112. Mengungkap

2 0 0
                                    

Info : Novel ini sudah tersedia versi komik di webtoon.

.
.

"Jadi, kalian selamat dan berhasil mendapat penawar racun daghainnya. Lalu Ramia? Ke mana dia?"

Ucapan Paman Ruvaz lekas mengingatkan Zhura tentang pemuda elf itu. Sudah lama semenjak ia bertemu dengannya. Tabib Ma berkata pemuda itu menyusup ke markas Shar. Membayangkan bagaimana keadaannya dan apa saja yang ia lalui membuatnya khawatir.

Paman Ruvaz beralih ke pembahasan lain, dia menunjuk bubuk kebiruan yang sebelumnya ditemukan di tempat kejadian meninggalnya raja. "Sudahlah, bagaimana dengan bubuk kebiruan itu? Bubuk itu ditemukan di lantai dekat dengan tubuh Yang Mulia Raja Amarhaz."

Paman Ruvaz meraih mangkuk putih dari meja, lalu mendekatkan pada mereka. Tabib Ma tercenung menyadari adanya ketidakberesan pemandangan yang ia tangkap dari mangkuk itu. "Apakah mangkuknya memang basah seperti itu?" tanya elf tua tersebut menatap air yang menetes dari permukaan mangkuk, jatuh ke telapak tangan elf penginterogasi.

"Tidak, sepertinya tadi kering." Ruvas tampak heran, ia menatap seorang anak buahnya. "Apa kau melakukan sesuatu pada mangkuknya?"

"Tidak, Pak. Sebelumnya itu kering," jawabnya.

Tabib Ma merespon, "Ini aneh."

Belum sempat Zhura menyahut jawaban elf penginterogasi itu, atensiku sudah tersita kembali pada Azhara yang tiba-tiba melangkah mundur. Pemuda itu melangkah ke belakang, menjauhi mangkuk dengan pandangan aneh.

"Batu kelinci," katanya menunjuk serbuk kebiruan di mangkuk. Suaranya terdengar berat seakan ia sedang menahan sakit, "Itu materi terdingin di Firmest."

"Batu kelinci? Tidak mungkin! Bagaimana serbuk batu kelinci ada di ruangan Yang Mulia?" Ruvas tak bisa memikirkan gagasan mengenai eksistensi serbuk terdingin itu di tempat kejadian.

Mata Zhura beralih pada bubuk kebiruan dalam mangkuk. Sepertinya Azhara tidak asing dengan benda itu. Sekarang ia paham kenapa mangkuknya mengembun. Bubuk kebiruan itu adalah batu dingin. Benda itu diletakkan di dalam mangkuk, membuat udara dalam mangkuk mendingin. Tapi suhu ruangan balai yang panas membuat permukaan mangkuk mengeluarkan titik-titik air seperti itu.

"Jauhkan itu dari Putera Mahkota." Ruvas memerintahkan anak buahnya untuk mengambil alih mangkuk itu.

Zhura melirik Azhara yang kini gemetar, "Apa kau kedinginan?" tanya Zhura bahkan lupa dengan kejadian menyakitkan kemarin, gadis itu pun segera mengoreksi, "Maksudku, Anda harus menjauh."

"Tidak, aku hanya terkejut." Azhara menggeleng, "Takarannya sangat kecil, tidak apa."

Arlia mendekat, ia bertanya, "Apa itu batu kelinci?"

"Nona, batu kelinci adalah benda yang paling dingin di Firmest. Batu itu biasa ditemukan di puncak pegunungan tertinggi, itu pun sudah sangat langka," jelas Paman Ruvaz menunduk hormat. "Melihat bentuknya sekarang yang sangat kecil dan halus, sepertinya seseorang menumbuk batu ini."

Gadis elf itu masih kebingungan, "Tapi bagaimana bisa ada tumbukan batu itu di tempat kejadian?"

Tabib Ma mencoba mengatakan pemikirannya, "Batu itu mendinginkan sesuatu, jadi mungkin saja seseorang yang meletakkannya itu ingin menjaga sesuatu tetap dingin."

"Apa yang kau maksud dari mendinginkan sesuatu?" Paman Ruvaz bertanya pada Tabib Ma dengan tatapan bertanya.

"Mendinginkan sesuatu, berarti batu kelinci membuat apapun yang dikenainya menjadi terasa dingin. Dan bubuk batu ini ini ditemukan di sekitar tubuh Yang Mulia Raja Amarhaz. Dengan itu, si pembunuhnya pasti mencoba membuat suhu tubuh raja lebih dingin dari suhu yang seharusnya," ujar Zhura yang ditanggapi berbagai macam jenis respon dari orang-orang di balai.

The Cursed Journey Of Zhura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang