73. Tak Terhentikan

48 17 8
                                    

"Lepaskan!"

Sepuluh orang bertudung mengelilinginya dengan sorot tajam. Zhura mengeratkan genggaman tangan pada petanya saat salah satu dari mereka berusaha merebutnya.

"Kubilang lepaskan itu!" seru Zhura mempertahankan petanya dengan kedua tangan.

Suara melengking tiba-tiba terdengar begitu keras menggema di hutan. Dengan suhu udara yang turun puluhan derajat celcius, angin seketika bertiup luar biasa kencang hampir mengelupaskan kulit. Zhura yang sudah diambang batas kesadaran, terkesiap melihat cahaya putih berpendar dari arah belakang. Dari balik cakrawala senja, terbang seekor burung raksasa putih dengan bulu yang menguarkan cahaya kebiruan dari ekornya.

"Azhara?" gumam Zhura tak bisa mengalihkan pandangan.

Suara lengkingan makhluk itu terdengar lagi dan kali ini disertai dengan semburan api biru yang membinasakan apapun yang dikenainya. Orang-orang bertudung sontak saja menggencarkan serangan ke arah burung raksasa itu. Ada beberapa dari mereka yang kabur, tapi sisanya teguh melawan dengan kalut. Dengan keganasannya, puluhan orang Shar luluh lantak dalam hitungan detik. Setelah memusnahkan semua yang diinginkannya, makhluk itu terbang tak tentu arah.

Whush!

Tubuh Zhura tersungkur karena panah menancap di lengan atasnya. Salah satu orang bertudung tidak menyerah, melainkan terus menyerang Zhura ditengah aksi pembantaian teman-temannya oleh Azhara. Mengabaikan rasa sakit luar biasa yang mulai menggerogoti, Zhura mencabut anak panah hitam itu dengan sekali tarikan. Ia bangkit dan tertatih menjauh. Tak peduli dengan kekuatan yang menipis, Zhura terus melangkah seraya mendekap peta yang berisi penawar racun daghain itu.

"Argh!"

Sebuah benda tajam menembus perutnya, masuk begitu dalam hingga kembali ditarik keluar secara paksa. Rasa sakit seketika memaksa sesuatu naik dari dalam sana, untuk kemudian mengalirkan darah keluar dari bibirnya. Bersamaan dengan dirinya yang jatuh terduduk, tangannya justru ditarik ke atas. Benda yang sejak tadi ia genggam erat seketika menghilang, menyisakan ruang kosong di sana. Penderitaan yang tak tertahan membuat matanya tergenang air.

"K-kembalikan," pinta Zhura mencengkram pakaian orang Shar yang mengambil peta dari genggamannya.

"Lepaskan!" seru orang bertudung menghempaskan Zhura menjauh. Tanpa diduga, sebuah tendangan menghantam tubuh gadis itu dengan keras. Semuanya berjalan dengan cepat. Saat Zhura menyadarinya, ia sudah melayang di udara dan jatuh ke bawah. Entah apa yang ada di dasar sana, yang ia lihat hanya jembatan dan langit yang semakin menjauh dari tangannya.

Byur!

Tubuh Zhura yang sudah lumpuh seakan diremukkan oleh permukaan yang menghantamnya dengan tiba-tiba. Ketika ia merasa dirinya sudah mati karena kesadarannya yang menguap, semua yang Zhura lihat justru berubah menjadi air. Jadi, ia terjatuh ke sungai di bawah jembatan. Hawa dingin dengan cepat merasuk hingga ke tulang-tulang, cairan itu perlahan membawanya tenggelam ke dasar.

Menurut buku yang pernah ia baca, saat tenggelam orang cenderung akan mengambil posisi vertikal dengan mendongakkan kepala. Tangan akan secara refleks tergerak ke atas atau setidaknya bergerak secara acak berusaha mencapai permukaan. Hanya saja, pengetahuan itu tidak lagi berguna karena Zhura bahkan tidak bisa sedikit pun menggerakkan tubuh.

Dalam sekejap, paru-parunya mulai sekarat akibat tidak juga menerima asupan oksigen. Pada detik yang sama, semua yang terlihat menjadi samar, gelap, dan sempit. Beberapa detik tersisa, yang bisa Zhura lakukan hanyalah menggumamkan sebuah nama secara berulang-ulang. Seolah mendengarnya, cahaya putih berpijar begitu terang hingga menembus air, menyilaukan mata.

Seseorang menyeburkan dirinya ke air, itu membuyarkan arus yang sebelumnya tenang menjadi jeram. Pada saat yang sama, cahaya putih yang menyilaukan lenyap menyisakan sesak. Saat itu juga kesadaran terenggut. Semuanya benar-benar menjadi pekat, saat sepasang tangan besar itu ternyata datang merengkuh tubuhnya begitu erat.

***

"Tuan, kami berhasil mendapatkan petanya."

Kali ini ruangan seluas lima kali lima meter itu tampak lebih terang daripada sebelumnya karena mereka menyalakan kandelir kecil. Perapian dinyalakan di sudut ruangan membuat aroma khas tercium di penjuru ruang. Orang yang baru saja datang, merendahkan tubuhnya pada sosok yang duduk kursi yang menghadap ke jendela. Keadaan kakinya yang tidak sebaik dulu membuat ia tidak bisa terlalu banyak bergerak, bahkan tongkat kayu itu selalu menemaninya ke mana pun ia pergi.

"Kerja bagus, satu langkah saja kita tertinggal, seluruh rencana bisa gagal. Teratai bulan sudah sekarat, tinggal menunggu waktu untuknya mati. Selanjutnya adalah gadis itu. Kita harus membawanya pada Sacia. Ingat, jangan biarkan apapun luput dari matamu, pastikan dia selalu ada di dalam pandangan."

Si anak buah menggelengkan kepalanya, tampak menyesal. "Itu adalah kabar kedua yang ingin saya sampaikan. Kita memang mendapatkan petanya, tapi kita juga kehilangan jejak Zhura."

Si tuan menampilkan sorot 'bagaimana bisa?'

"Salah satu anak buah saya kalut, dia bilang dia tidak sengaja melepaskan Zhura karena saat itu kelompok mereka terdesak oleh kehadiran Azhara." Sosok bertudung itu bangkit dari berlutut, kini ia berdiri. "Azhara datang sendiri dalam wujud roh jahat itu untuk menyelamatkan Zhura. Dia membunuh banyak anggota kita di sana."

Tuannya itu mengetuk-ngetukkan jari-jemari di pegangan kursinya. Dia tampak menimbang-nimbang sesuatu. "Siapa sangka Azhara akan bertindak seperti ini, dia pasti sudah sangat jatuh hati. Tidak masalah, sebagian besar kekuatannya sudah diambil oleh ayahnya. Dia tidak lebih dari pemuda biasa yang tidak bisa apa-apa. Karena perubahan wujud memerlukan kekuatan yang besar, maka sekarang dia pasti sedang lemah. Ini adalah kesempatan kita."

"Apa maksud Anda?" tanya anak buahnya.

"Lacak dan ikuti lokasi mereka. Dengan kondisinya sekarang, Azhara pasti akan menjadi tak berdaya untuk beberapa waktu ke depan. Bunuh dia dan bawa Zhura hidup-hidup."

"Baik, Tuan."

The Cursed Journey Of Zhura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang