94. Kenyataan

42 5 0
                                    

"Untuk detail lebih lanjut, akan disampaikan langsung oleh pimpinan baru kalian. Sebenarnya beliau sudah resmi menggantikanku sejak beberapa bulan lalu, tapi baru kali ini kita berkesempatan untuk bertemu dengannya." Pria berkepala botak menyilakan seseorang untuk naik ke podium.

Ramia masih belum menemukan Tusk, jadi dirinya belum bisa kembali. Hari ini dia dan semua anggota Shar dikumpulkan, mereka diminta berbaris di markas utama tempatnya menyusup beberapa hari terakhir. Ran yang merupakan temannya berkata kalau mereka mempunyai pengumuman penting yang akan segera diberitahukan. Awalnya Ramia mengira akan ada satu dua misi baru yang harus dijalankan, tapi tak ia sangka pengumuman itu ternyata juga membawanya pada fakta yang mengejutkan.

Dari segala hal yang sudah Ramia temui di perjalanan ini, belum ada yang telak membuatnya terlonjak seperti saat melihat pemandangan di atas podium. Pria tua yang sangat ia kenal sedang mengumbar senyum ramah khasnya yang dipenuhi wibawa. Di sebelah tangannya, tergenggam tongkat kayu mewah mengkilap yang berfungsi membantunya melangkah. Bukan tongkat kayunya yang membuat Ramia terkejut, tapi wajah elf tua itu yang membuat kepalanya hilang akal.

Hingga pada saat pria tua itu memperkenalkan dirinya, Ramia yakin masalah teratai bulan adalah malapetaka yang jauh lebih buruk dari yang ia kira.

"Perkenalkan, namaku Tuan Minra. Pemimpin baru kalian. Sebagai pimpinan baru kalian, kuharap kita semua bisa berkoordinasi dengan baik. Aku mempercayai kalian sebesar mempercayai keluargaku sendiri, jadi mari kita melangkah ke depan bersama," tutur Tuan Minra disambut sorakan ramao orang-orang.

Ramia menelan ludah, menatap interaksi Tuan Minra dengan pria berkepala botak di depan podium. Mata hitam pemuda elf itu tidak berhenti menjelajahi wajah pria tua di depan. Bunga peony adalah suatu tradisi dan kebanggaan bagi seorang Shar, karena itu ia harusnya juga sudah mencetaknya. Ia tercenung setengah kebingungan. Ramia menyadari tidak ada tato bunga peony di kening Tuan Minra.

Lalu, di mana ia meletakkan tatonya?

"Ini adalah perkamen yang sudah dicap dengan lebelnya sendiri, bukti bahwa kepempimpinan organisasi ini sudah berpindah tangan atas nama Tuan Minra secara sah."

Pria tua di depan sana terlihat menerima sesuatu dari pria berkepala botak. Ramia merengut dari balik penutup wajahnya, menatap gulungan perkamen berwarna cokelat yang kini tampak dimasukan ke dalam kotak kayu. Dia berusaha menjaga penglihatannya pada kotak kayu itu, tapi seorang Shar lain justru mengambil alih kotak tersebut dan membawanya ke luar jangkauan mata Ramia.

"Ada hal yang akan aku bahas dalam pertemuan ini. Ini mengenai pengambilan peta itu yang berhasil dilakukan, tapi situasi tak terduga terjadi. Lalu, adanya rencana cadangan agar kita bisa menghancurkan teratai bulan, Tuan Minra kembali membuka suaranya.

Ini dia! Informasi yang ia tunggu. Ramia menyiapkan mata dan telinganya betul-betul untuk mendengar kalimat sosok tua itu.

"Misi sektor A. Sebelumnya kita tahu, anggota sektor itu adalah anggota elite yang tergabung dari pemilihan langsung oleh pemimpin sebelumnya." Tuan Minra melirik pria berkepala botak dengan senyum khasnya.

Si pria botak pun tersenyum canggung, "Ya, mereka adalah orang-orang yang berbakat."

"Berbakat, itu kata yang sempurna untuk menggambarkan standar kecakapan seseorang. Dan semua yang dikerjakan orang berbakat pasti akan jadi sukses. Hanya saja, kita harus sedikit bersabar. Misi mereka kali ini tidaklah semudah yang kita kira. Beberapa pengganggu datang dan terus mencoba menggagalkan misi sektor itu."

"Apakah pengganggu yang Anda Maksud adalah Azhara dan gadis itu?" Seorang Shar membuka suara. Ramia menggelugut gundah mendengar itu.

"Benar sekali." Tuan Minra tertawa renyah, "Padahal aku hendak menyelamatkan gadis itu dari maut. Tapi dengan polosnya ia malah menjerumuskan dirinya ke dalam jurang untuk memecahkan kasus teratai bulan, dan mendekatkan ajal pada dirinya sendiri."

"Sebegitu berharga itukah dia, Tuan?" timpal seorang Shar lainnya.

"Tentu saja! Tujuanku hanya kedamaian semua orang. Hanya dengan memberikan gadis itu pada Sacia, maka semua mimpi buruk ini akan sirna. Dan kerajaan ini akan ada di tanganku. Saat aku menggenggam semuanya, akan kubuat kehidupan tanpa rasa khawatir, cemas, atau pun sedih. Kita tidak butuh yang lain, gadis itu adalah satu bidak utama dari kebebasan kita."

Ramia menelan ludah. Benaknya mulai dipenuhi oleh segenap pertanyaan yang membuat hatinya kalang kabut.

Seorang Shar yang berdiri di dekat Ramia mengacungkan tangannya, "Benarkah kita akan melawan para gadis suci di dataran terkutuk itu?"

Seorang Shar lain menimpali, "Kenapa kita ditugaskan melawan mereka?"

Ramia mendelik di balik tudungnya. Tidak ada lagi yang bisa membuatnya lebih terkejut. Jadi yang akan orang-orang Shar itu lawan adalah gadis-gadis suci?

"Ya, jika seandainya rencana kita gagal dan bunga itu tetap mekar. Seandainya para gadis tetap masuk ke dataran itu, kita perlu mengamankan Sacia. Seperti simalakama, kehadiran gadis itu adalah hadiah dan kutukan untuk Sacia. Terutama karena kehadiran gadis itu, yang akan berpengaruh pada eksistensi Sacia sendiri," jelas Tuan Minra meremat pegangan tongkatnya.

"Jika gadis itu tidak bertindak lebih, maka aku tidak harus menjalankan misi itu pada kalian. Tapi kita sudah berjuang sejauh ini, aku tidak akan membiarkan mereka menggagalkannya. Bersiaplah, kita akan singkirkan para penghalang itu malam ini!"

Kepala Ramia bergemuruh, pemuda itu mulai memikirkan banyak sekali hal. Siapa sosok Sacia itu? Kenapa Tuan Minra ingin mengamankan orang itu dari para gadis suci? Mungkinkah Sacia yang ia bahas adalah pengendali naga biru, alias pemilik darah suci?

***

The Cursed Journey Of Zhura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang