117. Hunus

1 0 0
                                    

Info : Novel ini sudah tersedia versi komik di webtoon.

.
.

Tuan Minra tertawa, "Bagaimana kau bisa yakin bahwa aku pemilik perkamennya?"

Zhura menunduk, menatap bagaimana ujung tongkat kayu Taun Minra yang terketuk-ketuk cepat pada lantai balai. Ia pikir  pria tua elf itu merasa gentar, terlihat dari bagaimana ada kedutan samar di ujung senyumannya. Zhura menghidu aroma harum yang terus merasuki penciumannya.

Keningnya mengernyit dalam, saat menyadari bahwa harum rosmarin itu bukan berasal dari pria tua di depannya. Sepertinya ia pernah mencium aroma tersebut dulu. Diedarkan pandangan ke sekitar, menatap satu per satu orang berbaju hitam yang berdiri di sekeliling balai. Ranzak terlihat memperhatikan Zhura, mau tak mau gadis itu harus menyembunyikan gelagatnya.

"Kau bisa melihat ada label yang tercetak di pojok perkamen ini. Dan kita semua tahu betul, bahwa bentuk lambang ini adalah label milikmu Tuan Minra, kau tidak bisa mengelaknya!" jawab Ramia menunjuk lambang di pojok perkamen. Semua pasang mata melebar, menaikkan alis dengan tatapan terkejut.

Pria tua itu menggeleng gusar, "Aku sudah dijebak. Zhura dan Tabib Ma pasti memanipulasi bukti-bukti ini dan membuat semua kecurigaan ini terarah padaku!"

"Dia tidak bersalah!" Azhara membalasnya.

Tuan Minra terperangah, ia tersenyum khas dengan cara yang aneh. "Kenapa Anda selalu membelanya, Yang Mulia? Apakah benar, kau sudah goyah? Oh, tentu saja! Kau menanggung rasa sakit dari jarum penyegel jiwa itu di jantungmu, kau pasti sudah sangat menaruh hati pada gadis ini. Iya, 'kan?"

Zhura terkesiap menatap Azhara. Benarkah jarum penyegel jiwa itu ada di jantungnya sekarang? Mungkinkah itu jarum yang pernah pemuda itu ambil darinya?

"Jarum ini dan perasaanku tidak ada hubungannya dengan masalah pembunuhan ayahku!" tampik Azhara.

Dari pintu balai tiba-tiba masuk rombongan lain yang baru saja sampai. Inara, Valea, Asyaralia, dan Aryana.

"Pengkhianatnya adalah Tuan Minra!" seru Aryana mengarahkan jari telunjuknya pada pamannya.

Inara lekas mengeluarkan bukti identifikasi dari tanaman herbal yang sempat Valea dapat dari tempat Tuan Minra, "Dialah yang membuat kesehatan raja terus menurun. Dengan membuat raja terus menerus menghirup dupa wewangian ini, dia berniat mereduksi kemampuan penyembuhan diri raja. Dan penggunaan dalam waktu lama dupa itu akan menjadi racun. Itulah sebabnya raja tidak bisa pulih!"

Aryana menambahkan, "Tanaman ini ditanam di bawah gudang tempatmu, Pak Dima sekarang sudah mengamankannya. Kau tidak bisa menyangkal ini lagi."

"Jangan lupakan soal peta alamat Sanguina yang kau curi dari Zhura," tukas Valea. Asyaralia mengangguk.

Ramia menambah satu lagi daftar panjang bukti, "Dan lagi, luka di kakimu sebenarnya bukan cedera melainkan tempat di mana Totem Shar itu berada!"

"Apa kau bersekongkol dengan tuanmu untuk menjebakku?" Tuan Minra berseru tertahan. Genggamannya di tongkat kayu itu mengeras, tanda bahwa tubuhnya menahan suatu emosi tersendiri. "Lagipula anggota Shar memiliki lambang bunga peony di keningnya, tapi aku tidak! Kalian tidak bisa menjadikanku tersangka!"

Ramia menghela napas, "Tingkah laku dan apa yang baru saja kau katakan barusan adalah buktinya. Kau tidak mungkin akan panik seperti itu jika memang tidak bersalah, dan juga sebelumnya kau bilang bahwa kau tidak mengetahui apapun mengenai Organisasi Shar itu. Lalu, dari mana kau tahu jika ada lambang bunga peony di kening anggota organisasi itu?!"

"Informasi itu sudah bocor kepada seluruh orang, siapa pun tahu kalau mereka memiliki lambang bunga Peony," kilahnya.

"Baik, silakan lihat apa yang bisa kulakukan untuk memberikan buktinya!" timpal Ramia nyalang. Detik selanjutnya, dia mengedikkan bahunya pada Tusk. Pria yang berdiri di sisi Tuan Minra itu diam-diam menggunakan pedangnya untuk merobek bagian bawah pakaian saudara raja itu. Alhasil kaki Tuan Minra terpampang, kini tampak jelas lambang bunga Peony yang sebelumnya dibalut perban di sana.

The Cursed Journey Of Zhura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang