21. Batu Lima Warna dan Pangeran Terkutuk

113 46 13
                                    


"Minumlah."

"Anda tidak perlu melakukan ini." Zhura tengah menggeleng, menunjukan tanda tidak ingin merepotkan seseorang yang baru saja menyilakan mereka minum. Namun, Valea yang kehausan sudah maju menyerobot cangkir teh itu, tanpa ragu menenggak isinya dengan cepat.

"Anda tahu saja jika kami kehausan. Terima kasih banyak," ujar gadis merah itu meletakkan cangkirnya yang kosong. Zhura hanya bisa menatapnya jengah.

"Tidak masalah, aku tahu kalian pasti kelelahan mengikutiku sampai ke sini." Mendengar ucapan wanita tua di depan membuat Zhura merasa tidak enak. Sekarang mereka sedang berada di sebuah bangunan yang disebut rumah.

"Nyonya, apakah ini rumahmu?" Zhura menyapukan pandangan ke sekitar. Dilihat dari gaya dan bentuk bangunannya, rumah ini jelas berbeda dengan rumah yang ada di ujung desanya. Rumah kayu misterius tempat ia terjatuh ke dunia aneh ini, Silvermist.

"Ini memang rumahku," sahut wanita tua itu.

Zhura menganggukkan kepala. Tatapannya kemudian hinggap pada sisi wajah wanita tua itu. Telinganya mirip seperti telinga Inara. Mungkin karena suasana di rumah kayu waktu itu terlalu gelap, hingga ia tidak menyadari bahwa wanita yang memesan roti itu seorang elf. "Nyonya, apa kau ingat aku? Aku yang mengantar roti beberapa minggu lalu di rumah kayu."

"Aku tahu, Zhura."

Bagai menemukan mata air di padang pasir, Zhura terlonjak mendengar namanya disebut. Segera ia lepaskan kalung belati biru dari lehernya, lalu mengulurkan benda itu pada wanita itu. "Ini milikmu. Kalung ini tertinggal di dalam amplop saat kau membayar waktu itu."

Wanita tua itu tersenyum, menganggukkan kepala. Ia meraih kalung belati biru itu dari tangan Zhura, "Tidak kusangka akan secepat ini kita bertemu."

Zhura bertemu pandang dengan kedua temannya sebelum menyahut. "Apa maksudmu? Apa kau tahu bagaimana caranya aku kembali ke duniaku?"

Wanita tua itu menatap kalung yang ada di tangannya dengan kening berkerut. Zhura hampir mengira ia melamun, hingga wanita tua itu mengerakkan kepalanya menggeleng. "Entahlah," ujarnya menimbulkan semakin banyak tanda tanya.

Dia mengembalikan kalung itu pada Zhura lalu berjalan ke arah jendela. "Pertama, kau bisa panggil aku Nyonya Li. Kedua, aku tidak yakin dengan jalan pulangmu. Yang aku tahu, kau tidak akan bisa kembali sebelum tugasmu selesai. Kau tidak akan bisa mengetahui semuanya dalam satu waktu. Aku pun tidak bisa memberitahukanmu, karena aku hanya melaksanakan tugasku."

Zhura bangkit, beranjak padanya. Sebelumnya ia kira hamparan luas berwarna hijau di depan jendela adalah padang rerumputan. Ternyata itu sebuah danau yang sangat luas, dengan permukaan air yang sangat tenang.

"Wanita itu pun mengatakannya. Sebenarnya tugas apa yang harus aku lakukan agar bisa kembali, Nyonya Li?"

"Jadi, dia menemuimu." Semilir angin menerbangkan anak-anak rambutnya yang berwarna putih. Ada sorot tersembunyi pada iris wanita itu saat ia membuka kembali pembicaraan. "Aku ingin menyelesaikan tugasku. Rumah kayu waktu itu adalah jalan yang menghubungkan dunia kita. Kau adalah yang terpilih oleh Sang Cahaya, untuk menyelesaikan sesuatu yang sudah dimulainya dan tak bisa ia selesaikan, untuk menyelamatkan seseorang."

Gadis zamrud tertegun, "Siapa itu Sang Cahaya, apa dia wanita bermata violet? Siapa yang harus kuselamatkan? Kenapa dia tidak menyelesaikan apa yang sudah ia mulai?"

"Begitu rumit, sangat membingungkan, dan juga cerita yang panjang. Kau akan mengetahuinya suatu saat nanti. Kalung itu adalah bukti bahwa diri kalian terhubung. Percayalah, apa pun yang dia berikan semata-mata untuk tujuan kebaikan."

Bagaimana bisa ada orang asing tiba-tiba saja memanggilnya ke dunia aneh ini untuk sebuah tugas yang bahkan tidak ia ketahui. "Jadi, jalan pulang itu akan terbuka saat aku menyelesaikan tugasku?"

The Cursed Journey Of Zhura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang