127. Ketakutan

1 0 0
                                    

Info : Novel ini sudah tersedia versi komik di webtoon.

.
.

"Aku baik-baik saja," ujar Valea berusaha bangkit, tapi luka-lukanya membuat gadis merah itu kembali jatuh. Menyusul, seruan Yiwen terdengar dari arah belakang. Gadis itu berlutut dengan keadaan yang jauh lebih buruk daripada Valea. Sekujur tubuhnya berlubang akibat sisik emas yang dilesatkan wanita scabious itu. Darah segar dengan cepat mengalir dari celah-celah tubuhnya menggenangi lantai.

"Kau melukai teman-temanku!" Zhura berseru.

"Masa bodoh!" Wanita bersisik yang langsung menatapnya dengan mata mengerikan. Belum sempat Zhura memikirkan hal itu lebih lanjut, wanita scabious itu sudah lebih dulu melesat padanya.

"Hentikan! Apa yang kau lakukan adalah kesalahan! Menculik sembarang orang lalu menjadikan mereka pasangan sangat tidak bemoral! Hentikan ini!!" Zhura berusaha menguatkan kuda-kudanya saat wanita bersisik itu berusaha menyudutkannya.

"Dia harus menjadi milikku! Selamanya milikku! Kalian para pengganggu akan mati!!" jawab wanita itu menarik dorongannya tiba-tiba. Sontak saja tubuh Zhura limbung karena kehilangan keseimbangan. Memanfaatkan kesempatan, scabious itu dengan cepat mengarahkan kakinya ke tubuh Zhura. Dirinya tidak tahu apa yang terjadi. Yang ia rasakan hanyalah terbang dengan kecepatan tinggi, sebelum kemudian ia menghantam permukaan dinding batu.

Zhura pun babak belur. Tubuhnya mati rasa atau efek ramuan dari juru kemudi tadi memang mulai hilang, yang jelas oksigen seperti dipaksa menguap dari paru-parunya. Sesak. Tergeletak di atas lantai, Zhura megap-megap mencari pasokan udara. Berputar atau bergeser, semua terlihat tidak stabil. Ketika Zhura kira ia akan mati, pada kenyataannya situasi masih ingin bertambah buruk lagi.

Scabious tiba-tiba tertawa, saat itu juga suhu ruangan menjadi panas. Zhura memekik tertahan karena tenggorokannya seperti dibelah dua. Satu-satunya bagian yang terasa sejuk hanyalah pergelangan tangannya di mana gelang Azhara melingkar di sana. Tapi sekali lagi, itu tidak banyak membantu. Ia merasa seperti berada di atas pemanggang. Pada detik-detik berikutnya, senjata mereka bahkan terkena imbas oleh suhu tinggi itu. Bilah-bilah pedang membengkok, bahkan meleleh.

"Sudah kuperingatkan sejak awal untuk pergi, tapi kalian menolaknya mentah-mentah. Sekarang rasakan bagaimana rasanya dipanggang secara perlahan! Kalian semua terlihat menyedihkan, tapi aku masih mempunyai satu hal lagi sebagai penutup."

"Aargh!" Rasa sakit tiba-tiba membuncah saat kuku emas tajam itu berhasil menembus dada Zhura. Aku gadis itu terdiam masih tak percaya dengan situasinya. Tak lama setelahnya sesuatu melonjak naik dari dalam perut. Darah. Cairan itu keluar dengan bebas tanpa ada sesuatu yang menghentikannya. Merah juga adalah yang Zhura lihat dari sela-sela penglihatannya. Oh, tidak. Mungkinkah bukan hanya mulutnya yang mengeluarkan darah?

Gadis itu megap-megap mempertahankan kesadaran dengan menggumamkan kalimat apapun. Pada saat kuku emas itu ditarik keluar, beban berat seolah berebut masuk ke dalam jantungnya. Saat itu juga, semua kalimat yang ia gumamkan juga tertelan. Dia pikir semua sudah berakhir. Pada detik sebelum semuanya benar-benar memudar dan hilang, aroma harum justru masuk pada penciuman. Begitu menenangkan dan dingin secara bersamaan.

Ia ingat itu adalah aroma lavender.

Di antara sensasi rasa sakit, sosok bergaun kuning dengan mata violet datang menariknya jauh ke dalam mimpi yang panjang.

Zhura!

Zhura!

Apa yang kau lakukan?!

Hentikan!

Hei, bagaimana bisa?!

Siapa kau?!

Siapa sebenarnya dirimu?!

The Cursed Journey Of Zhura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang