116. Agoni

1 0 0
                                    

Info : Novel ini sudah tersedia versi komik di webtoon.

.
.

"Mau apa kau ke sini?"

Zhura mendecakkan lidah, menatap lelah pada sosok gadis yang kini terduduk di dalam ruangan. "Salahkah jika aku ingin melihat keadaanmu?"

Arlia tertawa, mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya pada lantai. Cahaya kekuningan dari lilin yang sudah dinyalakan, nyatanya masih tidak mampu memperlihatkan dengan jelas bagaimana keadaan gadis itu. "Aku tahu kau datang ke sini, untuk melihat seberapa menyedihkannya aku. Selamat kau sudah melihatnya, aku sangat menyedihkan!"

Zhura mengalihkan matanya menelusuri ruangan persegi dengan pintu jeruji besi, tempat Arlia kini terduduk di sudut kegelapan. Gadis itu adalah puteri Tuan Minra. Menjadi puterinya, secara langsung menjadikannya orang yang mempunyai hubungan terdekat dengan Tuan Minra. Setelah tindakan kriminal ayahnya terkuak, semua pasang mata tentu saja terarah pada gadis itu. Zhura meringis, mengingat bagaimana pasrahnya ia saat digiring ke sel ini tadi.

"Aku tahu kau tidak ada hubungannya dengan masalah ini. Pemeriksaannya akan berjalan dengan lancar dan cepat, kau akan segera keluar dari sini," imbuh Zhura mencoba menyemangati Arlia, tapi niat baiknya justru ditolak mentah-mentah dengan umpatan gadis itu.

"Apa pedulimu?! Mau aku keluar atau tidak itu bukan urusanmu!" serunya membuang muka.

Zhura mengulurkan tangan menggenggam jeruji besi yang memisahkan mereka. "Aku tidak mengerti lagi, Arlia! Kau pasti tidak akan menganggap apa yang aku katakan padamu sebagai ketulusan. Aku memang merasa marah saat kau mengusikku, tapi ingat satu hal, aku tidak pernah berniat menjadikanmu musuh. Tidak pernah sekali pun, bahkan sejak pertama kali kita bertemu."

Arlia beranjak dari sisi gelap, mendekat ke arah Zhura yang berdiri di depan jeruji besi. "Sejak awal aku menjadikanmu sebagai kambing hitam! Akulah orang yang memasukkan cicak ke mangkukmu! Aku yang memberitahu orang-orang bahwa kau sering bertindak aneh! Lalu, aku adalah orang yang menemukan barang-barang asing itu dari kamarmu! Apa itu semua tidak cukup bagimu untuk menjadikanku musuh?!"

Zhura tercenung, insiden cicak waktu itu sungguh membekas. Mendengar satu demi satu penuturan gadis seratus lima puluh tahun itu membuatnya terkenang masa lalu. "Semua itu terdengar sangat jahat, tapi aku tidak terkejut. Itu juga sudah terlanjur. Apapun yang terjadi di antara kita adalah sebuah kesalahpahaman, Arlia. Aku tidak ingin bermusuhan denganmu."

Arlia mengembuskan napas keras, "Sejak awal semua yang terjadi di antara kita bukan kesalahpahaman. Pada saat pertemuan gadis suci yang pertama kali, akulah yang pertama kali menyadari kehadiranmu. Aku juga sadar bahwa ada yang berbeda dari kau dengan gadis lain. Auramu jauh lebih kuat dan itu membuatku sangat penasaran."

"Penasaran?" gumam Zhura tak setengah tak menyangka.

Arlia terkekeh lirih, "Aku sengaja menyusun cara untuk mengusikmu hanya untuk memenuhi keingintahuanku tentangmu. Awalnya aku pikir kau akan sama seperti gadis lain, takut padaku, tapi kau justru melawanku. Kau yang hanya seorang gadis rusa, tapi mempunyai aura yang sangat kuat, membuatku merasa kalah dan lemah."

"Itu sebabnya kau terus mencoba merisakku?!" Zhura menyela penjelasannya.

Arlia mengangguk dengan pandangan yang jatuh sayu. "Kakakku Azhara yang menerimamu menjadi muridnya, semakin memperburuk perasaanku. Lalu, kau juga menyelamatkan teratai bulan dengan memberikan penawar racun itu, semakin membuatku kehilangan akal!"

Zhura melihat Arlia menggenggam jeruji besi di depan mer6 dengan kuat hingga tangannya memerah. Ia anggukkan kepala, menatap sepasang sepatu putihnya. "Aku tahu, kau marah padaku karena bunganya mekar dan kita tetap dituntut untuk melanjutkan perjalanan itu."

The Cursed Journey Of Zhura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang