124. Dunia Bawah Air

0 0 0
                                    

Info : Novel ini sudah tersedia versi komik di webtoon.

.
.

"Kau yakin ini tidak apa-apa?"

"Tidak ada pilihan lain. Jangan khawatir, mereka akan segera sadar," sahut Valea yang kini sibuk menyandarkan tubuh seorang gadis di balik batu besar. Satu gadis lain yang juga tak sadarkan diri, sudah lebih dulu disandarkan di sana. Alih-alih membuat rencana yang aman, Valea justru membuat rencana yang bisa dibilang nyeleneh.

"Aku hanya membuat mereka pingsan, kenapa kalian menatapku seperti melihat seorang kriminal?"

"Kau baru saja merampok mereka!" sahut Zhura disambut anggukan dari para gadis.

"Terserah!" Setelah kegiatan "menyembunyikan tubuh dua orang asing di balik batu" selesai, Valea meraih bingkisan besar yang tergeletak di sampingnya. Sebuah gaun hijau terlihat menyembul, saat gadis merah itu menyingkap kain yang membungkus bingkisan. Tidak menunggu lama, ia segera menutup kembali bingkisan itu dengan senyum yang terlihat sama merepotkan.

"Waktu kita tinggal sedikit, sekarang apa?" tanya seorang gadis bernama Maris.

"Tiga orang gadis tetap di gua sambil menjaga mereka dan mencari jalan keluar, dua orang menyamar menjadi pengantar bingkisan ini ke istana, lalu sisanya menyusup jemput pangeran," jelas Valea lalu mengeluarkan buku mantra dari tas kecilnya.

"Siapa yang akan menyamar dan siapa yang akan menyusup?"

Valea mengabaikan pertanyaan itu dan mulai membaca mantra dari bukunya. Pada detik selanjutnya, sensasi aneh tiba-tiba mengerubungi tubuh Zhura. Dimulai dari kepalanya yang terasa pusing, lalu semua objek dan pemandangan yang ada di depannya seketika membesar. Zhura tersentak, menatap gadis-gadis suci yang juga ikut membesar tinggi menjulang.

Gila! Dunianya berubah raksasa, atau ia yang mengecil?

Kerikil-kerikil hijau di tanah yang awalnya hanya sebesar biji kenari, kini berubah besar hampir mengalahkan tubuhnya. Sepasang capit berwarna kemerahan juga menyeruak ke depan, membuat Zhura tersadar bahwa sesuatu terjadi pada tubuhnya.

"Kau menyihirku jadi makhluk apa?!" Gadis itu menatap nyalang Valea yang terlihat seperti titan.

"Kepiting," jawab Valea sembari mengedarkan pandangan dengan matanya yang menyipit. "Kepiting berukuran kecil. Meskipun larinya tidak begitu cepat, tapi kakinya banyak, jadi mudah kabur kalau sampai ketahuan. Selain itu, akan lebih mudah menyusupkanmu dalam bentuk itu," lanjut gadis merah itu tanpa raut bersalah.

Zhura berdecak dalam hati. Jika saja ia mempunyai tangan manusianya pasti leher Valea sudah ia cekik. "Jadi, aku yang menyusup? Tapi apa aku bisa kembali jadi manusia?"

Valea mengangkat bahunya, "Ngomong-ngomong ini percobaan pertamaku menggunakan mantra perubahan wujud. Jadi, aku tidak bisa menjamin apapun. Sudahlah, kita harus fokus pada rencana dulu," tukasnya menatap sisa gadis suci di sekitarnya. Wajah gadis-gadis itu memucat saat Valea mulai mengarahkan jari telunjuknya ke arah mereka.

"Tapi, satu tidak cukup. Aku butuh satu kepiting lagi."

***

"Hei, aku tidak biasa berjalan ke samping."

"Kalau begitu berjalan ke depan saja."

"Kau bodoh, ya? Kepiting tidak bisa berjalan ke depan!" timpal Zhura ingin menjepit tangan Valea yang tengah membawanya. Mereka berempat kini berjalan ke arah penjaga di depan gerbang bangunan megah. Yah, tidak bisa disebut berempat juga, karena sebenarnya hanya Valea dan Yiwen yang berjalan dengan kaki, sementara dirinya dan Maris harus berpasrah diri dijadikan kepiting dalam genggaman.

The Cursed Journey Of Zhura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang