Azhara mencengkram dadanya yang berdenyut hebat. Rasa sakit dan panas menyebar membuat tubuhnya kejang. Ada bunyi debum redam saat ia tak kuasa menahan pijakan kaki, dan jatuh pada karpet di bawahnya. Segalanya berdentum seiring paru-parunya yang berusaha mengambil napas. Kuku-kuku jarinya yang memutih pun patah seakan itu terlalu rapuh.
"Argh." Perutnya nyeri bak diperas, sesuatu keluar dari bibirnya. Tangan Azhara naik menengadah darah yang mengalir seperti tak terbendung itu. Sungai jernih mengalir di matanya yang putih sempurna saat senyum miring justru tercipta pada bibir. Meskipun ia tidak bisa melihat, tapi ia tahu seberapa buruk keadaannya. Jarum di dalam jantungnya semakin ganas, menggerogotinya, perlahan tapi pasti dia akan mati.
Dambaan yang ia simpan, menambah satu alasan mengapa tubuhnya sekarat. Ia telah merasakan ini sejak jarum itu ia masukkan ke sana, tapi kini rasa sakit datang ratusan kali lebih kuat. Penderitaan ini tidak akan hilang kecuali jarumnya hilang. Namun, Azhara sudah mengatur jarum itu hanya akan hilang saat roh jahatnya bangkit. Dengan keadaannya sekarang ia akan langsung mati saat roh itu menguasai tubuhnya.
Tak peduli seberapa keras usaha Azhara membuang kenangan masa lalu mereka, sosok gadis itu tetap terpatri di kepalanya. Kama dan harapan atas perasaan yang menggelora di hatinya melaung begitu keras. Namun, tak adanya kemampuan membuat Azhara menjadikan impiannya sebagai jumantara semata. Sudah diputuskan, ia harus pergi secepat mungkin dari gadis itu atau malapetaka besar akan terjadi.
***
Malam bergemuruh saat Valea membuka surat yang ia dapatkan dari merpati Inara. Di surat itu tertulis bahwa tidak ada lambang bunga di tubuh Raja Amarhaz. Selain itu Inara juga menjelaskan bahwa kesehatan raja jauh lebih buruk yang selama ini mereka kira. Tidak ada yang salah dengan obat-obatan yang diberikan, tapi ada yang mencurigakan di dupa wewangiannya yang diberikan Tuan Minra. Valea paham, sekarang target penyelidikan dipusatkan pada satu orang, yaitu Tuan Minra.
Ini jadi mendebarkan.
Valea mulai memikirkan rencana penyusupan yang lebih aman. Haruskah ia mengalihkan perhatian dengan sesuatu yang heboh, ledakan contohnya? Tidak, itu terlalu mencolok. Tidak ada bukti juga jika Tuan Minra benar-benar dalangnya. Dari faktor itu, Valea harus menggunakan cara penyusupan paling mudah. Kira-kira rencana apa yang bisa ia lakukan?
Dia termenung.
Saking larutnya dalam pikiran ia jadi tidak sadar ada jangkrik mendarat di bahunya. Hewan itu mengerik, membuyarkan lamunan si gadis merah. Senyum miring pun tercipta di bibirnya saat ia akhirnya mendapat ide untuk menyusup, yaitu dengan menyamar menjadi binatang. Yah, mau bagaimana lagi? Sepertinya ini adalah cara yang paling mudah, dan pastinya aman sehingga ia tidak perlu bertemu dengan seseorang yang telanjang seperti kemarin.
Ditatapnya langit malam yang bersemu merah, sepertinya hujan akan segera turun. Valea tak suka menunda pekerjaan jadi ia harus bergegas melaksanakan rencananya. Sebagai seorang penyihir muda, mantra-mantranya masih sangat terbatas. Jadi, ia tidak yakin apakah ia bisa berubah menjadi hewan yang berguna. Meskipun begitu, tidak ada pilihan selain mencobanya. Ia menarik napas panjang, lalu mengucapkan mantra.
Tepat setelah itu pun ia berubah menjadi kumbang.
"Ayolah, kau bercanda, Valea? Seekor kumbang?!" tanya Valea pada dirinya sendiri. Tak apalah, setidaknya ia tidak akan mudah disadari oleh musuh. Dikembangkan sayap-sayap kecilnya, lalu mulai terbang menuju ke luar. Udara terasa lebih dingin saat tubuhnya sekecil ini. Awalnya Valea tidak terbiasa hingga hampir menabrak daun pintu kamarnya. Namun, seiring jauh jaraknya terbang, ia pun segera bisa menguasai tubuh kumbangnya.
Mata merahnya melihat ke sekeliling, lingkungan istana benar-benar tampak sepi nyenyat. Rencananya yang pertama adalah memastikan lebih dulu mengenai dupa yang dibahas Inara, jadi tujuan penerbangannya adalah ruangan Raja Amarhaz. Setelah Valea sampai di sana, ia bertengger di atas meja. Diperhatikan seluruh bagian ruangan itu. Valea menemukan sebuah bekas bakaran dupa, dia pun mencoba melihatnya lebih dekat.
Dibawanya tubuh kumbangnya terbang mengitarinya. Kini ia dapat melihat apa yang Inara maksudkan di kertas. Meskipun sudah lama padam, tapi ada sisa abu di dupanya yang mengumbarkan aroma khas. Valea tidak pernah mencium aroma seperti itu, jadi ia tidak begitu paham gaharu apa yang dibakar. Lebih baik ia memberikan informasi ini pada Tabib Ma lebih dulu. Valea mengepakkan sayapnya lebih cepat, keluar.
Ini berjalan mulus, pikirnya tak sesuai harapan.
Saat dirinya sampai di bagian depan istana raja, seekor kera kecil menangkapnya dan membawanya lari. "Apa-apaan ini?!" Valea berusaha merapalkan mantra kembali ke semula. Tapi, ia terlambat. Hewan itu melompat dari atap ke atap lain membawanya ke sebuah ruangan. Dia meletakkan Valea pada telapak tangan seorang pemuda.
"Kerja bagus, Lily," ujar Asyaralia menepuk kepala peliharaannya.
Valea melongo. Dengan menyamar menjadi kumbang, gadis itu yakin bahwa ia telah merencanakan penyusupan dengan baik. Tapi, kenapa ia malah berakhir dengan sosok pemuda itu lagi?
"Dan kau, selamat datang di tempatku." Asyaralia menempatkan kumbang Valea di dalam stoples bening berbentuk bundar. Itu adalah bekas akuarium ikan kesayangannya yang mati dilahap Callan. Rubah itu memang pemakan segala. Valea berputar-putar mencari jalan keluar dari stoples itu, tapi percuma karena Asyaralia menutupnya rapat. Hanya ada satu titik kecil untuk jalur keluar masuk udara yang membuat Valea sesak.
Keadaan istana sungguh sedang tidak baik. Selain kerusakan di mana-mana, beberapa gadis suci juga dikabarkan menghilangkan. Lalu, tiba-tiba ia mendapati seseorang berpenampilan mencurigakan dengan tusuk rambut gadis suci. Bukanlah itu aneh? "Sekarang, katakan siapa sebenarnya dirimu? Kau menyusup dan menggangu aktivitasku kemarin. Lalu sekarang kau menyamar sebagai kumbang, keluar masuk di istana raja. Aku penasaran kenapa kau sungguh tertarik dengan tempat itu. Ada apa di sana?"
Valea tidak merespon, dan malah membelakangi sosok itu.
"Baiklah, kalau kau tidak mau menjawab." Asyaralia mendekatkan marmosetnya ke arah stoples. "Lily, sepertinya kau punya kudapan sehat malam ini."
Valea yang mendengar itu sigap berbalik, "Hei, jangan lakukan itu! Sial sekali! Bagaimana juga kau bisa menyadari kehadiranku?!"
"Mudah saja, di dunia ini hanya kau kumbang berwarna merah seperti itu. Kembali ke pertanyaan semula, siapa kau dan apa tujuanmu di sini?"
"Aku bukan penyusup, mata-mata atau penjahat. Aku hanya sedang mencari petunjuk dari beberapa masalah di istana. Sungguh, aku tidak berniat buruk sedikit pun!" jelas Valea menggema di dalam stoples.
"Kalau begitu kenapa kau melakukannya sembunyi-sembunyi?"
"Dasar, kalau aku melakukannya terang-terangan nanti musuhnya tahu!"
Asyaralia tercenung, "Benar juga."
"Sekarang lepaskan aku!" pinta Valea dengan suara kecilnya yang terdengar seperti tiupan peluit. "Hei, kau dengar?!"
"Karena kau menyelinap ke istana dalam, berarti ada seseorang yang kau curigai di sana. Aku tidak bisa melepaskanmu sebelum kau berikan alasanmu mencurigai mereka." Asyaralia mengambil kursi dan duduk dengan wajah santai.
"Kau tidak boleh tahu, itu adalah bagian dari informasi rahasia kami. Lagi pula ada banyak risiko yang mengintai di balik masalah ini, untuk keselamatanmu kau tidak boleh terlibat," sahut Valea berpura-pura peduli.
Asyaralia mengangguk, ia meletakkan marmosetnya di atas stoples itu. "Silakan, Lily. Kau bisa makan sendiri, 'kan?"
"Hei, baiklah! Baiklah, akan kuberitahu!" Sial, jika saja Valea bisa mencekik pemuda itu. "Tapi, keluarkan aku dulu! Aku akan katakan semuanya, kalau kau biarkan aku keluar! Aku janji tidak akan kabur!"
Asyaralia terlihat berpikir, ada raut curiga yang jelas-jelas ia tunjukkan. "Baiklah!" Namun, pada akhirnya ia memutuskan membuka stoples itu dan melepaskan Valea. Kumbang merah itu segera terbang keluar. Ia pun kembali ke wujud aslinya, berdiri kaku di sudut ruangan. Asyaralia memandang gadis merah itu bersama senyum yang hinggap di bibirnya. Ia tahu, sosok waktu itu memang berambut dan bermata merah seperti gadis di depannya saat ini.
"Jadi, apa kita perlu berkenalan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cursed Journey Of Zhura
FantasyFANTASI ROMANSA Zhura tidak pernah menyangka jika rumah misterius yang ia masuki justru membawanya ke dunia asing yang berpenghuni makhluk aneh. Dirinya dijadikan gadis yang akan dikorbankan dalam ritual maut, lalu ia tergabung dalam kelompok gadis...