Suara-suara bisikan menguar semakin kuat ke dalam telinganya. Bukan hanya para gadis suci, bahkan barisan tetua yang duduk di sisi aula pun bersaut-sautan mengeluarkan kalimat keterkejutannya. Sepertinya saat ini batin setiap orang menggila ketika melihat Zhura bersimpuh di depan Azhara. Tidak ada yang harus diperdebatkan dari ucapan gadis itu, satu-satunya kesalahannya adalah lawan bicaranya. Memecah keheningan, seorang tetua berdiri dan menunjuk-nunjuk dengan raut marah. "Lancang! Seorang gadis rusa berani-beraninya meminta hal itu pada Putera Mahkota! Tidak tahukah kau akibatnya?!""Bagaimana bisa dia melakukannya? Sudah tertulis di dalam gulungan, orang yang bertugas melatih para gadis suci hanyalah kelima jenderal!"
"Gadis suci itu benar-benar tidak tahu batasan!"
"Dia pasti gila!"
"Bukan hanya gila, dia tidak bermoral. Dia harus dihukum karena merendahkan Putera Mahkota!" seru mereka kemudian menyetujui usulan tersebut.
"Ini bencana!" sahut orang-orang.
Bahkan melihat keributan di depannya, pemuda perak itu hanya diam menutup mata dan telinga. Inara dan Valea terlihat khawatir seraya menenangkan orang-orang di sekitarnya. Di tempatnya Zhura merasa kebingungan, tidak menyangka situasi akan berubah rusuh.
"Dia mungkin merencanakan sesuatu! Mana mungkin seseorang bisa begitu berani jika kau paham keadaan Yang Mulia. Gadis itu pasti berniat buruk! Ia pasti memilki hasrat kebusukan pada Putera Mahkota!" seru Arlia yang langsung dibenarkan teman-temannya. Beberapa tetua mengangguk terpengaruh perkataan gadis itu. Sangat menohok, Zhura sadar bahwa pernyataan itu tidak salah. Ia memang memiliki niat terselubung pada Azhara, tapi bukan berarti ia ingin menyakitinya.
"Aku tidak seperti itu!" balas Zhura. Gadis itu berbalik, memunggungi Azhara. Ditatapnya satu per satu orang di ruangan, "Saya tidak berniat merendahkan siapapun."
Arlia menyanggah, "Lalu, katakan apa alasanmu memilihnya, Lailla? Jika kau punya cukup rasa bersyukur, pastinya satu dari lima orang jenderal terlihat sangat pantas dijadikan sebagai guru. Tapi kau memilih Putera Mahkota, apa jangan-jangan kau menyukainya?"
"Aku...." Zhura menunduk begitu hatinya jatuh.
"Cukup!" Valea yang kehabisan kesabaran terlihat berdiri, menantang tatapan sengit Arlia dan para gadis suci di sampingnya. "Dia hanya memilih guru yang ia inginkan! Kenapa dengan kalian?!" tanyanya
"Benar, dia orang baik! Lailla tidak pernah memiliki niat buruk!" Inara turut membela Zhura dengan wajah panik.
Tak ingin kalah, Arlia ikut berdiri menatap lurus pada Zhura, "Putera Mahkota adalah seorang laki-laki yang berwibawa dan pastinya menarik di mata semua wanita. Lailla hanyalah gadis biasa, budak tanpa kendali dan tumbuh liar. Jika ia tidak berniat menggoda Putera Mahkota, apa lagi alasannya ingin dijadikan sebagai muridnya? Benar, kan?" tanyanya meminta dukungan dari temannya.
"Benar! Dia memiki niat jahat!"
"Iya, dia pasti ingin menggoda Putera Mahkota!
"Pengaruh buruk! Jauhkan dia dari Pangeran Azhara!"
"Jangan biarkan dia bertindak! Lebih baik kurung dia dipenjara!"
"Gantung kepalanya saja!"
"Tangkap dia!"
Azhara mengernyit dengan sebelah lengah menutup telinga. Melihat kerisauan puteranya, Raja Amarhaz menggebrak meja emas di depannya. Teriakan Raja Amarhaz menggema, pria elf tua itu tampak begitu marah. Mata hitamnya nyalang menatap ke arah para gadis dan tetua, "Tidak ada seorang pun di sini yang bisa memutuskan siapa yang berhak dihukum!!"
Tuan Minra yang sejak tadi hanya diam kini bersuara, "Yang Mulia harap menenangkan diri. Kesehatan Anda tidak boleh dikesampingkan karena emosi sesaat."
Pada detik berikutnya, Raja Amarhaz mengalihkan pandangan sangarnya pada Zhura. "Alasan apa yang membuatmu berpikir ingin menjadi murid Putera Mahkota?!"
Dengan tergopoh-gopoh, Zhura kembali berlutut ke arah Raja Amarhaz. "Yang Mulia, ketidaktahuan milik Lailla, tapi demi langit dan bumi, tidak ada sedikit pun niatan buruk yang saya simpan di hati. Semua pikiran dan tindakan saya murni dari keinginan untuk melatih diri sebagai seorang prajurit. Sosok Putera Mahkota sangat tenang dan netral, mendorong keyakinan bahwa saya akan tepat berada di bawah bimbingannya."
Tidak adanya jawaban membuat Zhura melepaskan seluruh harga diri untuk meletakkan kepalanya di atas lantai. "Saya tidak pernah memiliki hasrat kehidupan yang melewati batasan. Tolong, sebagai seorang gadis yang tumbuh dengan keterbatasan, izinkan saya untuk memenuhi keinginan tulus ini sebelum pergi ke dataran itu."
Raja Amarhaz menghela napas seraya mengalihkan pandangan. "Tidak ada aturan yang melarang gadis suci untuk mengajukan keinginan mereka. Jika pun kau berkata jujur, semua keputusan tetaplah kembali pada puteraku. Bagaimana, Azhara? Bersediakah kau menerimanya?" tanya raja pada puteranya.
Azhara mematung, menatap Zhura dengan raut khasnya tanpa ada niatan membuka suara. Karena dekatnya jarak mereka berdua membuat Zhura bisa menyelami betapa jernih mata biru dan halus suara napasnya. Beberapa saat berlalu dengan senyap. Semua orang menunggu keputusan yang keluar dari bibir pemuda di depan. Gadis itu pun tanpa sadar menahan napas begitu suara gemerisik kain terdengar. Zhura kira Azhara hendak menerima uluran gulungan dari tangannya, tapi yang dia lakukan justru bangkit hormat pada Raja Amarhaz.
"Segala hormat Azhara sampaikan pada ayahanda. Pengetahuan yang luas tak akan pernah mencapai puncak kebijaksanaan dengan kekeliruan pembentukan pemahaman. Melewati pertimbangan yang hati-hati, Azhara melepas tangan dan menyerahkan permintaan ini kepada mereka yang bertanggung jawab. Belakangan Azhara merasa tidak sehat, harap ayahanda mengizinkan saya undur diri lebih dulu."
"Kau sakit?" tanya Raja Amarhaz memastikan.
Azhara mengoreksi, "Hanya kurang enak badan."
"Kalau begitu kembalilah dan pulihkan dirimu. Jangan memaksakan diri dan pastikan kau selalu nyaman."
Dia mengangguk, "Terima kasih banyak atas kebaikan Yang Mulia. Azhara akan pamit sekarang."
Pemuda itu berbalik lalu berjalan keluar tempat pertemuan, meninggalkan Zhura yang masih bersimpuh di tempatnya. Seorang pemuda elf yang sepertinya lebih muda dari Azhara, membungkuk pada raja sebelum pergi mengikuti langkah tuannya itu.
"Putera Mahkota menolaknya." Tuan Minra terdengar berdehem membuat semua perhatian teralihkan padanya. "Kau tidak salah mengutarakan keinginanmu, tapi itu tidak mungkin dapat terjadi. Kita semua tahu bahwa Putera Mahkota sangat rentan. Tubuhnya tidak menoleransi sedikit pun pengaruh asing yang berdampak buruk."
"Rentan?" Zhura mulai berpikir ada apa dengan tubuh Azhara.
"Alangkah sebaiknya kau ubah keputusanmu. Aku yakin salah satu dari jenderal pasti dapat melatihmu dengan baik, Nak," tukas saudara raja itu.
Raja Amarhaz menghela napas berat, "Entah bagaimana kau memilihnya, kuharap kau benar-benar berkata jujur. Aku percaya kau gadis baik tapi Azhara adalah sosok terawan di antara kita. Satu saja kesalahan akan membawa malapetaka bahkan pada dirinya sendiri. Pengaruh sedikit apapun pada diri putera mahkota akan menimbulkan hal yang bisa memicu sesuatu itu bangkit. Kau pasti mengerti keadaannya, bahwa Azhara memiliki keterbatasan. Menyerah pada putera mahkota dan cobalah untuk mempertimbangkan salah satu dari lima jenderal itu."
Zamrudnya mengedar dengan heran, ia masih belum menangkap permasalahan utamanya. Kepala gadis itu pun membuat banyak pertanyaan ketika atmosfer di ruangan menjadi sendu. Orang-orang menunduk, berpaku pada pikiran larut yang tergambar keruh di wajah mereka. Perkataan Inara mengenai pengeran dengan hati yang mati kembali terngiang. Sekarang Zhura baru sadar bahwa Azhara adalah sosok yang harus meminum darah suci agar ia terbebas dari roh jahat di tubuhnya.
Harapannya pun menguap. Seandainya Zhura berhasil melewati tugas yang diberikan oleh Sang Cahaya, jalan pulangnya tidak akan terbuka kecuali ia mempunyai batu lima warna. Jika ia memilih orang lain, maka kesempatannya untuk mendapatkan batu kalung Azhara akan menipis. Melihatnya dari dekat saja merupakan hal yang sulit. Ketika Zhura menjalani pelatihan dengan orang lain, maka waktunya akan terlewati jauh dari pemuda itu. Dengan kata lain, tiket jalan pulangnya akan hangus.
Apa yang harus ia lakukan?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cursed Journey Of Zhura
FantasíaFANTASI ROMANSA Zhura tidak pernah menyangka jika rumah misterius yang ia masuki justru membawanya ke dunia asing yang berpenghuni makhluk aneh. Dirinya dijadikan gadis yang akan dikorbankan dalam ritual maut, lalu ia tergabung dalam kelompok gadis...