanya kepada Lux, jadi kau tidak perlu khawatir,” ungkapnya sambil menggerakkan kepalanya menoleh ke arah di mana sebelumnya dia muncul, “Kakek kalian, kemungkinan sudah selesai membangun rumahnya. Dia sekarang sedang berjalan ke sini … Jadi, kita bawa Anak-anak ke sana agar mereka bisa beristirahat lebih layak!”

Bibi beranjak sambil meraih dan membawa Hikaru ke gendongannya, “Kakekmu datang untuk membantumu menggendong salah satu di antara mereka. Jadi tetaplah di sini, Sachi!” Bibi memerintah, sebelum tubuhnya berbalik lalu berjalan menjauh.

Tubuhku masih mematung, memandangnya yang berjalan beriringan dengan Amanda. “Kou, bawa Kakaknya Ebe ke sini! Katakan, kami membutuhkan bantuannya secepat mungkin!” perintahku, sebelum akhirnya bayangan Kakek muncul dari gelapnya malam yang mengitari api unggun di depan kami.

Our Queen : Memento MoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang